Istri Direktur Kemarilah - Bab 38 Istri Selingkuh

Bab 38 Istri Selingkuh

Leni membelalakkan matanya dengan penuh ketakutan, mendengar pengawal menyebut namanya, dia takut hingga langsung berlutut di tanah.

Dia tahu Denis paling benci difoto, tidak sangka bisa sebenci ini, tidak hanya tidak melepaskan pengawal, dia juga terlihat begitu marah… …

Benar! Tidak salah! Inilah yang dia nantikan!

Dia mau melihat seberapa kejam hukuman Sheila!!!

Terasa hawa yang menyeramkan, seluruh tubuh Leni bergemetaran: “aku mendengar Nyonya muda Salim ingin diam-diam memotret anda, dia juga bersikeras ingin menemui aku di toilet, Tuan Salim, kalau aku tahu dia ingin melarikan diri, dan memberiku handphone untuk mengalihkan perhatianku, aku pasti akan langsung membawanya ke depanmu…”

“Benar-benar tidak berhubungan dengan aku, walau aku dan dia pernah menjadi teman kelas, tahu bahwa dia suka diam-diam memotret orang, apalagi pria ganteng, dia tidak pernah melewatkannya, tapi aku tidak sangka dia begitu berani, bahkan mencoba untuk memfotomu…”

Mengatakan bahwa dia memiliki kebiasaan tidak mengenakan celana dalam, tidak berubah dari SMA hingga sekarang? Maka dia juga ingin menceritakan kebiasaannya…

“Teman kelas? Tidak pernah melewatkan pria ganteng? Nyonya muda Salim, kenapa aku tidak pernah tahu kebiasaanmu ini?”

Sheila sekilas memandang Leni dengan ekspresi polos, Leni juga sedang meliriknya, menggunakan tatapan menantang, seperti sedang mengatakan, aku memang sengaja membuat kacau, lihat bagaimana cara Tuan Salim menghukummu!

Leni paling jelas dengan foto yang dimaksud.

Semenjak SMA ketika Sheila mendapati Leni bermesraan dengan ketua osis di dalam kelas, Leni pun menggunakan berbagai cara untuk mengusiknya, menyuruhnya untuk diam-diam memotret berbagai macam…

Sheila yang dulu, penakut, demi tidak membuat onar, dia bersedia dirugikan.

Apakah dia yang sekarang masih akan membiarkan Leni membesar-besarkan masalah?

Sheila mengembalikan tatapannya, dengan jelas terasa seluruh badan Denis diselimuti kemarahan karena perkataan tadi, bagai hujan badai.

Bibir merah muda merapat: “begitu marah? Siapa yang tidak mau banyak melihat di waktu muda, takut menikah dengan orang yang salah.”

“……”

“Fakta membuktikan bahwa pilihanku sangat bagus, sayang begitu tidak percaya diri sampai takut aku akan melarikan diri? Hari ini kamu menambah begitu banyak pengawal, bukannya biar aku tidak bisa melarikan diri, apakah kamu kira aku bodoh, jelas-jelas tahu akibatnya, tapi masih mencoba-coba.” Sheila menurunkan tangan Denis, bernada rendah:

“Aku cuman karena melihat pemandangan taman belakang lumayan bagus, jadi aku keluar untuk jalan-jalan, tapi cincinku tidak sengaja terjatuh, kebetulan kamu datang, mau bantu aku cari?”

“Cari cincin?”

“Iya, kalau tidak kamu kira aku lagi ngapain? Kira aku mau melarikan diri?”

“Bukankah begitu?”

“Tentu saja bukan.” Selesai bicara, seperti teringat sesuatu, berkata dengan kaget: “jangan-jangan kamu mengira aku tidak ingin pergi check-up?”

“Kalau tidak?”

“Fakta menyaingi kata-kata, kalau kamu masih tidak percaya, ayo kita langsung pergi setelah makan siang.”

“… …” Denis menatap mukanya, di bawah pancaran sinar matahari terlihat begitu mempesona, rapatan bibir yang bersikeras menantang membuat Denis tergoda, terus menggodanya…

Leni melihat suasana kedua orang itu agak aneh, Tuan Salim sepertinya tidak menginterogasi tentang masalah foto dan melarikan diri, sebaliknya malah…

Seperti apa?

Seperti suami yang kedapatan istrinya selingkuh?

Kenapa bisa ada ekspresi seperti ini? Bagaimana mungkin Tuan Salim kedapatan istrinya berselingkuh?

Jelas-jelas Sheila yang mendapatkan suaminya berselingkuh…

Atmosfer terdapat hawa mesra, Leni menggertakkan gigi: “Tuan Salim, karyawan bilang di saat dia masuk ke kamar mandi, dia melihat Nyonya Salim lagi… lagi membuka jendela ingin memanjat keluar…”

Tatapan Denis suram, dalam sampai tak terdeteksi, tidak bicara, hanya mengangkat alis melihat ke Sheila, menunggu penjelasan darinya.

“Aku hanya tidak ingin diikuti orang, siapa yang mau terus dijaga orang, seperti narapidana…”

“……”

“Kalau kamu tidak percaya, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi.” Sheila tahu bahwa penjelasannya agak tidak masuk akal, langsung menyatakan: “terserah kamu mau bunuh atau mau apakan, mohon cepat, aku masih mau cari cincin.”

Denis Salim pastinya tidak percaya!

Telapak yang bertenaga, tiba-tiba menggenggam leher Sheila.

Lehernya ramping dan putih, bayang-bayang pembuluh darah agak kabur, lemah tak tahan tekanan.

Cukup menggunakan sedikit tenaga sudah bisa menghancurkannya.

“Jangan kira aku tidak berani.”

Sheila percaya bahwa dia berani melakukan, matanya dipejamkan dengan rapat, layaknya pahlawan yang pantang menyerah.

Denis tidak menambah kekuatan, sebaliknya jarinya yang kasar malah menggosok-gosok kulit leher Sheila yang lembut, ekspresinya mengejek Sheila.

Tiba-tiba menundukkan kepala mendekati telinga Sheila, bernada rendah: “aku merasa puas dengan keras kepalamu, aku sangat menantikan hasil check-up sore ini.”

Melepaskan tangan, langsung memerintah para pengawal: “cari cincin.”

Wajah Sheila memasang senyuman pahit, kata itu lebih mematikan daripada cekikan tadi.

Kalau sore nanti didapatkan bahwa Kenny salah mendiagnosa…

Kemungkinan besar rumah sakit keluarga Hermawan akan ikut celaka?

Jack dengan patuh membantu tuannya mengambil handphone merah dari tangan Leni, mengelap beberapa kali dengan sapu tangan, sampai tidak tersisa jejak jari lagi barulah menyodorkannya ke Denis.

Denis melihat dengan tatapan polos, mengambilnya: “fotonya?”

Sambil berkata, jari sambil menggeser layar, tapi langsung dirampas oleh tangan kecil Sheila.

Denis mengerutkan alis, dengan tidak senang menoleh ke Sheila, orang yang bisa merebut barang dari tangannya, hanya Sheila!

“Tidak ada.” Pandangan Sheila jatuh ke belakang Denis, berkata dengan santai:

“Manajer Leni terus menuduh aku mencuri foto, apakah aku harus meminta penjelasan dari hotel Uinversal?”

Tiba-tiba disebut nama, Leni termenung, tidak ada foto?

Bagaimana mungkin?

Kalau dia tidak memfoto, jadi kenapa tadinya dia mengaku bahwa dia telah memfoto diam-diam?

Kenapa dia menyerahkan handphonenya juga?

“Kamu bohong!” Leni memelototi dia: “jelas-jelas kamu sudah mengaku, kamu juga bilang bahwa itu adalah perintah dari Tuan Salim..

“Aku memang berkata begitu, tapi bukannya kamu juga tidak percaya?”

“……”

Angin bertiup, rambut Sheila berserakan, Denis mulai tertarik, tidak lama, rambut Sheila pun sudah berada di tangan Denis, terus dimainkan olehnya: “kamu tidak suka dia?”

“Aku sudah mengungkapkannya dengan jelas.” Sheila menarik kembali rambut yang ada di tangan Denis, satu rambut yang terjerat di jari Denis, ditarik paksa Sheila hingga putus.

“Kenapa tadi dia mengangkang?”

“Tanya saja ke dia.”

Denis membalikkan badan, melihat Leni yang sedang berjongkok di rerumputan.

Leni kaget dan segera menundukkan kepala: “aku…aku…”

Karena takut, dia tidak bisa mengeluarkan kalimat utuh, Denis menunjuk salah satu pelayan: “kamu yang bilang.”

Pelayan menunduk kepala, segera menjelaskan: “manajer Leni mengetahui Nyonya Salim ada di sini, jadi dia langsung bergegas ke sini untuk menghentikannya, Nyonya Salim ingin pergi, kemudian manajer Leni bilang, bilang kalau mau pergi… harus merangkak melewati selangkangannya…”

Mendengar itu, wajah Leni memucat, seluruh wajahnya dibenamkan hingga menyentuh tanah, suaranya gemetar dan tergesa-gesa, diikuti dengan tangisan: “Tuan Salim, aku tidak benar-benar bermaksud ingin dia merangkak melalui kakiku, aku hanya mempersulitnya, karena dia kelihatan sangat ingin melarikan diri…”

Sheila menatap perempuan itu dengan dingin, di saat meminta ampun, dia bahkan tidak lupa memutarbalikkan fakta, Sheila pun malas untuk menjelaskan kenyataan.

Dia mengalihkan pandangannya ke punggung belakang Denis, mengingat sebuah kalimat, orang yang percaya kamu, tidak perlu dijelaskan, orang yang tidak percaya kamu, tidak guna walau sudah dijelaskan.

Melihat Denis berjalan perlahan-lahan menuju Leni, bayangan yang besar dan dingin menutupi Leni.

Mengingat adegan kedua pengawal yang berlumuran darah, Leni tidak berani mengangkat kepala, seluruh tubuhnya bergemetaran, kepalanya dibenamkan ke dalam rerumputan.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu