Istri Direktur Kemarilah - Bab 262 Menghadiri Sebuah Acara Penting

Yuna mulai merencanakan sesuatu, sorot matanya terlihat bersinar-sinar jahat, kemudian dia membisikkan beberapa kata di telinga Nyonya Besar, dan Nyonya Besar pun menganggukkan kepala mendengarnya.

Sheila menggeliatkan tubuhnya dengan malas, setelah Nyonya besar dan Yuna Sinai pergi, dia tidur sebentar, dan ketika bangun dia sudah tidak tahu waktu.

Dia memalingkan kepala, dan melihat Denis berbaring menyamping di sisi satunya, ranjang ini terlalu kecil, jadi supaya Sheila bisa tidur dengan nyaman maka Denis memilih tidur di sisi paling ujung.

Tangan Denis memegangi kepala Sheila, dia menatap Sheila dengan bola matanya yang hitam seperti tinta, serta memandangi wajahnya yang sedang tidur, dan entah sejak kapan tangannya sudah menyusup masuk ke dalam baju Sheila, jari-jarinya meraba perutnya.

Sheila “……..”

Tiba-tiba dia teringat sesuatu, dan buru-buru bangun kemudian dia mau mengambil handphone yang ditaruh di atas meja nakas.

“Alarmnya sudah berbunyi dan sudah aku matikan.”

“…….”

“Aku sudah menyuruh Jack menelepon ke D.O untuk menyampaikan kalau sementara ini kamu tidak pergi kesana.”

“Sementara itu berapa lama?”

“Kalau kamu menyukainya, aku bisa membeli D.O.”

“Tidak usah.” Hotel Universal saja dibeli kemudian dihadiahkan padanya, padahal Sheila kurang handal dalam menjalankannya, kalau diberi lebih banyak lagi juga tidak ada gunanya.

Ternyata Jack menelepon kesana hanya untuk memberitahukan saja, dan dia juga berniat seperti itu, ditambah lagi waktu yang dia bisa berikan untuk menemani Denis tidaklah banyak, jadi sementara dia tidak pergi dulu ke D.O.

Tangannya menyentuh kening Denis, demamnya sudah turun, dan wajahnya pun sudah kelihatan jauh lebih baik daripada semalam.

Tepat pada saat Sheila sedang meraba kening Denis, Jack masuk sambil mendorong troli makanan dan berkata : “Kata dokter kondisi pemulihan Tuan Muda cukup bagus, mungkin dua hari lagi sudah bisa keluar dari rumah sakit, dan saat dirumah hanya perlu memperhatikan pembersihan luka dan ganti perban, maka lukanya akan cepat sembuh.”

Begitu mendengar berita ini, tadinya Sheila merasa gembira namun dengan cepat dia merasa sedih.

Denis tidak melepaskan pandangannya dari Sheila sedikit pun, hati Sheila tersentak, dia mengira kalau Denis melihat kesedihannya, namun Denis justru berkata : “Aku mau menemanimu pergi membeli perlengkapan bayi, aku juga mau hadiah.”

Sheila diam-diam menghembuskan napas lega : “Baiklah.”

Dengan adanya hadiah dari Sheila sebagai penyemangat, Denis pun tidak lagi memaksa Dokter untuk mempersingkat waktu pengobatan, dan dia menjalani pengobatan dengan suasana hati yang santai namun dia malah pulih dengan cepat.

Dalam sekejap mata dua hari kemudian Denis sudah bisa keluar dari rumah sakit, sebenarnya yang merasa lega adalah para perawat dan dokter disana karena sejak Denis dirawat satu haripun mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Setelah pulang ke rumah Salim, disana ada Dokter Dodi yang mengobati, ditambah dengan kondisi tubuh Denis yang baik, lukanya mulai berangsur-angsur sembuh….

Sheila mengambil sebuah pakaian jumper bayi yang berwarna putih.

“Model baju seperti ini sangat cocok untuk bayi berumur 1-2 bulan, bahannya dari katun dan cocok untuk kulit bayi yang masih sensitif.” Pegawai toko belum pernah melihat sepasang suami istri yang begitu cocok, dia tidak tahan dan melirik beberapa kali.

“Bungkus yang ini.”

Sheila belum memutuskan tapi sudah keburu disela oleh pria tampan yang berdiri disampingnya.

“Lalu model yang ini….”

Tidak ada satupun yang terlihat, barang-barang di toko itu yang sekiranya akan terpakai semuanya dibeli, kemudian para pengawal memuat barang belanjaan mereka ke dalam mobil.

Satu lantai mall tersebut semuanya penuh dengan berbagai keperluan ibu dan anak, Sheila menghabiskan waktu cukup banyak, begitu dia melihat yang bagus maka dia membelinya.

“Ini pakaian untuk anak 6 tahun, apa kamu yakin mau beli?” Denis mendampinginya dengan sabar.

“Apa kamu tidak merasa baju ini sangat bagus?”

“Kalau dipakai saat dia berumur 6 tahun nanti modelnya sudah ketinggalan zaman.”

“Ah, anak kecil kan tidak apa-apa.”

“kamu masih belum tahu anak kita ini perempuan atau laki-laki.”

“Jadi aku sebisa mungkin beli yang netral.”

“Baju ini bisa dipakai oleh anak umur 18 tahun….”

“……”

Ketika anaknya besar nanti, Sheila tidak tahu dirinya ada dimana pada saat itu.

Jadi dia mempersiapkan semua barang-barang keperluan bayi dari kecil sampai besar, baik itu pakaian, sepatu, mainan….

Dia takut kalau di kemudian hari nanti dia tidak punya kesempatan mempersiapkan semua ini untuk anaknya….

Denis melihat Sheila membeli semakin banyak barang untuk anaknya, wajahnya pun semakin gusar : “Mana hadiah untukku?”

“Tidak usah buru-buru, setelah selesai membelikan barang-barang untuk anak kita, aku akan membeli hadiah untukmu.”

“Jadi urutanku setelah anak kita? kamu ini benar-benar tidak memandang diriku.”

Sheila tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba merasa tidak senang, lalu dia membujuknya : “Bagaimana bisa, kamu adalah yang pertama, lihat ini bagaimana, bagus tidak?”

“Bros?”

“Iya, ini adalah bros daun emas, kalau disematkan di dasi pastilah sangat bagus, masih ada lagi ini yang bentuk pedang yang simple, tapi sangat enak dipandang.”

“Aku mau ini semua.” Denis menyapu semua bros yang ada.

Kemudian Sheila berjalan ke kasir dan Denis mengikutinya : “Ada uang?”

Semua belanjaan untuk anaknya tadi dibayar dengan kartu kredit milik Denis.

“Ada, apa kamu masih ingat dulu pernah memberiku sebuah kartu platinum?” Sheila tertawa : “kamu hanya memberikan kartu tapi tidak memberikan pinnya.”

Peristiwa itu membuat dia kehilangan muka di toko permata.

Denis memejamkan mata dan tertawa kecil, bulu matanya terlihat sangat lentik.

Wajah Denis yang sangat tampan dan sempurna membuat pegawai kasir terpana….

Apakah ini pangeran tampan dan kaya dalam cerita dongeng? Dan masih memberikan kartu platinum pada wanita ini, apakah dia sugar baby?

Sheila menerima kartunya, lalu mengetuk meja kasir : “Tolong dibungkus.”

“oh,…. Baiklah.” Pegawai kasir itu pun menyimpan kembali ekspresinya, dan bersiap-siap membungkus belanjaan Sheila.

Tiba-tiba terdengar suara serak Denis : “Tunggu dulu.”

“Apakah….masih ada yang lain?”

“Tidak usah dibungkus.”

Denis meminta brosnya, kemudian dia berikan pada Sheila : “Sekarang pakaikan padaku.”

Sheila mengambil brosnya kemudian memakaikannya pada Denis, model yang sederhana sangat cocok untuknya.

Sambil berjalan keluar dari toko perhiasan Denis menggandeng tangannya dan membiarkan Sheila membeli banyak hadiah untuk dirinya, sebenarnya barang-barang yang dikenakan Denis semuanya barang buatan kelas atas, sedangkan barang-barang yang ada di toko kualitasnya tidak sebaik barang yang dia pakai, hanya saja karena dia tidak rela melihat Sheila mempersiapkan begitu banyak barang untuk anaknya, dia pun membawa Sheila supaya beli lebih banyak lagi.

Sheila memilih hadiahnya dengan sepenuh hati, dia berpikir satu hadiah tiap tahun, sepertinya semua ini cukup sampai usia 70-80 tahunan….

Atau mungkin juga dengan membuka hadiah-hadiah tersebut, Denis bisa melupakan dirinya….

Ketika mereka berjalan keluar dari mall waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Denis bertanya pada Jack : “Sudah disiapkan belum?”

Jack mengangguk, kemudian membawa mereka ke salon kecantikan.

“Kita mau apa?” Begitu Sheila melihat kata salon, perasaannya sedikit bertentangan karena peristiwa lamaran waktu itu masih membekas dalam benaknya.

Denis sangat mendalami hal-hal yang berhubungan dengan sense of ceremony, jadi waktu lamaran, dia memberi Sheila satu set pakaian lengkap dengan aksesorisnya, dan dia sengaja mendekorasi tempat lamaran….

Dan sekarang tiba-tiba membawa Sheila pergi ke salon, otomatis membuat dia berpikir yang aneh-aneh.

“Untuk apa pergi ke salon”

“Kita akan menghadiri sebuah acara yang penting.” Denis tersenyum misterius : “Kita pergi ke salon dulu.”

“……” Sheila bisa melihat dalam matanya kalau Denis sudah mempersiapkan semuanya, jadi dia berkeras tidak mau pergi, kalau benar ini adalah sebuah acara lamaran, maka ini adalah yang ketiga kalinya, kalau ditolak lagi, apakah dia bisa marah hingga mau mencekiknya?

Ditambah lagi ini semua begitu tiba-tiba, dia sama sekali belum mempersiapkan diri.

Dia bahkan paling takut kalau Denis melamarnya di hadapan orang banyak, ini membuat dirinya sulit.

Begitu melihat Sheila yang berdiam diri, Denis bersiap mau menggendong dan membawanya masuk : “Sebenarnya kita mau pergi kemana? Kalau kamu tidak bilang padaku, maka aku tidak mau pergi!”

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu