Istri Direktur Kemarilah - Bab 217 Anggap Saja Digigit Anjing

Sheila mencium dagunya.

“Disini.” Dia mengatupkan bibirnya, “Paling tidak 10 menit.”

“……”

Dibawah arahan Denis, teknik ciuman Sheila dalam sekejap meningkat, dia memejamkan mata, menyodorkan bibirnya, dan berinisiatif mendekati dia, perlahan dia mulai menggigit dan menghisap lidahnya dengan penuh gairah….

Ketika terpikir kalau lelaki ini tidak memperdulikan segalanya demi dia,dia pun semakin larut dalam ciumannya, makin lama semakin penuh gairah dan mendalam.

Dengan cepat dia menemukan posisi yang pas untuk berciuman, dia duduk diatas badannya, dengan sekuat tenaga dia menindih Denis ke punggung sofa.

Gerakan sheila yang menyerang Denis, seketika membuat Denis tidak bisa membalas. Tangan Sheila mulai menerobos masuk ke dalam kerah bajunya, meraba dan mengelus dadanya yang bidang,dan dia menyadari respon tubuhnya sendiri yang sangat besar.

jari kakinya menekuk dan tubuhnya terasa mengigil.

Sejak hamil sampai sekarang, mereka sama sekali belum pernah sedekat ini.

Tubuh lelaki yang perkasa itu mana bisa menolak godaannya, mata Denis terpejam dan api gairah di dalam tubuhnya mulai membara,dan bagian bawah tubuhnya jelas sudah mengeras.

Sheila merasakan Denis mengangkat kepalanya lalu bersandar di bahunya, barulah dia tersadar dan ciumannya terlepas……

Air liur yang keluar seperti benang sutra yang ditarik memanjang, benar-benar menggoda.

Dia merasa canggung mengingat tadi dia berciuman dengan penuh gairah!

Denis mengelap sudut bibir Sheila, bibirnya memerah, dan dia tertawa : “Hari ini kamu benar-benar hot.”

Sheila tidak bisa menjawab, dia hanya merasakan perasaan insecure (tidak aman) dalam hatinya semakin lama semakin besar.

Terutama saat itu di rumah sakit, bayangan punggung Denis yang menerima telepon dalam keadaan marah, membuatnya semakin merasa tidak aman.

Denis berkata dengan suaranya yang serak dan rendah : “Apa kamu mau? Hmm?”

“……”

“Jarang-jarang dirimu yang berinisiatif mau melakukannya, kupikir kamu tidak menginginkan hal itu.”

Kecuali Denis yang mulai menggoda dan merayunya, kalau tidak maka dia tidak akan merespon.

Selama ini, dialah yang bersusah payah menekan gairahnya.

Sekarang dia juga sanggup menahannya : “Demi keamanan bayi kita dan dirimu, lebih baik 3 bulan pertama ini kita tahan dulu ya?”

Sheila tertegun sejenak, kemudian dia merespon, kedua pipinya mulai memerah karena malu. Dia mengigit bibirnya, rasanya ingin terjun saja dari pelukannya.

Denis memegang bahunya : “Malu berarti memancingku untuk melakukan kesalahan.”

“……lepaskan aku.”

“Wajahmu merah sekali.”

“Kubilang, lepaskan aku!” Sheila yang tadinya malu sekarang marah, lalu dengan sekuat tenaga dia mendorong Denis.

Denis tampak menikmatinya dan berkata : “Bantu pijat ya, rasanya enak sekali.”

“Dasar tidak tahu malu!”

“Aku tidak melakukan apa-apa, kenapa harus malu?” Denis merapikan pakaian Sheila sambil tertawa, dasar, padahal sekarang dia sedang berusaha menahan gairah di dalam tubuhnya.

Sheila tidak berkata apa-apa,begitu teringat apa yang tadi dia lakukan, dia begitu benci dirinya sendiri sampai berharap bisa menggali lubang dan mengubur diri di dalamnya.

“Setelah aku selesai dengan urusanku, aku akan menemanimu pergi.”

“Tidak usah, obrolan kami adalah tentang urusan Mama, kalau kamu ada disana tidak baik.” Ditambah lagi di sekelilingnya ada sekelompok pengawal, tanpa sadar itu adalah semacam tekanan yang terlihat.

Untung saja Denis benar-benar ada urusan yang harus dikerjakan, jadi dia tidak berkeras ikut, hanya saja dia mengatur seorang pengawal perempuan untuk mengawal Sheila.

Sebelum pergi Sheila menelepon Sisi dan bertanya dia ada dimana, butuh waktu lama untuk menjawab kalau dia sedang berada di kampus.

Saat ini terdengar suara musik yang hingar binger dari dalam ruangan karaoke.

Sisi takut suara bising itu terdengar oleh Sheila, jadi dia menutup microphone handphonenya.

Karena disini bukan kampus, melainkan di Diskotik Emperor, sebuah diskotik paling mewah di ibukota.

Di ruangan VIP itu, Sisi berjalan dengan tenang di lorongnya, dia sedang mencari orang.

Orang yang pantas mati ‘Si Amnesia’ itu bilang kalau Sisi mau memasakkan makanan untuknya maka dia akan mempertimbangkan untuk mengembalikan kartunya.

Ternyata orang itu sangat pemilih, dia berkata kalau anjing pun tidak akan mau memakan masakannya……

Dan akhirnya soal kartu itu pun belum ada kejelasan.

Kalau bukan karena salah satu kredit itu adalah kartu kredit, yang kalau digesek maka transaksinya tidak bisa dibatalkan, kalau tidak mungkin sudah dia relakan kartu-kartu itu……

Ahh, kenapa dia bisa begitu sial?

Tidak mudah menunggu dia keluar rumah, dan dia mengikutinya sampai kesini, dan dengan satu telepon dari kakak, orang itu pun menghilang……

Dia sudah mengelilingi ruangan-ruangan karaoke yang ada, namun tetap tidak bisa menemukan lelaki itu, akhirnya dia menghentikan seorang pelayan yang berjalan ke arahnya : “Numpang tanya, apakah kamu melihat seorang pria yang tinggi dengan rambut cokelat ikal dan memakai anting batu permata biru?”

Pelayan itu melihat Sisi dari atas kebawah, gaya pakaian Sisi yang simple dengan celana jeans dan T-shirt terlihat seperti seorang mahasiswa……

Pelayan itu membalikkan badan dan menunjuk ke sebuah ruangan yang paling ujung : “Apa kamu adalah temannya?”

Sisi mengangguk.

Pelayan itupun membawa Sisi ke ruangan yang paling ujung, ruangan ini paling gelap tapi juga paling tenang……

Samar-samar terdengar suara napas seorang lelaki, dan ruangan itu penuh dengan aroma wine yang kental.

“Kamu bilang kamu adalah temannya, apa kamu punya nomor teleponnya? Kami perlu mengeceknya.”

Sisi mengerti maksudnya, dia mengambil handphone kemudian menelepon, dan telepon lelaki itu pun berdering.

Barulah pelayan itu bisa menyerahkan Samuel Susanto kepadanya : “Pacarmu ini minum terlalu banyak, tadinya kami sudah berencana memanggilmu kesini untuk menjemput dia.”

“Uhuk-uhuk, dia bukan…….”

Baru saja Sisi ingin menjelaskan tapi pelayan itu sudah keburu pergi.

Lelaki itu berbaring meringkuk di atas sofa, Sisi menghampirinya dan menendang pelan beberapa kali, namun lelaki itu tidak bangun, dia malah berbalik dan tidur.

Tangan Sisi mendorong lelaki itu : “Hey!Cepat bangun!”

Lelaki itu bahkan tidak bergerak sama sekali.

Sisi memutar bola matanya, lalu tangannya meraba kantong celana lelaki itu.

Dia mencari dompetnya, kartunya pasti ada di dalam, kalau dia sudah mendapatkan kartunya maka biarkan saja lelaki itu tidur disini.

Khawatir membangunkan dia, Sisi pun pelan-pelan memasukkan dua buah jarinya ke dalam kantong dan merogoh tapi tidak ada apa-apa.

Mungkin di kantong sebelah sana, lelaki ini mengenakan pakaian kasual, jadi hanya ada kantong celana, tadinya dia membalikkan badannya dengan sekuat tenaga, ah sial, tenaganya terlalu kuat, jadi dia mengulurkan tangan untuk memapahnya, tapi tubuhnya malah ditindih oleh pria itu.

Sisi:“……”

Mata lelaki itu merah dan menatap Sisi dengan nanar, kemudian wajahnya semakin dekat, sampai akhirnya dia tiba-tiba mencium Sisi.

Sisi mengedipkan matanya dan matannya hampir juling.

Namun lelaki itu tidak memperdulikan protesnya, dalam sekejap seluruh oksigen di ruangan itu seperti dihisap habis.

Mata Sisi membelalak terkejut dan tubuhnya kaku, aroma napas lelaki itu memenuhi mulut Sisi.

Sebuah tangan yang kuat memegang punggung Sisi, dan menarik Sisi ke arahnya, lidahnya yang merah masuk ke dalam mulut Sisi,ciumannya kuat dan ganas, dia tidak memberikan Sisi sedikitpun kesempatan untuk bernapas.

Ciumannya liar dan ganas, dan samar-samar ada aroma wine yang tercium.

Lelaki itu menghembuskan seluruh napasnya ke tubuh Sisi.

Seakan-akan dia ingin menghirup Sisi ke dalam kolam, dan tidak akan pernah keluar lagi.

Tepat pada saat Sisi merasa akan kehabisan napas, lelaki itu mengigit bibir Sisi keras-keras.

Sisi menahan napas, dan dengan susah payah dia mengumpulkan keberanian, lalu mengulurkan tangannya yang gemetar dan menampar lelaki itu.

Namun lelaki itu malah menangkap pergelangan tangannya : “Reina Huo, apa kamu mengira kalau kamu yang berinisiatif mencariku maka aku akan memaafkanmu? Huh, jangan mimpi!”

Sisi : “……”

Reina Huo? Mantan pacarnya?

Biasanya setelah mabuk orang akan mengatakan yang sebenarnya, dan dia bisa mengingat nama orang itu berarti dia tidak kehilangan ingatan.

Sisi berusaha sekuat tenaga melepaskan tangannya, dia segera mengeluarkan handphone dan mulai merekam suara : “Hey, katakan sekali lagi ucapan tadi.”

Ini adalah bukti kalau dia tidak kehilangan ingatan, dia harus baik-baik menyimpannya……

Kecuali soal ciuman tadi, anggap saja habis digigit anjing……

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu