Istri Direktur Kemarilah - Bab 71 Dia Memutuskan Panggilan Teleponnya!

Beberapa perempuan yang sedang mengunjungi toko perhiasan itu memandangi Sheila, mulai berbisik:

“Nyonya muda Salim, lihat apa yang dipakai di jarinya…… beril merah, 3 juta per gram, sangat jarang ditemukan di pasar.”

“Asli?”

“Seharusnya bukan palsu, bagaimana mungkin Tuan Salim membiarkan istrinya mengenakan barang palsu? Tampaknya cincin itu tidak bernilai di bawah 200 juta.”

“Modelnya memang sangat istimewa, tapi sepertinya aku pernah melihatnya?” perempuan itu berpikir dengan serius: “sedikit mirip dengan yang pernah dilihat tanteku, tapi, itu adalah barang turun-temurun keluarga Hermawan.”

“barang turun-temurun keluarga Hermawan, bagaimana mungkin bisa ada di tangan Nyonya Salim?”

“Makanya aku hanya mengatakan mirip.”

“Apa yang tidak mungkin, kamu perhatikan, cincin yang ada di tangan nona Yuna.”

Beberapa perempuan itu mendekati layar ponsel satu per satu: “Ini adalah cincin yang didapatkan Tuan Salim dari pelelangan beberapa hari yang lalu, bernilai 200 juta.

“Wah, benarkah? 200 juta? Tuan Salim benar-benar mencintai nona Yuna.”

Beberapa perempuan itu mengagumi cincin yang dipakai di tangan Yuna

Sheila sedang belanja besar-besaran, jadi tidak memperhatikan bahwa beberapa perempuan itu sedang menggosipkannya.

Nilai mahal perhiasan adalah pilihan pertama baginya untuk bisa mengubah pemberian Denis kembali menjadi uang.

“Nona, anda yakin mau semua ini?”

Karyawan toko merasa kejutan datang terlalu cepat, tidak sangka pelanggan ini membeli hampir semua perhiasan di toko, ini adalah pelanggan termewah sejak toko ini dibuka.

Sheila mengangkat tangan, kartu kredit hitam terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah: “Benar, bungkus semuanya.”

“Ba… …Baik, saya segera bungkuskan untuk anda.”

Sheila dengan bosan duduk di sofa dan membalik-balikkan majalah.

Dia awalnya ingin meniadakan proses pembungkusan yang merepotkan, tapi jika semua aksesoris tidak terbungkus, maka pasti akan menimbulkan kecurigaan Denis.

Di sisi lain, tiba-tiba terdengar suara bising: “Model ini adalah yang aku sukai, meskipun belum sempat menyuruh kalian mengeluarkannya untuk dilihat, tapi siapa datang duluan siapa dapat, toko kalian mestinya tidak boleh seperti ini hanya karena toko kalian besar, sehingga menggertak yang kecil?”

Sheila mengangkat kepala di tengah keributan itu, beberapa perempuan sedang memandang ke arahnya: “Dia adalah pelanggan besar, jadinya kita bukan pelanggan? Dia kaya, bisa membungkus semua barang di toko ini, kita jadinya tidak berhak untuk membeli? Kita lebih dulu masuk ke toko ini daripada dia!”

Sheila bertanya dengan nada rendah pada karyawan di samping yang terus melayaninya: “Apa yang terjadi?”

“Kalung yang anda sukai, pelanggan itu juga suka, kemungkinan besar karena tadinya mereka keasyikan mengobrol, jadi hanya melihat dan tidak mengatakan akan membelinya, jadi kita langsung membungkusnya untuk anda.”

“Aku kira masalah besar apa, kalau begitu kalung itu aku tidak mau lagi.”

“Kalau begitu aku pergi bilang ke nona itu.”

Karyawan toko berlari dengan langkah kecil, siapa tahu mereka kembali ribut lagi: “Yang tidak mau dia, kenapa aku harus mau? Aku hanya ingin memperingatkan kalian, kita juga sudah menjadi pelanggan VIP kalian, juga sudah memperkenalkan banyak pelanggan untuk kalian, jangan terlalu bermimpi, pelanggan yang begitu besar seperti dia tidak akan ada di setiap harinya, toko kalian masih perlu pelanggan seperti kita untuk tetap bertahan.”

“Nona Tiffany, ini kemungkinan besar hanya sebuah kesalahpahaman… …”

“Salah paham? Beberapa sahabatku juga melihat, masih salah paham? Kalian jelas-jelas menggertak pelanggan hanya karena toko kalian besar, panggil manajer toko kalian keluar, aku mau komplain.”

“……”

Sheila menundukkan kepala terus melihat majalah, orang yang rewel dan tak masuk akal, dia tidak tertarik untuk berkontak dengan mereka.

Keributan menarik perhatian tidak sedikit orang.

Saat ini, karyawan tersenyum dan menyodorkan mesin kartu kredit pada Sheila: “Nona, silakan masukan pin.”

Sheila menerima mesin kartu kredit, alis agak mengerut, pin? Denis tidak memberitahunya bahwa ada pin.

“Apakah ada masalah, nona?”

“Maaf, aku telepon dulu.”

Raut wajah Sheila agak berubah, melangkah ke tempat yang agak sepi di dalam toko dan mengeluarkan ponsel.

Suara bising tiba-tiba berhenti, semua orang melihat padanya.

Dia tidak ingin menelepon Denis untuk mendapatkan pin, rasanya seperti sedang memohon padanya, harga diri tidak membiarkannya untuk menunduk, tapi dia memang membutuhkan uang.

Lagipula, semua aksesoris sudah selesai dibungkus, dan masih banyak orang yang menunggu untuk menonton leluconnya.

Menggertakkan gigi sambil menekan tombol dial.

Dengan cepat, pihak sana mengangkat telepon, terdengar suara napas yang dingin.

Sheila menggertakkan gigi: “ini aku.”

“Ada masalah?”

“Kartu yang kemarin kamu berikan ke aku, berapa pin-nya?”

“..…”

“Apakah kamu dengar?”

“Aku sedang sibuk.” Terdengar suara yang tidak manusiawi.

Sheila menghadapi tolakan dingin, seluruh wajahnya memerah karena malu.

“Hanya menyebutkan pin tidak akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”

Dia bahkan memutuskan panggilan!!!

Sheila dengan erat menggenggam ponsel, seluruh tubuhnya memancarkan rasa frustasi yang tidak pernah dialaminya.

Sudah diduga bahwa pria ini tidak murah hati!

Mengingat ketidaknormalan pria itu semalam, dia juga bodoh telah mempercayainya! Bahkan masih menelponnya, benar-benar mengambil inisiatif untuk mendapatkan hinaan.

Karyawan toko menatapnya dengan penuh harapan, memandangnya sepanjang bertelepon dan terlihat raut wajahnya yang tiba-tiba berubah, kurang lebih sudah bisa menebak beberapa poin masalah.

Sheila menyimpan ponsel, melangkah ke meja resepsi dengan penuh maaf: “Maaf, aku mendapatkan sedikit masalah, sepertinya hari ini tidak bisa beli.”

Perkataannya baru selesai diucapkan, karyawan belum sempat berkata apa-apa, nona Tiffany yang tadinya masih mengeluh tiba-tiba mendapatkan jalan keluar untuk melampiaskan emosi: “Tidak bisa beli, masih berpura-pura menjadi pelanggan besar, apa yang aku katakan tadi? Kalian jangan menggertak pelanggan kecil hanya karena toko kalian besar, bagaimanapun kita adalah VIP, jika kita bilang mau beli, pasti akan beli, lihatlah, tidak bisa beli masih menyuruh kalian untuk membungkus satu per satu, ini bukannya lagi mempermainkan orang?”

Tadinya karyawan masih tersenyum melayani Sheila, sekarang karena Sheila menyuruh mereka membungkus dan akhirnya tidak beli, membuat mereka sangat tidak senang.

Lagipula bukan hanya satu atau dua, ada begitu banyak aksesoris di toko, membungkus satu per satu sangat menguras tenaga.

Sheila sekilas melirik perempuan yang disebut Nona Tiffany itu, memakai kacamata hitam, tidak bemaksud berkontak terlalu banyak dengan orang-orang itu, hendak pergi.

Tidak disangka pengabaian Sheila, di mata Nona Tiffany Septiani adalah rasa malu, segan untuk bicara.

Kata-kata yang diucapkan semakin bersemangat: “Makanya, jika menikah, menikahlah dengan cinta, kalau menikah pada uang, uang adalah punya suami, jika dia tidak memberimu uang, tetap saja sia-sia.”

Segera ada orang yang melanjutkan: “Benar, suaminya rela membelikan cincin bernilai 200 juta untuk kekasih kecil, tapi tidak bersedia membelikan istrinya perhiasan, kalau aku adalah istrinya, aku pasti tidak bisa tahan… …”

“Cincin 200 juta? Untuk siapa?” Karyawan toko ikut gosip dengan rasa ingin tahu.

“Tuan Salim memberikannya untuk nona Yuna, berlian merah muda, seumur hidup kalian pasti tidak pernah melihatnya, itu adalah dambaan semua perempuan.”

“Aku lihat, aku lihat……” Tiffany menggeser layar ponsel, Yuna sedang menghadiri acara endorse produk, cincin merah mudah yang ada di tangannya sangat silau dan menarik perhatian.

“Bagaimana kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari Tuan Salim.”

Tiffany membuka galeri foto, di dalamnya adalah foto Denis yang mendapatkan cincin itu di pelelangan, hanya terfoto bagian belakang Denis, tapi Jack bekerja untuk Denis, sering muncul di depan umum, semuanya tahu bahwa dia adalah pengurus rumah tangga Denis.

Tiffany mengangkat tinggi-tinggi ponselnya, layar menghadap ke arah Sheila, jelas sengaja untuk memperlihatkan padanya.

Tentu saja, mereka tidak tahu, dia memiliki niat sendiri, sepupunya Leni Septiani, karena perempuan ini sehingga ditendang oleh pengurus rumah tangga Denis hingga tujuh tulang rusuknya patah dan sekarat, sekarang masih terbaring di rumah sakit… …

Tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mempermalukan perempuan ini… …

Sheila melihat sekilas layar ponselnya, punggung Denis, karena sudut pandangnya sehingga dia bisa melihat dengan jelas cincin yang ada di tangan pria, kotak brokat merah jambu yang ada di tangannya, terdapat sebuah cincin berlian yang silau.

Sama persis dengan cincin yang dipakai di tangan Yuna.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu