Istri Direktur Kemarilah - Bab 237 Apakah Terjadi Sesuatu pada Tuan Muda?

Dia mengeluarkan gaun itu, secarik kartu bertulisan tangan yang berwarna sampanye terjatuh keluar… …

Saat ini, sudah berlalu beberapa jam setelah mendapatkan kartu itu, cahaya dari matahari terbenam telah menyelimuti bumi, langit dilapisi kemerahan… …

Sheila yang mengenakan gaun berwarna sampanye berdiri di depan cermin, tangan direntangkan ke punggung belakang, menarik ritsleting dari bawah ke atas.

Gaun pesta itu tidak berbahu, bagian atas berdesain renda berongga, bagian dalam dilapisi kain yang berwarna sama, bagian bawah adalah puluhan lapisan tulle yang memanjang sampai pergelangan kaki.

Dia menyanggul rambut dengan gerakan yang tampak mahir, menjepitnya dengan aksesoris rambut yang dihiasi intan berwarna sampanye, beberapa helai rambut jatuh dengan riang di dekat telinganya, membuatnya tampak seperti peri yang jatuh ke bumi.

Sepatu juga berwarna sampanye dengan tumit dua sentimeter, kebetulan dia adalah ibu hamil, tidak boleh memakai sepatu yang berhak terlalu tinggi.

“Nyonya, Tuan Muda mau kamu ke mana?”

Sheila tersenyum manis: “Berkencan.”

Pukul 7 sore

Sheila memegang kartu dan berjalan keluar dari rumah. Dari jauh terlihat Bugatti Veyron berwarna perak terparkir di dekat rumah, samping mobil bersandar seorang pria, pria itu mengenakan pakaian kasual abu-abu, kakinya yang panjang bersilangan satu sama lain. Sinar dari matahari yang perlahan terbenam itu terpancar pada tubuhnya, merentangkan bayangannya di lantai.

Melihat Sheila keluar, pria itu tersenyum dengan maksud yang tidak jelas, tahi lalat di sudut matanya penuh tampang jahat, dia menjulurkan tangannya ke dalam mobil dan membunyikan klakson.

Sheila memandang ke arah suara, senyuman di wajah langsung disimpan kembali olehnya dalam waktu sekejap.

“Nyonya, kapal ada di sana.” Pelayan menunjuk ke arah sungai, terdapat sebuah kapal berbentuk angsa putih.

Sheila tidak bermaksud menghiraukan pria itu, berjalan menuju kapal angsa.

Belum sempat turun ke kapal, Regen mengambil beberapa langkah besar dan menghalanginya- -

“Hari ini kamu sangat cantik, apakah untuk mengambil hatiku?”

“Mimpi! Untuk apa kamu ke sini?” Sheila mendorongnya ke samping: “Awas.”

“Aku mencarimu karena ada hal.”

“Kamu bisa ada hal apa?” Bahkan ada hal pun pastinya bukan hal yang baik.

Regen tersenyum, tiba-tiba berkata dengan serius, "Ikuti aku ke suatu tempat."

"Taman kabut? Aku peringatkan kamu, sini dikelilingi pengawal. Jangan berpikir mereka tidak berani menembakmu."

"Aku tidak akan membawa kamu ke taman kabut, ikuti aku, aku jamin kamu tidak akan menyesal.”

“Aku sibuk.”

“Aku boleh menunggu.”

“Gila.” Entah apakah karena Regen bermaksud membiarkannya pergi atau tenaganya memang cukup kuat, Regen tersampingkan olehnya hanya dengan sekali dorongan, dia berhasil turun ke kapal.

Sheila berdiri di atas kapal, memandangi pulau terpencil yang ada di seberang. Regen yang ada di belakang menatapnya dan tersenyum penuh arti. Yang ditakutinya bukanlah penungguan tanpa akhir… ...

Regen yang tiba-tiba datang mempengaruhi suasana hati Sheila, dia merasa bahwa setiap kali bertemu dengannya, selalu tidak ada hal-hal baik.

Memaksa dirinya sendiri menunduk untuk melihat kartu, isi kartu itu merupakan tulisan tangan Denis, itu dengan cepat menghanyutkan ketidaksenangannya tadi:

[Sheila: Gandenglah tanganku, selagi telapak tanganku yang lebar masih dapat membungkus tangan kecilmu.]

Dia dibawa oleh pelayan di kapal untuk naik dari kapal, tepi pantai dipenuhi oleh bunga-bunga, pohon-pohon digantung benda-benda kecil yang bersinar.

[Ciumlah aku, selagi bibirmu yang berwarna merah muda juga tampak cantik walau tidak berdandan. 】

Kapal juga dihiasi dengan lampu putih, bahkan di malam hari pun dapat terlihat bentuk angsa yang indah.

[Peluklah aku, selagi aku masih terobsesi dengan wangi rambutmu. 】

Tiba di sisi lain sungai, ini adalah sebuah pulau, sebuah jalan dibuka dari tepi pantai, lilin putih yang panjang dan pendek menyala di kedua sisi jalan, ada lentera putih di kejauhan. Bagai sedang berada di surga.

[Tetaplah bersamaku sampai tua, selagi aku masih hidup, betapa singkatnya hidup ini, sepertinya hanya cukup untuk mencintai satu orang.]

Dia berjalan masuk ke terowongan bunga, lentera berkelap-kelip, balon dan bunga segar, pita dan aksesoris-aksesoris yang berwarna sama. Aksesoris-aksesoris itu adalah aksesoris yang terlihat olehnya ketika para pelayan dan pengawal mengangkat masuk dan keluar pada hari itu.

[Temukanlah aku, selagi aku belum dipanggil kembali oleh Tuhan, juga belum dikalahkan oleh iblis.]

Terdapat sebuah komidi putar di depan, beberapa pasangan malaikat yang berciuman perlahan berputar seiring melodi musik.

[Temanilah aku, selagi aku masih percaya pada keadilan dan kebaikan, juga suka pada keindahan dan keharuman]

Di atas komidi putar, setiap tempat duduk kuda-kudaan itu terletak sebuah kotak hadiah.

Masing-masing kotak berisi foto mereka berdua, mereka berciuman di restoran terbuka, mereka bersama-sama membuat kue, mereka membuat pao sop… ...

[Lakukanlah semua hal gila dan konyol bersamaku tanpa memikirkan konsekuensi, selagi kita masih muda, selagi kita masih berani, selagi aku mencintaimu.]

Sheila menatap lentera yang tampak bagai suasana mimpi. Dia tidak tahu kapan Denis menyiapkan semua ini. Ternyata inilah kejutan yang ingin dia berikan padanya.

Apakah ingin berkencan dengannya di sini?

Sementara Denis belum ada di sini, dia duduk di atas komidi putar yang bertempat duduk kuda-kudaan, berputar-putar seiring berjalannya musik.

Kartu itu menuliskan berkencan pada pukul 8 malam.

Waktu berlalu sedetik demi sedetik, dia agak pusing di atas komidi putar itu, berjalan turun dari posisi itu, beristirahat di gazebo terdekat.

“Nyonya, apakah mau menelepon Tuan Muda?” Mumut menemaninya datang. Sebelum pergi, Tuan Muda memerintahkannya untuk mengikuti Nyonya Muda ke mana pun dia pergi, juga membawa banyak pengawal, tetapi mereka semua berada di tepi pantai.

Sheila menggelengkan kepala, Denis selalu tepat waktu, jika dia belum datang, maka hanya ada satu kemungkinan, yaitu jadwal penerbangan pesawat diundur.

[Sekarang Tuan Muda Salim masih dikurung oleh Tuan Besar Salim di manor negara A.]

Sheila teringat perkataan Jesi, mungkinkah dia dikurung oleh Tuan Besar Salim?

Tidak mungkin, jika dia dikurung di sana, pastinya akan memberi tahu orang untuk membatalkan kencan ini.

Jam menunjukkan pukul 9, tatapan Sheila terus menatap jalan yang dilaluinya ketika datang, tetapi sosok yang familiar masih saja belum muncul.

"Nyonya, aku coba menelepon pengurus rumah tangga saja."

Kali ini Sheila tidak menolak.

Mumut dengan cepat melakukan panggilan telepon, telepon berdering lama, tetapi tidak ada yang menjawab.

"Mungkin suaranya dimatikan jadi tidak terdengar."

Menelepon berkali-kali lagi, hasilnya tetap sama.

“Nyonya, bagaimana kalau kita pulang saja dulu dan menunggu Tuan Muda pulang, kemudian kalian baru barengan ke sini? Malam di sini angin bertiup kencang dan dingin… …”

Sheila menggelengkan kepalanya dengan keras kepala. Hanya ada satu keyakinan di dalam hatinya, dia mengatakan bahwa dia akan pulang, maka dia pasti akan pulang.

Sampai pada pukul 10, pukul 11… …

Angin bertiup dan pepohonan berdesir, musik pada komidi putar terus berbunyi, Mumut mengenakan jaket untuk Sheila.

Pada saat ini, ponsel berdering, Mumut yang awalnya lesu seketika menjadi bersemangat: "Nyonya Muda, telepon… ... pasti dari Tuan Muda!"

Sheila mengangkatnya tanpa melihat terlebih dulu, ekspresinya agak muram karena kecewa. Setelah mendengarkan panggilan itu, raut mukanya langsung berubah total.

“Nyonya, apa yang dikatakan Tuan Muda?” Mumut menyadari ekspresi Sheila yang berubah, bertanya dengan penuh cemas.

“Nyonya? Nyonya? Kamu mau ke mana?”

Sheila tergesa-gesa berjalan cepat menuju kapal, karena berjalan terlalu cepat, dia bahkan tidak tahu bahwa jaketnya jatuh di tengah jalan.

“Nyonya? Apakah terjadi sesuatu pada Tuan Muda?”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu