Istri Direktur Kemarilah - Bab 245 Aku Tidak Kekurangan Uang

“Yuna, bagaimana kalau tunggu bayimu agak besar, lalu kita akan pergi test…”

Mendengar hal itu ekspresi Yuna seketika menjadi gusar : “Ma, apakah kamu sendiri tidak percaya padaku? Aku sudah bilang kalau anak ini adalah anaknya Kak Denis, ini adalah anaknya, bagaimana mungkin aku bisa dibandingkan dengan perempuan kotor seperti itu?”

“Baiklah, Ibu percaya padamu….”

Jesi tidak tahu kenapa kelopak mata kanannya tidak berhenti berkedut, namun anak perempuannya sendiri yang bilang begitu, tentu saja dia tidak berpikir lebih jauh.

Kelopak mata kanannya masih terus berkedut tanpa henti, dan saat ini di Rumah Sakit Shengde ada Nyonya Hermawan.

Keluarga Susanto memindahkan Kenny kesini, karena RS Shengde adalah rumah sakit milik keluarga Hermawan, dan mereka sudah membuat sebuah kamar pasien VVIP untuk Kenny, dan kamar VVIP ini setara dengan kamar pasien presidential suite.

Serta dilengkapi dengan team dokter khusus dan keamanan tingkat tinggi.

Setelah mendengar diagnosa dokter kelopak mata Nyonya hermawan mulai berkedut tanpa henti.

“Jadi, maksud anda hanya dengan mentransplantasikan ulang jantungnya sendiri, dia baru memiliki kesempatan untuk terus hidup? Kalau dengan jantung lain tidak bisa?” Raut wajah Nyonya Hermawan memucat, dia membenci dirinya sendiri kenapa bukan dia yang terbaring disana, jantung anaknya diambil rasanya bagaikan nyawanya yang diambil.

Dokter menggeleng dengan pasti, dan Nyonya Hermawan merasa sangat kecewa, dia sudah seperti kehilangan semangat hidup, dia berjalan keluar dari kantor dengan badan terhuyung-huyung.

Samuel bergegas menghampiri dan memapah Nyonya Hermawan : “Bibi.”

Seluruh berat badan Nyonya Hermawan bertumpu pada Samuel, namun dia masih merasa dunia ini berputar.

“Kita cari tempat untuk duduk dulu ya?”

Nyonya Hermawan menggeleng-gelengkan kepala : “Dokter bilang jantung kakakmu harus di transplantasi kembali ke tubuhnya barulah dia ada kemungkinan untuk terus hidup, tapi jantungnya berada di tubuh Tuan Regen, bagaimana mungkin kita mengambilnya kembali.”

Samuel hanya terdiam, sebenarnya hal yang sama sudah dikatakan oleh dokter ketika masih di sanatorium, hanya saja Bibinya tidak percaya, kemudian dia memastikan sekali lagi ketika kembali ke RS Shengde.

“Kenapa keluarga Salim menindas orang seperti itu? Apa sebenarnya yang Kenny perbuat hingga membuat Denis begitu kejam? Kenapa bisa begitu kejam?” Nyonya Hermawan akhirnya menangis, padahal selama di sanatorium dia tidak menangis karena merasa hal ini masih bisa berubah, tak disangka dia mendapatkan jawaban yang sama.

“Awas kamu Denis!” Samuel meninju dinding di sampingnya : “Ini sudah sangat keterlaluan! Aku tidak melepaskan dirinya!”

Muncul secercah warna merah di dinding yang putih tempat dia meninjunya tadi, mata Samuel pun memerah, terlihat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.

“Tapi kekuasaan mereka sangat kuat….”

“Dia berada di dalam cahaya, sedangkan kita berada di tempat yang gelap, tapi aku tidak percaya setiap kali mereka bisa keluar dari masalah, apalagi Sheila….”

Tiba-tiba, mereka mendengar suara benturan yang cukup keras dari arah belakang.

Ternyata seorang perawat dan seorang wanita bertabrakan, nampan berisi cairan saline dan obat yang dibawa oleh suster itu jatuh ke lantai, wanita itu dengan cepat berjongkok dan mengambilnya kemudian memberikannya ke suster, dan kemudian wanita itu buru-buru pergi sepertinya dia sedang dalam kesulitan.

Samuel memicingkan matanya : “Bibi, kamu duduk dulu disini, aku pergi dulu nanti akan kembali lagi.”

Sambil bicara, Samuel sudah pergi mengejar wanita itu, dan ketika sampai di sudut lorong dia mengulurkan tangan dan menepuk pundaknya, wanita itu berteriak karena terkejut dan dia langsung berusaha semmbunyi ke sudut dinding.

“Apakah kamu mencuri dengar pembicaraan kami?”

“Aku tidak sengaja mendengarnya, karena kalian…. Kalian yang terlalu larut dalam pembicaraan.”

“Apa yang kamu dengar?” Samuel memojokkan wanita itu di sudut tembok.

“Tidak…. Aku tidak dengar apa-apa, aku hanya mendengar nama kakakku disebut.” Dia tidak tahan mendengar urusan kakaknya jadi dia beranjak pergi namun karena tidak memperhatikan suster yang tiba-tiba berjalan ke arahnya jadi dia menabraknya.

Dia juga mendengar Tuan Muda Salim sepertinya entah berbuat sesuatu pada seseorang, lalu Samuel mau membuat perhitungan dengan Tuan Muda Salim, dan dia mendengar sepertinya Samuel mau berbuat sesuatu pada kakaknya!?

Coba saja kalau dia berani menyentuh kakaknya!

“Apakah kamu benar-benar tidak mendengar apapun?”

“Tidak, tidak ada, sumpah demi Tuhan.” Sambil berkata seperti itu, Sisi mengacungkan kedua jarinya ke atas, kemudian dia bertanya dengan suara kecil : “Apakah kamu berniat berbuat sesuatu pada kakakku?

“Menurutmu?”

“Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuh kakakku, maka aku akan…..”

“Kamu mau apa.”

“Aku, aku…..pokoknya selama ada Tuan Muda Salim, maka kamu tidak akan bisa melakukannya!” kedua tangan Samuel melingkupi Sisi dalam pelukannya dan itu membuat dia merasa sungkan, lalu dia berjongkok dan melepaskan diri.

Tepat pada saat ini, seorang perawat kebetulan menghampiri dia : “Nona Wijaya? Ah ternyata anda disini, aku sudah mencari anda kemana-mana, hasil tes lab anda telah keluar, ini laporannya.”

Sisi terkejut dan segera meraup kertas itu dan meremasnya, dan menggenggamnya.

Gerakannya yang panik ini terlihat oleh Samuel, dia langsung memegang pergelangan tangannya, kemudian memaksa dia membuka tangannya : “Hasil tes lab apa?”

Perawat itu mendongakkan kepala menatap Samuel, seketika pipinya memerah karena melihat ada lelaki yang parasnya bahkan lebih cantik dari wanita.

Sebenarnya pihak rumah sakit harus merahasiakan rekam medis pasien, namun begitu dia menatap Samuel, dia menjadi gelagapan dan akhirnya memberitahu : “Itu adalah hasil tes kehamilan Nona Wijaya.”

“Test kehamilan?” Samuel semakin berusaha membuka paksa kepalan tangan Sisi, dan akhirnya bisa mengambil kertas tersebut.

Kertasnya sudah kumal ketika dibuka : “Bagaimana caranya membaca laporan ini?”

Kertas itu penuh dengan item-item pengetesan, tidak tahu yang mana yang menunjukkan hasilnya.

Sudah pasti dia tidak punya pengalaman,

Wajah perawat itu merah sambil menjawab : “Nona Wijaya tidak hamil.”

Sisi menghembuskan napas lega karena menstruasinya sudah telat beberapa hari, dia baru saja teringat kalau waktu itu tidak sempat menggunakan alat kontrasepsi.

Jadi diam-diam dia pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan, dan ketika dia mau mengambil hasil tes labnya kebetulan sekali dia mendengar pembicaraan antara Samuel dengan Nyonya Hermawan……

“Ternyata kamu tidak berani hamil ya!” Lalu Samuel merobek kertas itu menjadi serpihan-serpihan kecil kemudian menaburkannya diatas kepala Sisi seperti seorang peri yang menaburkan bunga.

Sisi berusaha membersihkan kepalanya dari serpihan kertas dengan gusar.

Setelah Samuel selesai merobek kertas itu, dia memegang dagu Sisi : “Bagaimana kalau kita melakukan kesepakatan?”

"Kesepakatan?"

Sisi menatap bibir Samuel yang terlihat kejam, dia berpikir kalau ucapan yang keluar dari mulut orang seperti itu pastilah bukan ucapan yang baik.

Namun kalau dia tidak menjawabnya, maka mereka berdua menjadi tontonan orang yang lewat karena di rumah sakit banyak orang lalu lalang…

Dia hanya bisa berpura-pura tertarik dan bertanya : “Kesepakatan apa?”

“berhubungan badan.”

Sisi sampai tersedak air liurnya sendiri ketika mendengarnya, mukanya memerah, dan dia terbatuk sampai kemeja Samuel penuh dengan cipratan air liurnya.

Samuel merasa jijik dan menarik kerah baju Sisi lalu mengelap air liurnya.

“Hey, jangan ditarik.” Sisi berusaha mempertahankan dan menarik bajunya, tapi masih ditarik juga? Dia buru-buru berkata : “Enak saja, meskipun dirimu seharga 200 ribu rupiah pun aku tidak mau membayarnya….”

Ekspresi wajah Samuel meredup, wanita ini bahkan masih mengungkit kejadian di diskotik waktu itu, kejadian itu membuat dia ditertawakan oleh kawan-kawan orang kayanya cukup lama, dan mereka selalu memberi dia 200 ribu rupiah setiap kali bertemu dengannya.

Bahkan masih memberinya julukan, yaitu Samuel Dua Ratus Saja.

“Jual dirimu padaku, satu kali 200 ribu.”

Jadi maksudnya, Samuel ingin dia menjadi pasangan bayaran?

Dia benar-benar ingin menendang lelaki ini….. ditempat seperti ini Samuel bahkan berani membahas hal ini.

Benaknya telah mengusir bayangan tentang tempat itu ratusan kali, namun dia masih bisa tersenyum sopan : “Mengenai hal itu, lebih baik tidak usah, lagipula sekarang ini aku sedang tidak kekurangan uang….”

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu