Istri Direktur Kemarilah - Bab 82 Apakah Kamu Tidak Pernah Menolak Lelaki Yang Datang?

Meskipun dia sedang terikat tapi dia tetap berusaha memperlihatkan cara jalan yang mempesona, dan suaranya lembut : “Bisakah kau memapahku?”

Dengan sengaja dia bersandar ke samping pintu, seakan-akan lemas tak bertenaga, sehingga laki-laki manapun yang melihat akan tergerak hatinya.

Sheila mengerutkan alis, kenapa rasanya tatapan lelaki ini seperti membakar, apakah karena paras dia yang terlalu menggoda?

Membuatnya teringat akan sepasang mata yang buas dan haus darah, lalu dia pelan-pelan menggelengkan kepalanya, menyingkirkan orang tersebut dari benaknya.

Sheila berusaha berjalan beberapa langkah dengan tangan terikat, sambil menjaga senyum lembut : “kamu dimana? Cepat kesini bantu papah aku.”

Lelaki tersebut berdiri tidak jauh darinya, jaraknya tidak sampai 2 meter, matanya memicing, suara wanita ternyata bisa semanis ini.

Sheila merasa ada yang tidak beres, tekanan udara di ruangan tersebut sepertinya pelan-pelan mulai rendah, dia sengaja memiringkan kakinya : “ahhh, kakiku terkilir, bisa kemari bantu gendong aku?”

Menggendong?

Denis tidaklah bodoh, dia jelas tahu kalau kata-kata perempuan tersebut bukan ditujukan untuknya, dia sudah dianggap sebagai orang yang membawa perempuan itu kemari….

Dia terkejut, perempuan ini menghadap kearahnya, seolah-olah membalas dendam atas pembunuhan ayahnya, bencinya sampai ingin menusuk dia dengan ribuan duri yang ada di tubuhnya.

Sekarang tiba-tiba di hadapan lelaki asing, tanda-tanda dia mulai merayu semakin jelas, malah ingin buru-buru minta digendong!

Dadanya menjulang terbuka dan sepasang kaki semampai yang memikat orang-orang, dengan sangat murah hati semua itu terpampang jelas di depan matanya.

Bagaimana bisa wanita yang harus mati ini malah begitu bernafsu? Bahkan saking tak tertahannya sampai merayu lelaki asing!

Sial !!!

Dia perlahan mendekati Sheila selangkah demi selangkah.

Wanita yang tidak punya hati ini, hanya demi dia, bisa dibilang sudah mengobrak-abrik penjuru kota, mulai dari hotel Marriot bahkan sampai terbang kesini, wanita ini malah kebalikannya, saking nafsunya sampai tidak tahan untuk merayu lelaki lain!

Akhirnya dia telah sampai didepannya.

Dia memegang Sheila dengan telapak tangannya yang besar dan dingin, lalu dengan beberapa langkah melemparnya ke atas kasur.

Sheila mulai panik, dia salah perhitungan mengenai lelaki itu, awalnya dia tidak mengira lelaki itu berani berbuat seperti itu terhadapnya, malah dalam sekejap berubah menjadi garang.

Ketika aura lelaki tersebut memancar keluar dari wajahnya, dia sepertinya sudah gila karena merasa aura lelaki itu mirip sekali dengan Denis, aura yang sangat agresif.

Sheila mulai panik, sepertinya dia tidak menyadari kalau dirumah itu hanya ada mereka berdua, kalau saja lelaki itu adalah binatang buas, dia sendiri pun bisa mengalahkannya.

Tapi dia juga tidak bisa diam saja menunggu ajal, duduk manis dan menunggu untuk diumpankan bukanlah gayanya.

Dalam sekejap dia berhasil mengendalikan ketakutannya, lalu tersenyum : “tidak disangka ternyata kamu begitu bernafsu?”

Dia merasakan pandangan lelaki tersebut menyapu sekujur tubuhnya, lalu dia mengangkat tangannya : “bisa bantu aku lepaskan tali ini?”

Tersenyum? Bahkan dalam kondisi seperti ini dia masih bisa tersenyum?

Sebegitu bencinya Denis kepada wanita yang tidak punya hati ini sampai ingin mencekiknya hingga mati!

Dengan marah dia menarik sekuat tenaga, hingga ikatan tali di badan wanita itu terlepas, Sheila meregangkan tangannya dua kali, awalnya dia berniat membuat lelaki itu sekalian melepas borgolnya, namun dia khawatir lelaki itu akan curiga sehingga menggagalkan rencananya.

“Apakah perlu kubantu lepaskan pakaianmu?” Tangan Sheila agak gemetar sambil meraba dada lelaki tersebut, dan menemukan kancingnya….

Raut wajah Denis semakin gelap dan mengerikan, dia begitu ingin menampar wanita ini supaya sadar, tapi dia malah ingin mencoba, dengan posisi dia yang membelakangi dirinya, apa yang bisa dia lakukan.

Apa yang ditampilkan wanita ini di hadapan pria yang lainnya.

Dia pura-pura meraba dari atas sampai ke pinggang, dia meraba sekeliling pinggang lelaki itu tapi tidak menemukan kunci yang dia cari….

Dia jelas-jelas mendengar lelaki tersebut menggantungkan kunci di pinggang.

“Borgol ini begitu mengganggu, bisa tolong lepaskan borgol ini?Setelah lepas maka aku akan melayanimu dengan baik… …”

Melayani dengan baik?

Dia menatapnya, sorot matanya seakan-akan mengeluarkan kobaran api yang siap membakar.

Tangannya yang besar dengan kasar mencengkeram tangan wanita itu, lalu menekan tangannya ke atas kepalanya.

“Kau!” Sheila tahu kalau dia sudah menyulut api tersebut.

Sejak dia diculik sampai dibawa ke tempat ini, sikap yang ditunjukkan oleh lelaki ini menunjukkan kalau dia tidak diperbolehkan menyentuhnya, ternyata dia telah meremehkan kalau para lelaki biasanya adalah hewan yang mengandalkan insting tubuh bagian bawah, karena hal ini pula dia telah mengacaukannya.

Sekuat tenaga dia mengangkat kaki dan menendang lelaki itu, tapi sayang lelaki itu tenaganya kuat, dengan tangannya yang besar dia menangkis tendangan Sheila, bahkan tangannya membuka lebar kedua paha Sheila dan berdiri di antara kedua belah pahanya.

“Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku! Ughhh……”

Lelaki itu menciumnya!

Sheila mengigit bibir serta mengatupkan mulutnya, bagaimana bisa dia dicium secara paksa oleh lelaki asing, bahkan tubuhnya ditindih kuat-kuat, seketika dirinya merasa begitu jijik.

Dia balas mengigit kuat-kuat.

Denis terdiam, lalu wanita ini mengangkat kepalanya dan menumbukkan kepalanya ke arah dia!

“Jangan coba-coba menyentuhku, kamu tahu siapa diriku, kalau kamu berani menyentuhku maka kamu siap menerima resikonya!

Wanita yang sebelumnya merayu dan menggodanya, sekarang malah melawan?

Apakah wanita ini selalu berlaku sama terhadap siapapun, senang bermain tarik ulur?

Denis tersenyum, suaranya rendah dan serak, hanya saja nadanya seperti sedang mengejek.

Sheila menyadari kalau lelaki itu sudah tidak sembarangan menyentuh, suaranya Sheila juga melembut : “Lepaskan aku ya?”

Jemari Denis meraba kain hitam yang menutup mata Sheila.

Ternyata wanita ini minta dilepaskan, jadi tadi itu dia sengaja meraba di bagian pinggang, apa yang dia cari?

Dia sangat ingin melepaskan kain hitam itu, biar wanita itu melihat siapa sebenarnya yang menindihnya.

Tapi dipikir lagi dia bersikap seperti itu karena ingin melarikan diri, sayangnya tidak bisa, dan sikap itu malah membuat dada Denis terasa sesak dan marah, seketika muncul pikiran untuk menghukumnya.

Dia menjilat darah di sudut bibirnya, lalu dengan beringas mencium dan menekan bibirnya, lalu sekuat tenaga melumat mulutnya.

Sheila berusaha berteriak, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan, kakinya yang menjejak ke lantai malah tidak berguna.

“Lepaskan aku! Aku tidak suka kekerasan, bisakah kita pelan-pelan?”

“Aku suka.” Lelaki tersebut akhirnya bersuara, sekujur tubuh Sheila mendadak kaku, apakah dia sedang bermimpi, suara itu rasanya sangat akrab di telinga… …

Dia pasti salah dengar, Kenny yang telah menculiknya kesini, bagaimana mungkin Denis bisa berada disini?

Pikirannya kalut,

Tiba-tiba

Aaaaahh

Melihat dia tertegun lelaki itu langsung mencoba melepaskan celana Sheila, tidak mempedulikan dia yang memberontak, dengan kasar dia menegakkan tubuhnya lalu memasukkanya ke tubuh Sheila.

Aduhh…

Sakit sekali..

Dia berpikir, lelaki yang menindihnya ini adalah orang asing.

Pikiran pertama yang muncul adalah dia diperkosa!

Dia sudah berusaha untuk berontak, tapi yang terjadi malah segalanya kacau….

Butiran air mata mulai mengalir dari sudut mata Sheila, tidak pernah dia merasa begitu frustasi seperti sekarang, dia selalu beranggapan kalau dirinya pintar dan bisa berhadapan dengan situasi apapun, tapi dia malah meremehkan lelaki ini, dari segi tenaga saja dia sudah kalah.

Kalau tahu dari awal akan seperti ini jadinya, lebih baik dia duduk manis di rumah keluarga Salim dan melahirkan anak untuknya, setidaknya lebih baik daripada di perkosa oleh orang asing seperti ini.

Gerakan Denis mulai lebih ringan, dia melihat air matanya.

Dia pernah berpikir seperti apakah air mata perempuan itu.

Ternyata seperti ini, dilindungi oleh sebuah sabuk yang keras kepala dan pantang menyerah, bahkan masih terus berjuang dan mengigit lidahnya, memberontak tidak membiarkannya masuk.

Tidak menyerah sampai mati.

Tangan Denis memegang dagu Sheila, napasnya terengah-engah, seakan-akan kekurangan oksigen, anggota badannya bergerak lemas, tak ada tenaga.

Lalu dengan cepat melepaskannya, dan saat dia terbatuk, dia menyandarkan tubuh Sheila lalu sekali lagi menciumnya kuat-kuat.

Kali ini ciumannya lama dan dalam, bahkan menjadi lembut, sehingga membuatnya berkhayal, dia tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain, hanya dengan Denis, tapi ciuman orang ini, serta aura tubuh dan gerak-geriknya membuatnya merasa kalau orang ini adalah Denis.

“ughhh… …”

Tidak tahu sudah lewat berapa lama, dia tampaknya benar-benar terlena ke dalam sebuah fantasi.

Tubuhnya naik dan turun seperti berirama, dalam kabut, dia mendengar suara geraman rendah lelaki itu.

Bahkan suaranya pun mirip sekali dengan suara Denis…. …

Dia pasti benar-benar sangat putus asa sehingga bisa teringat akan lelaki itu…..

Sampai pada akhirnya, seluruh perasaan dan fantasinya lebur menjadi satu, tubuhnya dipeluk oleh Denis, tubuh mereka bersatu, dia ingin berbicara tapi baru saja membuka mulut, yang keluar malah erangan yang membuat wajah memerah.

Denis yang melihat dia seperti itu, lalu mencengkeram erat tangan Sheila, dengan garang dia mengeluarkan tenaga.

Wanita ini, di hadapan lelaki asing, namun masih bisa mengeluarkan respon yang begitu intens, bahkan pemberontakannya berubah menjadi sambutan yang hangat.

Dalam pandangan Denis, tingkahnya yang seperti ini malah seperti pisau yang teramat tajam, menghujam hatinya berulang kali.

“Sheila, apakah kau tidak pernah menolak tiap lelaki yang datang?”

Sheila mengerutkan alis, sekujur tubuhnya menegang.

Jadi, sekarang ini mimpi atau kenyataan?

“Aku benar-benar ingin mencekikmu sampai mati.” Dia mencekik leher Sheila dengan kedua tangannya, tubuh mereka masih terpaut menjadi satu, kebenciannya memuncak dan ingin Sheila mati di tangannya.

Akhirnya setelah energinya terkuras dalam waktu yang cukup panjang, dan dibawah tekanan yang berat Sheila pingsan, ditambah lagi Denis sudah lama tidak berhubungan, lalu tiba-tiba mulai kembali dengan tenaga dan hasrat yang menggebu-gebu.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu