Istri Direktur Kemarilah - Bab 121 Sudah Buntu Masih Mengelak ! (2)

Suni menyembunyikan tangan ke belakang punggungnya, dia sudah menyentuh tas dokumen itu, jadi sudah pasti diatasnya ada sidik jarinya.

Tapi sidik jarinya tidak begitu dalam, kalaupun bisa dilihat, belum tentu bisa terlihat dengan jelas.

Begitu teringat ini, kedua tangannya yang mengepal langsung melonggar : “Ya sudah silakan cap, siapa takut?”

Selesai Suni memberikan sidik jarinya, urutan selanjutnya adalah Sisi, Karina, bahkan Harry juga tidak bisa mengelak. Saat ini, pembantunya membawa seseorang masuk : “Nyonya Muda, orangnya sudah sampai.”

Seorang pria berjas dan berdasi, lengkap dengan kacamata yang framenya berlapis emas, gayanya sangat terpelajar.

“Orang ini adalah Kepala Pusat Identifikasi Sidik Jari, dia memiliki pengalaman identifikasi sidik jari lebih dari 20 tahun.” Jack telah selesai memperkenalkan orang itu, lalu dia mempersilahkan.

Pria itu memperhatikan dengan teliti sidik jari yang telah dikumpulkan, lalu berkata : “Meskipun sekarang ini sudah banyak peralatan yang digunakan untuk mendapatkan sidik jari, tapi dengan menggunakan bubuk tinta memang cara yang paling mudah dan paling berguna.”

Dia berbicara sambil menatap Sheila dengan pandangan memuji, lalu meminjam foto sidik jari yang sudah dicetak oleh Jack untuk dicocokkan.

Lalu sidik jari mereka, disatukan dibawah sinar lampu, dengan bantuan sinar lampu bisa terlihat lebih jelas sehingga bisa dibandingkan dengan sidik jari yang ada di foto.

Suni mengepalkan tangannya erat-erat, telapak tangannya berkeringat, dia merasa proses ini terlalu pahit.

Sepuluh menit sudah berlalu….

Dua puluh menit sudah berlalu…..

Karena garis sidik jari itu sangat halus, serta sidik jari tiap orang juga tidak sama, sidik jari antar jari-jari tangan juga berbeda, demi mendapatkan hasil yang akurat lelaki itu mengecek dengan sangat teliti.

Seluruh rumah ini dipenuhi oleh pengawal bersenjata, tentu saja dia tidak berani ceroboh, kalau dia berbuat kesalahan, maka nyawa ini taruhannya.

Akhirnya, dia melepas kacamata dan mengusap-usap matanya : “Sidik jari yang ada diatas kantong dokumen ini, cocok dengan sidik jari di sampel ini.”

Dia mengulurkan foto dan kertas yang bercap tangan tersebut.

Diatas kertas tersebut tertulis nama --- Suni Wijaya!

“Nona kedua, apakah ada lagi yang hendak anda utarakan?” Sheila mencibir, meskipun tidak mencocokkan sidik jari, dia pun sebenarnya tahu kalau pelakunya adalah Suni, tapi harus ada bukti, baru bisa mematahkan rencana orang tersebut.”

“Aku…..” Wajah Suni mulai membiru, dia menggeleng-gelengkan kepala sambil melangkah mundur, seperti mau melarikan diri.

Hanya saja sayangnya dia tidak bisa melarikan diri, di sekelilingnya banyak pengawal.

Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak : “Tepat sekali, aku yang memotret foto itu! Lalu kenapa? Aku cuma penasaran saja, jadi memotret beberapa foto!”

Sheila menatap dia dengan dingin, tatapannya seperti berkata : “sudah ketemu jalan buntu pun masih mengelak!”

“Bawa handphone Sisi kemari dan periksa sidik jarinya.”

Dengan menggunakan cara yang sama, terdapat sidik jari 3 orang di handphone tersebut, yaitu : Sisi, Sheila, dan juga Karina.

Karina sedang hamil, jadi dia hanya duduk di sofa, tangannya mengelus perutnya, karena dia tegang, bahkan kulit perutnya juga ikut menegang.

Tapi bagaimanapun jahe tua itu lebih pedas, raut wajahnya tetap seperti biasa, bahkan tertawa : “suamiku, lihatlah, benar-benar ada sidik jari Sheila lho, tadi bilang mau buktikan, sekarang lihat dia bagaimana membuktikannya.”

Sudah terlihat kalau itu adalah sidik jarinya, tapi belum tentu juga.

Sheila mulai tertawa terbahak-bahak, Karina merasa sudah pasti tidak ada acara lagi untuk membuktikan kalau diantara ketiga orang tersebut adalah dia yang mengirim foto itu?

Karina sebenarnya tidak takut, karena kamera CCTV videonya sudah dia edit, wanita ini tidak mungkin bisa mencari lebih banyak bukti lagi kalau dia yang melakukannya!

Karina tersenyum lembut, menerima tatapan yang dilayangkan Sheila ke arahnya: “Sheila, buat apa kamu masih repot-repot seperti ini, kupikir karena pada akhirnya kamu dengan Tuan Muda Salim akan bercerai, tapi bagaimanapun juga suami istrinya biasanya sepihak, karena dia memandangmu maka dia pasti berlapang dada tentang ini dan tidak akan menyalahkanmu….”

“Benarkah?” Sheila menatap Denis, meskipun Denis tidak mengutarakannya, tapi Sheila tahu kalau Sheila yang melakukannya, sepertinya Denis juga tidak akan melepaskannya.

Wanita itu seperti berdiri di pusat dunia, jadi bahan perhatian semua orang, seperti terisolasi dan tidak bisa meminta bantuan dari manapun, seperti tanaman lensa air yang mengambang diatas permukaan air.

Tiba-tiba Denis berpikir ingin segera menghampirinya, ingin membawa tanaman lensa air tersebut ke pelabuhannya, dan membiarkan dia menghadapi badai dan ombak --

Tapi raut wajah Sheila memberitahunya, dia tidak peduli--

Sheila benar-benar tidak peduli, karena dia sama sekali tidak perlu bertoleransi, bahkan dengan sikap yang mantap mulai membuka handphone itu.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu