Istri Direktur Kemarilah - Bab 246 Aku Akan Memberikan Sebuah Penjelasan Pada Keluarga Hermawan

Benaknya telah mengusir bayangan tentang tempat itu ratusan kali, namun dia masih bisa tersenyum sopan : “Mengenai hal itu, lebih baik tidak usah, lagipula sekarang ini aku sedang tidak kekurangan uang….”

“Apa kamu ingin kakakmu mendapat masalah?”

“Tentu saja tidak!”

“Kalau tidak mau, maka turuti permintaanku.”

“………” Sisi menyentakkan jari tangan Samuel, barulah dia mau melepaskan cengkeraman bajunya, dan detik berikutnya Sisi membenturkan lututnya ke alat vital Samuel ----

Samuel berjongkok kesakitan dan Sisi langsung melarikan diri.

Ketika Samuel berusaha berdiri dan mau menangkap Sisi, dia sudah keburu masuk ke dalam lift.

“Sisi Wijaya!” Samuel menggertakkan gigi dan berteriak, hanya saja sebelum pintu lift tertutup Sisi masih bisa mengejeknya dan menjulurkan lidah.

Dan setelah pintu lift tertutup, Sisi bergegas mengirimkan SMS kepada Sheila, dia mengingatkan kakaknya supaya berhati-hati ketika berada diluar, karena dia sangat khawatir kalau Samuel akan berbuat sesuatu pada kakaknya.

Rumah Salim

“Tuan Muda, akhirnya Nyonya Muda sudah mau makan.”

Denis berjalan ke kamar, dia melihat Sheila duduk di tepi ranjang, namun Sheila bersandar di kepala ranjang dan duduk diam seperti patung batu, kecuali minum air dan ke toilet, biasanya dia hanya bersandar di kepala ranjang, tidak berbicara sepatah katapun.

Namun dia masih mau makan, berarti dia masih memperhatikan kondisi anak dalam kandungannya.

Sebelumnya dia hampir saja keguguran, kalau dia tidak memperbaiki asupan gizi, maka anak itu…..

Diam-diam Denis menghembuskan napas lega, dia sudah berusaha menggunakan segala cara untuk meminta maaf namun wanita ini sama sekali tidak mau berbicara kepadanya.

Dia berjalan kesana-kemari di dalam kamar dengan gusar.

Semakin dia cemas, Sheila malah biasa-biasa saja.

“Sheila.” Denis berkata dengan nada dingin : “Apakah kamu ingin Sisi datang menemanimu?”

Akhirnya Sheila bergerak sedikit, tapi dia tetap tidak berbicara.

Melihat dia akhirnya bereaksi, Denis menambahkan dengan suara kecil : “Jangan paksa aku melakukannya.”

“……”

“Aku pernah berjanji padamu aku tidak akan sembarangan menyentuh orang di sekelilingmu, tapi sebelumnya kamu jangan bersikap begitu kepadaku.”

“……”

“Bicaralah.” Sorot matanya meredup : “Mengenai masalah ini aku akan memberikan penjelasan pada keluarga Hermawan.”

Sheila tidak menghiraukannya, kemudian dia menunduk dan mengeluarkan handphone lalu mengirimkan sms untuk Denis yang isinya : “Lihat saja nanti setelah memberikan penjelasan.”

Sial!

Dasar perempuan keras kepala!

Denis melampiaskan emosinya dengan menendang tong sampah, kemudian dia memanggil Jack dan memberi pesan lalu Jack keluar membawa handphone itu.

Sheila masih tetap menundukkan kepala memandang layar handphonenya, tadi ada sms dari Sisi yang belum sempat dia baca, kemudian dia membukanya :

【Kak, kalau belakangan ini dirimu bepergian maka harus perhatikan keselamatanmu, kamu harus membawa pengawal bersama denganmu, jangan sampai dirimu pergi sendirian.。】

【Ada masalah apa?】

【Tidak ada apa-apa, hanya saja tiba-tiba aku mengkhawatirkan keselamatanmu.】

【Baiklah, kamu juga harus perhatikan dirimu sendiri.】

“Tuan Muda…….” Saat ini Jack datang dengan tergopoh-gopoh : “Keluarga Hermawan….”

Denis berdiri dan berjalan keluar dari kamar, kemudian Jack mengikutinya.

Sheila sudah memperkirakan apa yang akan Jack katakan.

Malam itu sebenarnya sikap Nyonya Hermawan sudah jelas, yang dia inginkan hanyalah supaya Kenny bisa sadar kembali, kalau tidak, kompensasi apapun tidak akan menggoyahkannya.

Keluarga Hermawan tidak kekurangan uang, jadi meskipun Denis memaksa memberikan uang mereka juga tidak akan goyah, apalagi katanya latar belakang keluarga Nyonya Hermawan juga tidak bisa dianggap remeh.

Sheila masih mengingat tatapan mata Samuel kepadanya, dingin dan penuh dengan aura membunuh, seakan-akan dia benci hingga ke sumsum tulang dan ingin membunuhnya.

Jack mengikuti Denis berjalan ke ruang baca, kemudian Jack melaporkan hasil temuannya : “Tuan Kenny belum mati, jantungnya berada di tubuh Tuan Regen Huo….”

Sejak tadi malam Denis sibuk berusaha membujuk Sheila, jadi dia tidak terlalu mengerti kondisi Kenny, sebelum ada pembicaraan antara Jack dengan keluarga Hermawan, Denis sudah mencari tahu terlebih dulu keadaannya dan baru tahu kalau ternyata Kenny masih hidup, hanya saja kondisinya sama saja dengan mati.

Denis mengerutkan keningnya dan tiba-tiba teringat ketika di plaza dia mau menembak ke arah jantung Regen, namun wanita itu malah menahan pistolnya.

Lantas apakah waktu itu dia sudah tahu kalau jantung Kenny berada di tubuh Regen?

Kalau memang dia sudah tahu dari awal kenapa baru sekarang dia marah?

“Keluarga Hermawan sudah menyatakan sikapnya, kalau Tuan Kenny tidak bisa sadar, maka hubungan keluarga Hermawan dengan keluarga Salim tidak bisa berdamai lagi, dan untuk menghidupkan kembali Tuan Kenny maka dia harus mendapatkan jantungnya kembali.

“Bagaimana dengan sikap Tuan Huo?” Denis bahkan tidak memandang keluarga Hermawan dan keluarga Susanto, kalau bukan karena Sheila, maka dia tidak akan memilih bernegosiasi dengan keluarga Hermawan.

“Sikap Tuan Huo tidak jelas, katanya kalau dia menjalani transplantasi untuk yang kedua kalinya, maka kemungkinan gagalnya bisa dibilang 100%, jadi sepertinya dia tidak akan mengembalikan jantung itu ke Tuan Kenny.” Jack mendongak dan melirik Denis, alis Tuan muda saling bertaut, beliau pasti merasa hal ini sangatlah rumit.

“Buat janji dengan Tuan Huo.”

“……” Jack memandang Denis dengan terkejut, Tuan Muda sampai mau bertemu dengan Tuan Huo?

Setelah memastikan kalau Denis serius, sejurus kemudian Jack segera sibuk menelepon.

Denis kembali ke kamar untuk menengok Sheila, dan baru saja Jack selesai menelepon, sejurus kemudian terdengar suara pembantu : “Tuan Muda, saya benar-benar tidak tahu, saya baru saja pergi mengambil buah untuk Nyonya Muda, dan ketika saya kembali ke kamar Nyonya muda sudah tidak ada.”

Jack memanggil pengawal dan pengawal itu berkata : “Nyonya Muda bilang dia mau pergi ke rumah sakit, dan kami mengutus dua orang pengawal mengikutinya.”

“Tuan Muda, sepertinya Nyonya Muda pergi menemui Fahmi Lan, dan ada pengawal yang ikut dengannya jadi tidak ada masalah.”

“Apa kalau ada masalah kamu mau bertanggung jawab?”

“Ini…..”

“Apalagi yang kamu tunggu, cepat suruh orang pergi!”

“Baik”

Jack segera mengatur beberapa pengawal untuk mengejar ke rumah sakit.

Sementara itu di rumah sakit, Sheila menatap lelaki yang sedang duduk di ranjang pasien sambil memainkan handphone, kesepuluh jarinya dibalut dengan perban tapi dia masih bisa bermain handphone.

Begitu Fahmi melihat Sheila datang, dia tertawa kecil, lalu Sheila menghampiri dan merebut handphonenya, kemudian dia menjewer telinga Fahmi dengan sekuat tenaga.

“Sheila, kamu mau membunuhku ya?”

“Kurasa lebih baik dirimu mati saja, kamu bahkan berani berjudi? Apakah kamu tidak tahu Naga Alexis itu tempat apa? Itu adalah tempat yang kejam dan mengerikan!”

“Lain kali aku tidak berani lagi, kali ini aku kesana karena dicelakai oleh temanku, ini benar-benar yang pertama kalinya, selanjutnya aku tidak akan berani lagi.”

“Apa kamu tidak tahu kalau kamu hampir saja kehilangan nyawamu? Apa kamu tidak ingin bergabung di dunia hiburan lagi?”

“Aku tahu aku salah, apakah aku harus menulis kertas hukuman?”

“Harus tulis, dan tidak boleh kurang dari 8000 huruf.” Tiba-tiba terdengar suara Weni dari depan pintu, dia baru saja pergi membayar biaya pengobatan dan ketika masuk dia mendengar Fahmi bicara tentang kertas hukuman.”

“Bibi.” Sheila melepaskan telinga Fahmi, telinganya memerah karena dijewer oleh Sheila.

Weni segera menarik Sheila duduk di sofa : “Bagaimana keadaanmu? Dua hari yang lalu ketika aku meneleponmu, katanya kamu sedang sakit.”

“Aku tidak apa-apa, cuma terlalu lelah saja.” Waktu itu dia semalaman tidak tidur, dan malamnya pun banyak masalah yang bermunculan, jadi dia benar-benar lelah dan jatuh sakit.

“terima kasih atas bantuanmu mengenai urusan Fahmi, tapi…..”

“Akan kubicarakan pelan-pelan dengannya.” Sheila tahu yang dimaksud Weni adalah membujuk Fahmi untuk pergi tes DNA dengan dia, karena Fahmi belum tahu kalau Weni adalah ibu kandungnya…..

Weni datang ke rumah sakit sebagai wakil yang didatangkan untuk kerja sama.

Berdasarkan pengamatannya kepada Fahmi, dia memiliki pendapat buruk tentang ibu kandungnya, jadi kalau langsung diutarakan bisa jadi tidak akan ada kesempatan kerja sama yang bisa dibicarakan.

Weni menganggukkan kepala, lalu Sheila berkata : “Ada lagi, aku sudah memikirkan baik-baik usulan anda waktu itu, jadi aku memutuskan untuk…..”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu