Istri Direktur Kemarilah - Bab 19 Pedang Nyonya Besar Salim Masih Tajam

Bab 19 Pedang Nyonya Besar Salim Masih Tajam


Para pembantu melakukannya dengan bagus, banyaknya lawan, ditambah Sheila kedinginan karena rendaman air dingin serta angin, dia tidak tersisa tenaga lagi, hanya bisa membiarkan para pembantu itu mengikatnya.
   
Tidak tahu siapa yang mendorong dari belakang, Sheila jatuh dan berlutut di atas karpet bulu kambing, terlempar di hadapan Nyonya besar Salim.
   
Dia membalikkan kepala, pengurus tua, Andi yang melakukannya, Andi menatap Sheila dengan ganas.

Selama tiga tahun, Nyonya besar tidak jarang ‘mengajar’ Sheila, ditambah Denis yang tidak peduli dengannya, jadi walau hanya sebagai pengurus rumah tangga pun berani bersikap kasar terhadapnya.
   
“Nyonya besar, nona Yuna, orangnya sudah saya bawa ke sini”
   
“Ambilkan saya cambuk”
   
Sheila terikat ketat, dia juga tidak berupaya untuk melepaskan diri lagi, pantatnya langsung duduk di atas lantai :”tidak terlihat ternyata Nyonya besar begitu suka dengan saya, baru ketemu pagi tadi, sore sudah mulai rindu saya?”
   
“Rindu kamu? jangan kira siang tadi ada Denis aku tidak berani dengan kamu.”sambil bicara, dengan tegas berdiri, Yuna juga segera mengikuti langkahnya, Sheila melihatnya dengan tatapan sombong.
   
“Kak Sheila, sebelum nenek marah, cepatlah meminta maaf, mungkin nenek akan meringankan hukumanmu.”


“Meminta maaf?”Sheila tersenyum dingin :”sepertinya masalah siang tadi bukan aku yang seharusnya dihukum.”


“Kamu kira aku mengikatmu ke sini karena masalah siang tadi?” Nyonya besar Salim menerima cambuk dari Andi :”dengar-dengar, siang tadi Tuan Salim ingin menghukummu, tapi kamu malah berani melawannya?”


“Kenapa aku tidak boleh melawan?” Lucu sekali, dia orang, bukan binatang.


“Jadi, kamu menusuk jantungnya dengan jarum sehingga dia mengalami pingsan?”
   
“Ini dinamakan perlawanan yang benar dan tepat.”
   
“Memperlakukan suamimu dengan perlawanan yang benar dan tepat? Dasar kurang ajar! Kalau terjadi apa-apa dengan Denis, sepuluh nyawamu pun tidak cukup untuk membayarnya!”
   
Semakin bicara semakin marah, mengangkat cambuk untuk memukul Sheila
   
 “Nenek!” Yuna menahan Nyonya besar Salim :” Nenek, biarkan Andi yang lakukan saja, kalau tidak kasihan tangan nenek kecapekan.”

Bagaimanapun nenek sudah lanjut usia, pukulannya tidak akan terasa sakit, berbeda dengan Andi, kebiasaan bekerja, tenaganya bagai kerbau.
   
Sheila tentunya tau apa yang dipikirkan Yuna
   
Melihat sekilas, senyuman Yuna tersembunyi pisau tajam yang halus.


Pagi tadi membuatnya begitu memalukan, sore sudah tidak sabar untuk membalas dendam.


Walaupun Sheila terikat dan duduk di lantai, tapi posisinya seperti putri duyung yang lincah, dia memutar kepala ke arah Andi :”mohon pengurus Andi memukul punggung sekuat tenaga, nanti akan ada wawancara dari dua media, biar kupikirkan, apakah mau memakai baju yang menampakkan pinggang.”
   
Andi :”… …”
   
Nyonya besar Salim :”… …”
   
Yuna mengedipkan mata dengan penuh benci, dengan nada rendah :”nek, mana ada wawancara di sore nanti, kenapa aku tidak mengetahuinya.”
   
Nyonya besar Salim berkata dengan tegas :”apa lagi yang kamu lakukan?”
   
Sejak kapan wanita ini berubah menjadi begitu sulit ditebak? Berbeda sekali dengan karakter dulu yang patuh!


Jangan-jangan karena aksi bunuh diri kemarin melukai otaknya?dan malahan membuatnya menjadi lebih pintar?
   
“Mana berani saya melakukan apa-apa, saya hanya bernegoisasi dengan Andi, kalau tidak, boleh juga memukul mukaku, make-up tidak akan bisa menutupinya, aku juga sudah memikirkan topik wawancara kali ini, pertikaian dalam keluarga kaya, pedang Nyonya besar Salim belum tua, bagaimana menurutmu?
   
Nyonya besar Salim :”… …”
   
Andi :”Nyonya besar, ini… …”
   
Cambuk di tangan, salah kalau memukulnya, tapi kalau tidak, tangannya sangat gatal.
   
Wajah Yuna terlihat tidak senang, dia dengan nada rendah menyarankan Nyonya besar Salim :”nenek, bagaimana kalau saya menyuruh orang mengecek apakah benar ada wawancara?
   
Nyonya besar :”cepat pergi!”
   
Pada saat bersamaan, Sheila dengan santai berkata :”otak! Otak! ternyata tidak semua orang memilikinya, tidak peduli sore nanti ada wawancara atau tidak, yang penting kalau aku mau, orang yang ingin mewawancarai Nyonya Salim akan memenuhi kota ini… …”

Arti lain, walaupun tidak ada wawancara, kalau dia mau, wawancara bisa dilakukan kapan saja, menyuruh orang mengecek bagai membuka celana untuk kentut, hanya menyia-nyiakan waktu dan tenaga.
   
Yuna dengan tidak senang melototi Sheila, wanita ini mengancam kelemahan Nyonya besar Salim dan Denis yang peduli dengan nama baik keluarga Salim, walau wanita ini tidak tahu malu, keluarga Salim masih tahu apa itu malu.
   
Tapi kalau hari ini tidak balas dendam, dia tidak akan puas.
   
Tidak bisa dipukuli, tidak mampu membantahnya, Nyonya besar Salim juga tidak puas, dia rasa jika seperti begitu terus, cepat atau lambat akan setengah mati di buat wanita ini.
   
Hatinya tertekan kemarahan, bola matanya berputar berkali-kali ke atas hingga tersisa bola putih :”lepaskan dia, biarkan dia pergi!”
   
Tidak ingin melihatnya sedetik pun.
   
Andi dengan keras melemparkan cambuk ke lantai, dan segera melepaskan tali dari tubuh Sheila.
   
Sheila memasang muka penuh nyesal, pelan-pelan berdiri :”melepaskanku begitu saja?”
   
“Cepat pergi!”
   
“Nyonya besar Salim, mendatangkan dewa gampang, memulangkan dewa susah, kalau lain kali mendatangkanku lagi, tidak bakal semudah sekarang untuk memulangkanku… …”
   
Dia sebenarnya pun ingin cerai dengan Denis, tidak perlu lagi menghormati ataupun menghargai Nyonya besar Salim ini.
   
Nyonya besar Salim sudah tidak menyukai Sheila sejak dia menjadi bagian keluarga Salim, memanfaatkan berbagai kesempatan untuk ‘menghajar Sheila hanya demi membuat Sheila pergi.
   
Walapun tetua, menghargai itu harus saling dipatuhi, kalau kamu tidak menghargai aku, aku juga tidak perlu merendahkan diriku untuk menghiburmu.
  
Sheila dengan murah hati keluar dari tempat tinggal Nyonya besar Salim.
   
Dulunya pelayan memperlakukannya dengan buruk, ini pertama kali Sheila bisa keluar dari tempat itu tanpa luka.
   
Siang tadi pun Sheila ditampar oleh Nyonya besar Salim.
   
Sheila tersenyum dingin, rumah Salim benar-benar tidak ada satu tempat yang tenang.
   
Mengangkat kepala, suatu figur yang tinggi berjalan ke arahnya.
   
Di atas kepalanya terpancar sinar matahari, sangat silau.

Melihatnya, pria melangkah semakin cepat, pria yang mendekat menghalang cahaya sinar matahari yang silau, dia baru bisa melihat jelas wajah pria.
   
“Tuan Salim, kebetulan sekali?”


“Tidak perlu berbicara dengan nada itu terhadapku.”Denis mengerutkan alis, matanya menilai tubuh wanita ini dari atas hingga bawah :”kali ini dipukul bagian mana?”
   
“Tuan Salim sedang perhatian dengan aku? Atau cuman sekedar penasaran?”
   
Denis tidak menjawabnya, dan malahan langsung menarik pergelangan tangannya, memaksanya berbalik badan, melihat dia tidak terluka, rahang yang menggigit ketat mulai lega.
   
Pria ini sedang mengkhawatirkannya
   
Selama tiga tahun, Sheila telah dihukum berkali-kali, pria ini tidak pernah menanyakan kondisinya, dan tidak ada waktu untuk mempedulikannya
   
Tapi, hari ini setelah dia mendengar informasi, hatinya malah sangat marah dan khawatir… …
   
Khawatir apakah akan dipukul dengan keras, apakah akan terluka.
   
Perasaan itu seperti tidak terkendalikan, hingga melihatnya keluar dari rumah dengan keadaan baik-baik saja.
  
“Bawa Nyonya pulang.” Memastikan tidak apa-apa, dia memerintah orang untuk membawa Sheila pulang, dia sendiri berkunjung ke rumah Nyonya besar Salim untuk memastikan kondisi.
   
Dari jauh sudah terdengar suara duka Nyonya besarn Salim :”marah sekali aku, dasar kurang ajar!”
   
Yuna menasehati :”jangan marah nek, tidak baik untuk tubuh, tidak layak.”


Sepertinya selain marah, tidak terjadi masalah besar.
   
Denis menghentikan langkahnya, kalau dia masuk sekarang pasti akan mendengar banyak ocehan dari Nyonya besar Salim, jadi dia berkata ke Jack :”kamu pergi cek lihat apa yang sebenarnya terjadi.”
   
Dia sendiri pun membalikkan badan dan pulang.
   
Jack dengan cepat membawakan satu rekaman dari handphone, diambil dari salah seorang pembantu.
   
“mohon pengurus Andi memukul punggung sekuat tenaga, nanti akan ada wawancara dari dua media, biar kupikirkan, apakah mau memakai baju yang menampakkan pinggang.”
   
“Mana berani saya melakukan apa-apa, saya hanya bernegoisasi dengan Andi, kalau tidak, boleh juga memukul mukaku, make-up tidak akan bisa menutupinya, aku juga sudah memikirkan topik wawancara kali ini, pertikaian dalam keluarga kaya, pedang Nyonya besar Salim belum tua, bagaimana menurutmu?”


Jack diam-diam menarik nafas dalam-dalam, apakah benar orang yang berbicara itu adalah Sheila?


Tidak heran kalau dia bisa keluar dari tempat Nyonya besar Salim tanpa terluka, Nyonya besar Salim dibuatnya sangat marah.


Dia melirik ekspresi Denis, apakah dia melihat salah?


Nyonya besar Salim dibuatnya begitu marah, tatapan Denis malah terlihat sedikit terkejut dan senang.


Rekaman itu malah diulangnya berkali-kali, dan akhirnya jari panjangnya bergerak, mengunci video ini, memindahkannya ke album terkunci.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu