Istri Direktur Kemarilah - Bab 226 Aku Mau Kamu——Menciumku!

Sheila selalu bisa membawa kejutan untuknya, itulah sebabnya dia semakin menginginkannya.

Alis liar nakalnya semakin mengerut, dia menggoda menggunakan bibirnya dan berkata: “Yang ketiga apa?”

“Aku tetap tinggal di kantor polisi, kamu lepaskan Sisi.”dia hamil, dan orang di kepolisian juga sudah tahu dia pacarnya Regen, jadi mereka pasti tidak akan berani melakukan apapun padanya.

Kalau Sisi tinggal disini, Regen ada pegang kartu As untuk mengancamnya.

Selama Sisi keluar dan sampai ke keluarga Salim, Regen pasti tidak bisa melakukan apa-apa padanya.

Ini pilihan bagi mereka semua untuk mundur.

Regen tertawa keras, wanita ini selalu tidak pernah mengecewakannya.

“Apa yang kamu tertawakan!?”

“Aku tertawa karena sangat beruntung bertemu denganmu.”dengan adanya dirinya hidup Regen tidak akan kesepian lagi.

“Kebahagiaan Tuan Regen, selalu didapatkan dengan mengorbankan ketidakbahagiaan orang lain.”tatap Sheila pada Regen, polisi sudah keluar, menyisakan mereka berdua diruangan yang tidak lebih dari 20 meter persegi.

Di ruang interogasi sangat sederhana, hanya satu meja, dua kursi, dan diatas meja ada sebuah lampu, dia ingin mengambil lampu itu kemari, memukul kepala pria itu hingga pingsan, tapi dia tidak bisa, sekalipun memukulnya hingga pingsan, dia tetap tidak bisa melarikan diri.

Regen mengikuti tatapan matanya memandang lampu: “Kamu tahu bagaimana mereka memaksa penjahat melakukan pengakuan dosa? Kalau kamu tahu, kamu pasti tidak akan berpikir untuk tetap tinggal disini.

“……”

“Jangan kamu kira kamu hamil mereka tidak bisa melakukan apapun padamu.”

“……”

“Lebih bagus kalau anaknya meninggal.”tatap Regen mengarah ke perutnya: “Kebetulan pas untuk mengisi anak kita.”

Kalimat ini, membuat Sheila merasa jijik, wajahnya menunjukkan kejijikan, karena Sheila yakin Regen bisa melakukannya.

Dia perlahan-lahan menundukkan kelopak matanya dan menenangkan dirinya lagi, setelah beberapa saat, dia menuruti permintaan Regen, dan berkata dengan tegas: “Antar aku pulang.”

“Kali ini tidak mempedulikan adikmu lagi?”

“Omong kosong! Pergi tidak!?”Sheila ingin segera meninggalkan tempat setan ini.

Regen berdiri menyamping, dan dengan santainya memberikan jalan, Sheila berjalan keluar tanpa ragu.

Kepala kepolisian, mengawal Regen dan Sheila sampai ke mobil.

Mobil itu bergerak perlahan dan segera meninggalkan kantor polisi.

Sheila selalu waspada sepanjang jalan, dia duduk di kursi belakang Bugatti velon bersama Regen, Sheila mencoba sebisa mungkin bersandar kepintu, untuk menjaga jarak.

“Takut kumakan?”Regen menatapnya seolah seperti landak yang siap memanahkan duri.

“Takut, kamu mengerikan, ibu hamil juga tidak mau dilepas.”

“Kamu mengingatkanku lagi, di dalam mobil selain bisa duduk masih bisa lakukan hal lain.”ucap Regen memandangnya dengan tatapan sama: “Misalnya melakukan goyangan.”

“Diam kamu.”

Regen tersenyum, dan melakukan gerakan diam ‘ttstt’, dan menyandarkan kepalanya di kursi belakang dan mulai menutup matanya.

“……”Jarang sekali dia menurut, Sheila mulai melonggarkan kewaspadaannya, mengatur posisi duduk yang nyaman, lalu memandang pemandangan diluar jendela.

Diluar jendela ada pepohonan hijau, burung-burung terbang jauh dari pohon, dan akhirnya berhenti di kabel listrik yang tidak jauh.

Jalan-jalan di pinggiran kota semakin lebar dan lebih lebar di antara rumah-rumah ...

Tapi mobil semakin lama semakin melaju kedepan, Sheila merasa ada yang tidak beres, jalan menuju kerumah keluarga Salim, di kedua sisi jalan ada ditanam pohon parasol.

Dan dia tidak familiar dengan pemandangan di kedua sisi.

Dia bertanya ke supir: “Kita mau kemana?”

Supir pura-pura tidak mendengar dan tidak menjawabnya, dia kira supirnya tidak mendengar, dan menanyakan sekali lagi, alhasil si supir tetap tidak menjawab.

“Regen!”Sheila mulai mengerti: “Ini jalan ke rumah kabut kan?”

Regen mengangkat kelopak matanya dengan malas dan tidak berbicara.

“Dengar tidak? Aku tanya kamu, kita mau kemana?”

Regen dengan polosnya menunjuk gerakan menutup mulut, barusan Sheila yang menyuruhnya diam……

Sheila marah hingga ingin melepaskan sepatu dan memukulnya!

Sekarang dia mengerti, tidak peduli apapun pilihannya, Regen tetap akan membawanya pergi, ini namanya bukan beri pilihan, namanya permainkan orang?

Dia mendorong pintu sekuat tenaga, sayangnya pintu dikunci dan sama sekali tidak bisa dibuka.

Sebelumnya dia susah payah kabur dari rumah kabut, itu saja sudah cukup menakutkan, kalau kali ini dibawa kesana kali, pasti tidak akan bisa kabur dengan mudah.

Jarinya menggenggam erat pintu mobil, urat-uratnya terlihat, itu artinya dia sudah mendorong sekuat tenaga, tapi tidak ada reaksi apapun, dia hanya bisa menyerah, dan tahu kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah apapun saat ini.

Lalu Sheila mencoba berbicara dengan lembut: “Regen, aku menyuruhmu diam itu memang salahku……”

“……”Regen mengangkat kelopak mata kanannya, dirinya yang ganteng, memberikan ekspresi apapun tetap akan terlihat ganteng.

“Sebenarnya bukan aku yang tidak ingin ikut kamu pergi, hanya saja aku yang tidak suka rumah kabut itu.”

“……”

“Tempat itu lembab, sejuk, berkabut sepanjang tahun, malam hari ada banyak binatang menggonggong berisik sekali……”

“……”

“Bagaimana kalau kita ganti tempat? Pada dasarnya kita memang tidak ada perasaan, apakah kamu tidak pernah kepikiran untuk membangun perasaan? Kita bisa pilih tempat yang lebih romantis, misalnya kita ke tempat yang menghadap ke laut dengan bunga-bunga musim semi yang mekar, lebih baik dari tempat hantumu itu……”

“Kamu kira aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan?”

“Kamu tahu tidak kamu begini ini namanya penculikan!?’ dan ini namanya penculikan ibu hamil.

“Kamu dan Denis sudah cerai, kalau kali ini aku dibilang penculikan ibu hamil, terus apa hubunganmu dengan Denis? Kumpul kebo? Dan anak dalam perutmu ini anak haram……”

“Meskipun aku dan Denis sudah cerai, aku juga punya hak untuk tidak pergi bersamamu, lagian, aku sekarang dengan tegas katakan putus pada hatimu!”Sheila menyela pembicaraannya, berbicara dengan nada suara selembut mungkin, membuat Regen kesal, itu lebih tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri.

Regen yang mendengar kata putus, tertawa terbahak-bahak, telapak tangannya yang besar menutupi jantungnya: “Kamu tanya dia, dia setuju?”

Sheila benar-benar tidak berdaya berurusan dengan pria bajingan ini, sekali lagi dia menatap keluar jendela dengan wajah kusam, dan tidak ingin melihat wajah menjengkelkan Regen lagi.

Regen baru saja hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba teleponnya berdering.

Orang ditelepon terus berbicara, membuat suasana tiba-tiba menjadi sangat tenang.

Sheila diam-diam memandang Regen, dia melirik bibirnya yang gugup, suaranya berdengung dari tenggorokannya menjawab telepon.

Ekspresi wajahnya semakin lama semakin kusam……

Tidak tahu apa yang dikatakan, Regen melirik sekilas ke arah Sheila, dan Sheila segera mengalihkan pandangannya.

Orang yang berbicara ditelepon berbicara dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Regen: “Bawahan Tuan Denis sudah selangkah lebih cepat membawa pelayan pergi, tapi kita juga sudah mendapatkan informasi terbaru tuan Bo……”

Mendengar ini, Regen sekali lagi tertawa lebar……

Telepon ditutup, Regen tiba-tiba bertanya: “Kamu benar tidak ingin pergi bersamaku?”

“Apa yang kutunjukkan tidak cukup jelas?”

Regen menatapnya dengan lembut dan berkata: “Kuantar kamu pulang, kali ini tidak bohong, tapi, aku mau kamu—— menciumku!”

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu