Istri Direktur Kemarilah - Bab 200 Saling Mengejar, Tetapi Tetap Ada Jarak Yang Abadi

“Nyonya Muda, Nyonya Muda….... Tuan Muda sudah kembali.” Perawat berlari ke bangsal dan dengan lembut membangunkan Sheila.

Mungkin karena kehamilan. Sheila suka mengantuk baru-baru ini. Selama dia menyentuh tempat tidur atau sofa, dia akan segera tertidur dan tidak bisa bangun.

Tetapi ketika Sheila mendengar bahwa Denis sudah kembali, dia terduduk dengan cepat: "Apakah dia sudah kembali? Di mana?"

Sheila melihat ke pintu dan tidak melihatnya.

"Tuan muda ada di ruang gawat darurat..."

"Ruang gawat darurat?" Wajah Sheila tiba-tiba berubah. Dia langsung berdiri dan merasakan tangan dan kakinya dingin. "Kenapa dia ada di ruang gawat darurat?"

"Tuan muda mengalami kecelakaan mobil ..."

Teng …….

Kepalanya tiba-tiba meledak, Sheila bahkan tidak mau memakai sepatu, berjalan keluar dengan cepat, dan segera datang ke ruang gawat darurat, memegang Jack: "di mana Denis? Di mana dia? Di mana dia? Bagaimana dia? Bagaimana dengan dokter? Apa apa kata dokter? "

Jack melihat nyonya muda yang histeris dan tangannya pun mengepal keras.

Bahkan Jack juga tidak tahan melihatnya, dan buru-buru menghiburnya: "tuan muda baik-baik saja, dahinya tergores dan kulitnya lecet, dan dia mengalami sedikit gegar otak."

Bahu ketat Sheila langsung rileks sedikit, tetapi masih ada celaan di hatinya. Sheila memintanya untuk membeli makanan penutup karena dia ingin menjauhkan dirinya, kalau tidak, kecelakaan itu tidak akan terjadi.

"Bisakah aku masuk dan melihatnya?"

"Setelah dokter selesai dengan lukanya, Tuan Muda akan keluar, nyonya muda , Kamu tidak pakai sepatu lagi?"

Sheila melihat ke bawah dan baru sadar bahwa dia tidak memakai sepatu. Ada yang bilang kalau sekali hamil akan jadi lebih bodoh selama tiga tahun dan dia belum melahirkan, sudah merasa semakin pikun.

Apakah karena tidak minum obat? Denis memberikan resep obat untuk menghambat virus baru di dalam tubuhnya sebelumnya, karena dia hamil dan takut minum obat akan memengaruhi janin, jadi Sheila berhenti minum obat itu.

Jack lalu menghentikan seorang perawat di dekatnya dan memintanya untuk membawakan sepasang sepatu untuk nyonya muda.

"Nyonya Muda, jika kamu tidak keberatan ..." Jack memberikan Sheila sepatu yang telah dibawa perawat.

Ketika Sheila baru saja mau memakainya. Pintu ruang gawat darurat terbuka. Seorang lelaki seperti Tuhan keluar dari pintu.

Melawan cahaya, tapi terlihat sangat dingin.

Ketika pria itu mendekat, Sheila melihat bahwa dia terbalut kain kasa di dahinya. Sheila berjalan cepat dan memutarnya bolak-balik untuk melihat: "selain dahi, di mana lagi dia terluka?"

Denis memegang Sheila : "Kenapa tidak memakai sepatu lagi?"

"Tadi terlalu panik."

Jack meletakkan sepatu yang dibawa perawat ke Sheila lagi: "Nyonya Muda, lebih baik pakai sepatu dulu."

Sheila memakai sepatu. Kalau Denis tidak terluka, dia pasti akan menggendongnya dan membawanya kembali ke tempat tidur rumah sakit.

Dan sekarang Denis hanya memandangnya dengan ringan, memasukkan tangannya ke saku celananya dan hanya berkata, "ayo pergi."

Dan kemudian Denis jalan duluan.

Tidak ada yang tahu mengapa Denis memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, hanya saja dia tahu bahwa tangannya terkepal di dalamnya, dan dia mencoba yang terbaik untuk mengendalikan perasaannya.

Sheila mencoba mengimbanginya dengan berjalan lebih cepat. Ketika dia memasuki lift, hanya ada mereka bertiga di ruang tertutup. Bahkan jika biasanya hanya mereka berdua di lift, Denis akan memeluknya dan melindunginya di belakangnya.

Sekarang Denis berdiri di sisi lain dengan canggung dan Sheila merasakan perubahan Denis sebelum dan sesudahnya ...

Denis biasa melakukan ini hanya ketika dia sedang marah, jadi apa yang terjadi sekarang? Atau apakah Yuna sengaja diasingkan karena Sheila hamil?

Melihatnya memasuki bangsal, Sheila menghentikan Jack: "Tuan muda benar-benar hanya luka luar, dan sedikit gegar otak saja?"

Mata Jack terlihat gelap, mengangguk.

"Apakah dokter mengatakan konsekuensi gegar otak ringan? Seperti amnesia? Atau perubahan karakter?"

Jack terbatuk pelan, "Amnesia sih tidak, tapi mungkin ada pengaruh pada kepribadian saja, mungkin saja ..."

Hanya dengan menjawab ini, tampaknya lebih masuk akal.

Singkatnya, jangan sampai ketahuan nyonya muda.

Sheila masuk dan naik ke tempat tidur. Sheila melihat bahwa pria itu sedang duduk di sofa dan belum memandangnya dari awal hingga akhir.

Tablet-nya ada di pangkuannya, Denis melihatnya dengan cermat.

Pada saat ini, Jack masuk dan menyerahkan makanan penutup yang dibungkus di dalam kantong kertas: "Nyonya Muda, ini yang ingin kamu makan ..."

Sheila memiringkan kepalanya untuk membuka bungkusan itu dan melihat, dengan ragu bertanya: "mobilnya tabrakan, puding karamel masih bisa utuh begitu?"

Denis mengangkat matanya sedikit, menatapnya dengan cepat, dan kembali menatap tablet.

Jack hanya bisa menjelaskan dengan canggung: "Toko ini bagus, mereka packing dengan baik dan kuat..."

Nyonya Muda tidak tahu, demi dia yang ingin makan puding yang utuh, tuan muda sampai banting setir dan menabrak pagar pembatas dengan keras karena menghindari mobil di depannya, sehingga dia dan puding tidak terluka.

Tapi bagian Tuan muda kena tabrak mobil lain….....

Jika ini diketahui oleh Tuan Besar, pasti akan ada masalah besar.

"dipacking dengan kuat?" Sheila mengangkat kotak pembungkus dan menimbangnya. Jack takut kebohongannya akan diketahui. Dia dengan cepat berkata: "nyonya muda, makan selagi masih segar ..."

Jack takut puding itu akan pecah jika tersenggol lagi, dan kebohongan dengan kemasan yang kuat tidak akan pecah akan ketahuan...

Sheila mencondongkan tubuh dengan ringan dan menyesap bibirnya. Dia mengambilnya dan mencicipi sedikit. Sheila menemukan bahwa puding hari ini sangat manis, sedangkan karamel biasanya pahit.

Setelah beberapa gigitan, Denis itu masih seperti patung es, duduk diam.

Jika biasanya, Denis seharusnya sudah mendekat dan menciumnya dan menyambar rasa manis dari mulutnya ...

Seolah nasib sedang membuat lelucon padanya.

Sheila baru saja memutuskan untuk menjaga apa yang ingin dia jaga. Pada saat ini, sebagai gantinya malah perubahan sikapnya Denis padanya.

Sheila memiringkan kepalanya dan memandanginya. Dia melihat taman bermain besar di luar jendela.

Komedi putar sedang berputar seperti meja putar raksasa berwarna-warni, dengan puluhan ribu lampu menerangi cahaya seperti dalam mimpi.

Dikatakan bahwa komedi putar adalah permainan yang paling kejam, saling mengejar, tetapi memiliki jarak yang abadi,yang tak mungkin terkejar satu sama lain.

Seperti mereka berdua.

Sheila melihat pria yang sedang fokus itu dan bertanya, "kapan aku bisa meninggalkan rumah sakit?"

Denis akhirnya mendongak, Sheila baru selesai makan, bibirnya masih sedikit basah, membuat orang ingin sekali menggigitnya, tenggorokannya bergulung-gulung, menelan ludah ,wajahnya masih dingin berkata: "kapan kamu mau?"

"Tentu saja, semakin cepat semakin baik. Membosankan di sini."

"Baiklah." Kemudian Denis melihat arlojinya: "sudah larut malam sekarang, besok saja?"

"Baiklah." Sheila hanya mengangguk ringan, daripada berbaring di tempat tidur rumah sakit, mendingan berbaring di rumah sendiri.

"Sudah larut . Aku akan pulang dulu." Selesai mengatakan itu , Denis bangun:

"Aku akan minta seseorang untuk merawatmu."

Denis ingin pergi? Daritadi Sheila mencoba menjauhkannya? sekarang, dia malah mengambil inisiatif untuk pergi? Awalnya, Sheila sudah panik karena tahu Yuna telah hamil. Perubahan sikapnya sekarang terhadapnya malah membuatnya semakin bingung.

"Denis" Sheila tiba-tiba menghentikannya: "Kamu pergi begitu saja?

"Jika tidak?"

"Apakah kamu tidak tinggal untuk makan malam?" Menemani aku.

"Tidak bisa, harus menemani klien bisnis."

"…....." Apakah ini karena gegar otak? Sikap dia pagi dan sore kok bisa berbeda .

"Aku pergi dulu. Beristirahat yang baik. Jangan berjalan-jalan."

"Tunggu."

Sheila membuka selimut, mengenakan sepatu dan berjalan ke arahnya.

"Dokter menyuruhmu agar tidak sering turun dari ranjang." Jelas, ini berarti peduli padanya, tetapi nada bicaranya dingin.

"Karena kamu tidak mendekat, aku yang harus mendekatimu." Sheila berkata sambil dengan berjinjit dan mencium bibirnya: "Ciuman perpisahan, selamat tinggal."

Denis dengan tangan terangkat, meraih pinggang Sheila, menahan diri, tapi akhirnya memeluknya dengan erat….....

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu