Istri Direktur Kemarilah - Bab 117 Apakah Kamu Berharap Aku Mencintaimu ? (2)

Ditambah lagi, perjanjian cerai itu ada 2 rangkap, jadi Denis dan Sheila masing-masing 1 rangkap, sedangkan Denis sudah merobek perjanjian cerai miliknya, meskipun sebenarnya masih ada waktu setengah tahun lagi baru berakhir, tapi dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan Sheila.

Tetapi demi berpisah dengannya, bahkan setengah tahun pun wanita ini tak sudi memberinya waktu?

Sheila masih tenggelam dalam keterkejutannya, yang pertama kali terlintas dalam benaknya adalah Suni Wijaya.

Saat dia sedang membereskan koper, tiba-tiba Suni muncul, pasti dia orangnya!

Dia bahkan membuang waktunya dengan memohon untuk Denis memaafkan Suni, dan sekarang justru orang itu mau menggunakan cara yang sama dalam cerita Seorang Petani dan Seekor Ular untuk menampar mukanya?

******(Petani dan Ular adalah cerita dimana ular dalam keadaan beku, petani membawa ke rumahnya dan memberinya kehangatan, kemudian si ular menggigit petani dengan racun)*****

“Bukan aku yang melakukannya!!!” Sheila membantah : “Jangka waktu perjanjian cerai ini masih ada setengah tahun lagi, aku tidak perlu melakukan hal seperti itu.”

Senyum sinis tersungging di bibir Denis, sorot mata yang tadi seperti lautan dalam, dengan cepat berubah menjadi sebuah hantaman badai musim dingin : “Benarkah?”

Terdengar jelas nada tidak percaya dalam ucapannya, Sheila merasa hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk, pegangan tangan di pinggangnya semakin lama semakin kuat, hingga terasa seperti ingin menembus masuk ke dalam badannya, lalu sekuat tenaga mengaduk bagian dalam tubuhnya.

Ujung hidungnya mulai berkeringat : “Kamu tidak percaya padaku? Kamu kira aku bahkan tidak bisa sabar menunggu setengah tahun lagi?”

“Hanya kita yang memiliki perjanjian cerai itu, lalu buktikan kalau bukan kamu yang melakukannya!”

“……..” Sheila hanya bisa mengigit bibir tanpa bisa membela diri.

“Mana buktinya?” Ekspresi mengejeknya semakin jelas tertera di wajahnya, lalu dia membanting tangan Sheila dengan tenaganya yang kuat, hingga membuat Sheila terjatuh ke lantai.

Dia melangkah kedepan dengan angkuh, sekujur tubuhnya memancarkan aura dingin yang mencekam.

Setelah maju beberapa langkah ke depan, lalu dia mundur lagi beberapa langkah, seperti binatang buas yang amarahnya tersulut, lalu dengan kasar memegang dagu Sheila, dalam sekejap saja matanya memerah.

Seperti binatang buas yang telah menangkap mangsanya, dan bersiap-siap membuka rahang lalu menancapkan giginya dalam-dalam.

Meskipun Sheila sudah sering melihat Denis marah, tapi tetap saja kali ini dia dibuat kaget.

Dia memejamkan mata, mencoba memberanikan diri, lalu pelan-pelan mengangkat dagunya, dia terlihat seperti pasrah akan apa yang terjadi.

Saat ini Denis sudah mengendalikan emosi dan tenaganya, hanya saja hatinya terasa seperti dirobek-robek, sakitnya tak terkira, lalu dengan kasar dia melepas Sheila, dia mengangkat meja kaca yang berat dengan satu tangan, hingga botol wine yang ada di atasnya jatuh dan hancur berkeping-keping di lantai.

Seketika, aroma wine memenuhi seluruh ruangan.

“Bukan aku!” Sheila berkata dan tubuhnya mengigil.

Tapi Denis seperti tidak mendengarnya, pandangannya memerah lalu menatapnya dengan ganas : “Bagaimana mungkin aku bisa mencintaimu?”

Denis mengucapkan kata demi kata sambil menggertakkan gigi penuh amarah.

“Aku tidak akan pernah mencintaimu!”

Tidak mencintai? Lalu kenapa saat dia berusaha meninggalkan Denis, sakitnya terasa seperti seakan-akan dia kehilangan separuh jiwanya?

Pintu ruang ganti tiba-tiba dibanting, dan perabotan lainnya terasa bergetar.

Tapi Sheila masih terpaku sejak kemarahan Denis yang begitu menggelora, dia mengira kalau Denis sudah pasti tidak bisa mencintainya, karena jawabannya sudah meluncur keluar dari mulutnya, hatinya seperti jatuh ke dalam palung yang amat sangat dalam.

Namun dia tidak membiarkan dirinya jatuh semakin dalam, persoalan ini tetap harus dijernihkan, harus diselesaikan.

Dia menghindari pecahan botol wine di lantai dengan hati-hati, lalu berdiri dan tepat pada saat dia mau membuka pintu, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu, dan mundur ke belakang.

Dia terlalu terburu-buru hingga baru menyadari kalau dia hanya mengenakan jubah mandi.

Ada banyak model gaun yang terpampang di lemari bajunya, tapi saat ini dia tidak punya mood untuk menikmatinya, terpikirkan olehnya bekas ciuman Denis di lehernya, lalu dia mengambil sebuah gaun yang berkerah tinggi.

Dia menurunkannya dari gantungan baju, melihat gaun tersebut sekilas, lalu menggantungnya kembali ke lemari dengan gusar.

Akhirnya dia memilih sebuah gaun offneck, memamerkan lehernya yang jenjang dan cantik bagaikan angsa….

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu