Istri Direktur Kemarilah - Bab 242 Nikahi Aku, Nyawaku Kapan Saja Kamu Ambil

Setiap nafas Denis semua sangat berat, menyipitkan mata melihat keluar jendela: “jam 3 hari sudah gelap? Kalian berani membohongi aku?!”

“Cuacanya tidak baik, jadi hari kelihatannya sudah gelap.”

“……”

“Dokter menyarankan kamu harus rebahan dan istirahat” Jack menekan pundak Denis.

“Alarm……!” wajah tampan Denis putih pucat, di atas bantal putih bersulam bunga.

“Bawakan alarm untuk Tuan Muda.” Jack memberi kode.

Pengawal buru-buru mengambilkan alarm……

Tangan Denis mengambilnya dengan cepat, alisnya melemas, menatap jarum jam alarm cukup lama, bahkan menggunakan jarinya untuk menghitung.

Jam 3……sesuai dugaan masih pagi.

Ia seperti melepaskan beban berat, melempar alarm ke 1 sisi: “atur ke jam 7, bangunkan aku.”

Jack memungut alarm memutar per jamnya: “sudah diatur Tuan Muda.”

“Satu saja tidak cukup!”

“Tuan Muda, pada waktunya, aku akan membangunkan kamu……”

“10, pergi carikan 10 alarm!” Denis mencengkeram kerah baju Jack: “aku tidak sakit , aku sangat sehat!”

“Ya ya.” Jack hampir tidak bisa bernafas dicengkeramannya.

Jack tidak muda bilang Nyonya Muda sudah naik dan pergi naik mobil Tuan Huo, ia sama sekali tidak akan pergi ke pulau lamaran.

Jack di saat yang sama juga paham sifat Tuan Muda, sekalinya ia pergi ke pulau lamaran, Nyonya Muda kalau tidak pergi, sangat wajar kalau ia menunggu semalaman juga.

Tapi Dokter juga sudah bilang, demam Tuan Muda tinggi sampai 41 derajat, sudah mencapai titik kritis, kalau tidak merawat sakitnya baik-baik membiarkan demamnya turun, ia menunggu semalaman di pulau lamaran, ditambah angin di pulau kencang, takutnya akan demam sampai jadi parah.

Jack memang mematuhi segala kata Denis, tapi di beberapa hal, Jack juga bisa membedakan prioritas.

“Aku sekarang juga suruh orang ambil 10 alarm, Tuan Muda, aku pasti akan membangunkanmu tepat waktu!”

“Kalau tidak bisa memanggil membangunkanku, pukul dan bangunkan saja aku, aku beri kamu kuasa ini.”

Selesai bicara akhirnya Denis melepaskan tangannya, batuk kencang yang lama membuat badannya naik turun.

Sakit datang seperti gunung yang tumbang……

Orang yang biasanya sehat, tidak mudah sakit, sekalinya sakit akan sangat parah.

Seperti kedinginan yang dulu semua mau meledak di saat itu saja.

Jack memegang dahi Denis, panas sekali, demamnya sama sekali tidak ada tanda mau menurun.

Ia mengambil sebuah kantung es baru dengan khawatir, mau menaruh di kening Denis……

“Bawa pergi!” Denis malah sama sekali tidak berterimakasih, “aku tidam kenapa-napa!”

“Tuan Muda, hanya dengan demam tinggi kamu cepat membaik, pergi bertemu Nyonya Muda baru tidak akan membuatnya khawatir?”

Setelah mendengar kalimat terakhir, Denis meraba bibir tipisnya dan terdiam, ia sakit sampai berdiri saja tidak stabil, pada saatnya nanti terhuyung melamar Sheila juga terlalu memalukan……

Jack meletakkan kantung esnya, menyarankan Denis untuk menutup mata dan istirahat.

Obatnya pada dasarnya memang punya fungsi untuk membantu tidur, Denis menutup matanya mengantuk, bulmata yang panjang menumpuk, membuat bayangan yang indah.

“Jas sudah disetrika?” ia bertanya satu kalimat tidak jelas.

Jack menjawab: “sudah disetrika.”

“Sepatu……”

“Sepatu juga sudah disemir, Tuan Muda.”

Bibir Denis bergerak-gerak bilang apa lagi sudah tidak terdengar.

Jack menghela nafas, seperti dapat pengampunan.

“Semua orang jaga Tuan Muda baik-baik, tidak boleh membiarkan dia turun dan sembarangan jalan, selalu memperhatikan kondisi demamnya, tidak boleh ada kesalahan!”

Jam 6 pagi

Hari masih fajar, hujan tetap saja menurun, demam tinggi Denis akhirnya menurun, tahu kalau kelewatan kencannya, amarahnya segera meledak!

Kalau bukan karena Denis tidak punya kekuatan untuk mencekik leher Jack, kepala Jack takutnya sudah putus.

“Carikan untukku, dimana dia sekarang!” barusan pembantu datang melapor bilang dia tanpa disangka tidak ada di rumah!?

“Ya, Tuan Muda, sekarang juga saya cari……” Jack mengeluarkan hp.

Sejak pagi turun dari pesawat, Denis naik kapal dulu ke pulau lamaran, komedi putar masih menyala dengan lampu yang berwarna-warni, para malaikat sedang berpelukan dan berciuman.

Jack memegangi payung menghadang hujan untuk Tuan Muda: “Tuan Muda, sebaiknya kita pulang dan tunggu saja.”

Disini hujan besar, Jack sungguh khawatir Tuan Muda kembali demam.

Denis melihat Jack diam-diam mengetes, Jack ketakutan sampai payungnya gemetaran, hampir saja tertiup angin.

“Ambil streoskop!”

Dengan sangar cepar pengawal mengambilkan streoskop, Denis berdiri di tempat tinggi paviliun.

Stereoskop dengan fokus 8x lipat membuatnya melihat seberang dengan sangat jelas.

“Tuan Muda, gantian aku yang melihat saja.” sudah menjaga sebuah postur tidak bergerak hampir setengah jam, Nyonya Muda tidak datang lagi, Tuan Muda sungguh akan menjadi batu penatap istri.

“Pervi!”

Jack tahu Tuan Muda melewati kencan penting ini akan terus mendendam, karena Jack tidak membangunkannya tepat waktu!

Saat Tuan Muda tidak bicara apapun lagi, menepuk-nepuk streoskop di tangannya.

“Tukar yang fokusnya lebih besar.”

Dalam waktu beberapa menit saja menukar 1 untuknya, sekarang bahkan bisa melihat jelas ekspresi wajah orang di seberang sana, sebuah mobil mewah berwarna silver berhenti pintu kediaman Salim.

“Tuan Huo?” Denis tidak hanya mengenali mobil Regen, juga melihat Sheila berjalan turun dari dalam mobil mengenakan gaun warna coklat sampanye.

Regen juga ikut turun, memutar ke sisi wanita itu bicara apa, kemudian membuka telapak tanganny, memberi suatu barang oada wanita itu.

Denis memperbesar stereoskopnya, pada akhirnya melihat jelas barang di tangan Regen, itu hanya pistol seukuran gantugan kucil, pistol paling kecil dalam sejarah……

Pengawal yang memayungi memberi payungnya pada Sheila, dirinya sendiri lari basah-basahan kembali ke mobil pengawal di belakang.

Dengan sangat cepat Regen juga naik ke mobil, mobil tersebut pergi.

Di pintu kediaman, pembantu lari keluar, bicara sesuatu pada wanita itu, wanita itu menengok melihat ke arahnya.

Akhirnya berbalik badan berjalan ke arah perahu angsa.

“Tuan Muda, pembantu di kediaman bilang Nyonya Muda mau kesini.”

Sheila melempar stereoskop pada Jack, kemudian mengeluarkan sebuah saputangan dari bagian atas jaketnya, mengelap yang terbasahi hujan.

Denis salah karena tidak menepati janjinya duluan, jadi ia sementara tidak perhitungan kenapa wanita itu turun dari Tuan Huo.

20 menit kemudian, pembantu dan pengawal mengikuti setiap pergerakan di belakang Sheila, riasan wajahnya karena menangis sudah terhapus, rambut Sheila setelah sibuk semalaman, untungnya ia gantungkan kebawah.

Melihat punggung dingin pria itu yang membelakangi Sheila, langkah kaki Sheila agak terhenti, setelah mengambil nafas dalam-salam, menginjak tangga masuk paviliun.

“Kalian semua keluar dulu sana.” banyak orang, tidak leluasa bicara.

Denis mendengar suara Sheila, berbalik badan, model rambutnya tetap saja sempurna di seluruh bagian, mata panjangnya yang kesepian, seluruh tubuhnya memancarkan aura arogan.

Tangannya masuk di kantung celana, di kantungnya ada sebuah kotak brokat, di dalamnya ada cincin yang ia bersiap gunakan untuk melamar.

Tiba-tiba beberapa langkah besar mendekat, mau mendekap Sheila ke dalam pelukan, beberapa hari ini ia di negara A, setiap saat selalu rindu pada Sheila

Namun Sheila dengan penuh keyakinan mengambil langkah mundur, bicara dengan dingin: “jangan mendekat!”

Denis menganggap Sheila tersinggung akan ingkar janjinya semalam, tidak berhenti karena teriakan Sheila, malah lanjut berjalan ke arah Sheila memaksanya di pilar paviliun.

“Trik kamu sungguh 10 tahun bagaikan sehari.” selain paksaan, menyerang membunuh, apalagi?

“Marah ya?” Denis meledek, ia tidak tahu di dalam hati Sheila, sudah memberi garis batas jelas dengannya, karena masalah Kenny.

“Apa gunanya aku marah?” memangnya marah bisa membuat Kenny sadar?

“Aku sakit.”

“Jadi?”

“Pesawat menghadapi hujan badai, aku demam tinggi 41 derajat, kamu hampir saja tidak bisa bertemu aku lagi.” Denis menarik tangan Sheila, meletakkannya di sisi wajah Denis.

Hati Sheila mengerut erat, kemudian dimusnahkan lagi rasa bersalah besarnya pada Kenny, Sheila menarik kembali tangannya kuat-kuat: “sesuai dugaan yang berumur panjang selalu bukan orang baik.”

“Pembantu bilang kemarin malam kamu menunggu sangat lama di sini, maafkan aku, aku akan ganti rugi ke kamu.”

“Ganti rugi pakai apa? Nyawamu?”

“Mau nyawaku? Kalau kamu mau, aku akan memberikannya padamu dengan sepasang tanganku, dengan catatan kamu jadi istri sahku.”

“……”

“Benar mau?” Denis tahu wanita ini sekalinya marah, langsung sangat sulit dibujuk.

Wanita itu menutup sepasang bibirnya erat-erat, melihat Denis dengan sorot mata yang dingin bagai es, Denis tertawa dengan suara rendah, tiba-tiba berlutut di 1 kaki: “Sheila, aku beri kamu hak ini, nikahi aku, nyawaku kapanpun menunggu kamu ambil.”

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu