Istri Direktur Kemarilah - Bab 76 Kembali Mengenalku

Alis dan mata Sheila yang awalnya penuh kesombongan itu sekarang mengerut erat karena kata-kata ancaman Denis, bangkit dan menambahkan sedikit air dingin untuknya.

Sesudah pria memakan obat dan minum, Sheila baru saja hendak kembali duduk ke sofa, tapi langsung ditarik oleh pria ke sampingnya.

Begitu kuat, benar-benar sakit?

Sheila tiba-tiba ditarik tanpa ada kesempatan mengelak. Dia agak marah. Menoleh dan memelototi Denis.

Jack telah membawa masuk beberapa pengawal, masing-masing orang mengangkat setumpuk buku tebal yang disampul hard cover.

Setumpuk demi setumpuk disusun di atas meja kopi, hampir memenuhi meja kopi.

“Tuan muda, ini barang yang kamu mau.” Mendapatkan persetujuan tuan muda secara diam-diam, Jack pun menyuruh para pengawal mundur keluar, sedangkan dia sendiri berdiri ke samping Denis.

Sheila juga ingin bangkit: “kalau begitu, aku tidak menganggu tuan Salim untuk bekerja… …”

Hati Sheila berpikir, tidak heran perusahaan Salim bisa menempati puncak piramida emas, bahkan sakit pun tidak lupa mengurus kerjaan……

Pundak ditekan untuk duduk kembali.

"Siapa bilang aku mau kerja?”

“Jadi?” Sheila menoleh ke ‘dokumen’ yang tersusun rapi, menemukan bahwa tiap buku itu bukanlah dokumen, lebih mirip album foto.

“Biar kamu kembali mengenal aku.” Selesai itu, telapak tangan membuka, Jack pun dengan penuh tanggap mengambil salah satu buku dari meja kopi.

Sampulnya adalah seorang bayi, album foto dibuka di tangan Denis, kemungkinan merupakan foto-foto Denis saat bayi.

Kulitnya berkerut-kerut ketika baru lahir. Mata tertutup rapat. Tampak seperti orang tua kecil. Tapi rambut janin luar biasa hitam. Hitam dan padat.

Bagian lengan selapis-lapis gendut masih bayi.

"Lahir normal, 7,8 kg, panjang tubuh 58 cm, sudah ingat?”

“Buat apa aku mengingat ini?”

“Mengenal aku, memahami masa laluku, memahami segala hal tentang aku.”

"Masa lalu sudah berlalu, apa yang perlu dipahami.”

"Kamu ingin memahami aku yang sekarang?” Denis membalikkan lagi halaman selanjutnya, tiba-tiba mengangkat kelopak melihatnya.

“Tidak perlu.” Sheila menghindari tatapannya dan mengalih pandangan ke foto. ‘Hmmpphh..’.

Akhirnya dia tidak dapat menahan tawanya---

Denis yang di masa bayi itu mencoba mengangkat kepala, tetapi kepalanya terlalu berat, setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya kepala kembali tertunduk… …

Sejak kecil tidak mudah putus asa, tangan kecil yang gemuk mencoba menopang tubuhnya, sedikit demi sedikit mengangkat kepala, begitu berusaha sekuat tenaga, sulit hingga muncul beberapa garis kerutan di dahi… …

“Kamu yang dulu lebih imut dibanding sekarang, juga lebih menyenangkan.”

“Imut? Ayo buat satu?”

“Di mimpi!”

“Dua?”

“Dasar gila!”

“Selusin? Kebetulan bisa bentuk satu tim sepak bola.”

“Satu pun jangan harap!”

“Kamu suka perempuan atau lelaki?”

Sheila berpikir sejenak dengan serius: “perempuan.”

"Kalau begitu kita lahirkan 11 perempuan 1 lelaki?”

“Bagaimana mungkin bisa begitu tepat?” Selesai diucap, Sheila langsung menyesal, dia tidak ingin melahirkan satu anak pun, kenapa malah mulai mendiskusikan ini dengannya?

Langsung mendorong albumnya: “jangan harap menggali lubang biar aku loncat! Aku tidak mau melahirkan satu pun!”

“Tuan muda, makan malam sudah selesai disiapkan, apakah mau suruh pelayan antar ke sini?”

Denis mengisyaratkan tangan agar dia pergi atur, tapi dihentikan oleh Sheila: “aku saja yang pergi.”

“Bukannya ingin aku yang merawatmu?” Suasana disini membuatnya tertekan, dia pun ingin sekalian keluar untuk merilekskan diri……

Denis tidak mengutarakan pendapat, menyodorkan album foto pada Jack.

Sheila tahu dia menyetujui secara diam, bangkit dan melangkah cepat keluar.

Keluar dari pintu, nafas yang tadinya tertekan, akhirnya dihirup masuk keluar dengan kuat, tadi saat melihat foto Denis saat bayi, benaknya tiba-tiba tak terkendali muncul gambaran anak dia dengan Denis, seorang bayi yang mirip dengan Denis.

Kejengkelan sejenak, ingin memasukkan tangan ke dalam otak dan menghancurkan gambaran itu.

Dapur penuh suara banting-membanting, sewaktu-waktu terdengar suara kaget dari juru masak: “Nona Yuna, arh--- hati-hati… …”

Lalu diikuti suara pisau dan sendok… …

“Nyonya muda.” Pelayan terlebih dahulu bertemu Sheila.

"Apa yang terjadi?”

"Nona Yuna mengetahui Tuan Muda sakit, jadi dia ingin memasak sop… …”

“Oh---” Sheila memandang ke area dapur yang seperti terjadi bencana dahsyat, memasak sop bagaikan terjatuh bom atom… …

Melihat dekat, di atas meja masak dan lantai bersebaran puing-puing bahan, yang sangat unik adalah, dalam suasana yang parah ini, muka dan rambut yang dirias elok oleh Yuna Sinai malah tetap tidak berantakan sama sekali.

Dia sedang membentuk bunga anggrek, tangan memegang pisau masak, dilihat dengan teliti, sudah tidak terlihat cincin berlian merah muda yang ada di jari tengah… …

“Tuan muda mau makan, makanan yang mau disajikan sudah selesai disiapkan?”

“Aku pergi siapkan sekarang… …tapi sop… …” sambil bicara, dengan cepat saling bertatapan dengan Yuna.

“Maaf ya, kak Sheila, sop masih harus tunggu sebentar, aku dengar sop ikan sangat baik untuk penyembuhan demam dan flu, tunggu selesai masak, aku antar sendiri.”

“Nona Yuna benar-benar perhatian.” Sheila memungut irisan jahe yang tergantung di sudut meja, dibuang ke dalam tong sampah, dia curiga nantinya ketika Yuna menyajikan sop ikan, takutnya ikan masih berenang di dalam sop.

“Tentu saja harus perhatian, sejak kecil sampai besar, selain kakak perempuanku, aku paling suka Kak Denis, sekarang kakak tidak bisa pulang, selain baik pada Kak Denis, siapa lagi yang harus aku sayangi?”

"Tidak bisa pulang?” Kata-kata yang tampak tidak bermaksud, tapi beritanya tetap tertangkap Sheila.

Yuna pura-pura berekspresi panik, seolah-olah baru menyadari dirinya tidak sengaja membocorkan itu, mata dengan cepat terpintas secercah cahaya kilau yang tidak mudah terlihat: “iya, kamu tidak mau melahirkan anak dengan kak Denis, jadinya kakak pun tidak bisa pulang awal… …”

"Apa maksudnya?”

Yuna menggores tubuh ikan dengan pisau, tiba-tiba pergelangan tangannya dicengkeram oleh Sheila, tangan masih menggenggam pisau, Yuna terkejut: “apa yang mau kamu lakukan?”

"Aku tanya kamu apa maksudnya?”

Sheila dengan cepat merebut pisau dari tangan Yuna, ‘PLAKK’ pisau tertekan di celemek.

“Maksud apa?”

“Kalau aku tidak mau melahirkan anak dengan Denis, maka kakakmu tidak bisa pulang, apa maksudnya?”

“Ya!” Yuna pura-pura kaget: “ternyata kak Sheila tidak tahu… …”

"Apa yang seharusnya aku tahu?”

"Aku tidak boleh memberitahumu.” Senyuman bangga Yuna sampai ke mata, dia tidak mau bilang… …

"Terserah kamu.” Sheila tiba-tiba menyadari bahwa Yuna sedang menggali lubang untuknya, dengan ganas melepaskan tangan Yuna.

Yuna paling benci sikap Sheila yang acuh tak acuh, melihat Sheila berbalik badan hendak keluar, dia pun tidak tahan, menghentikannya: “aku masak sop buat Kak Denis, aku mau menyuapinya… …”

"Bukankah ini lumayan mudah bagimu?” Bahkan cincin dua ratus juta sudah dibelikannya, hanya menyuap sop ikan, mana sulitnya.

"Semenjak masalah pengharum aroma terapi terakhir kali, kak Denis lebih cuek padaku dibanding dulu, hubungan kami juga lebih buruk dari dulu, aku ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk merawatnya… …”

“Jadi?”

"Jadi, kalau kamu mau tahu, aku harap kamu pikirkan cara untuk buat kesempatan agar aku bisa ada lebih banyak dekat dengan kak Denis, memecahkan hubungan kita yang beku.”

"Kamu sudah dekat dengan kediamannya, cari sendiri kesempatan mendekati.”

“Aku bukan tidak pernah mencoba, kalau bisa, perlukah aku mencari kamu? Bukannya ingin merebut kak Denis darimu, aku hanya berharap hubungan kami bisa kembali seperti dulu, bagimu, ini sangat mudah, tentu saja, kalau kami tidak setuju, aku pun hanya bisa membiarkan rahasia ini membusuk di perutku,”

Yuna berhenti sejenak untuk melihat reaksi Sheila, Sheila memandangnya dengan tatapan santai, dia pun meneruskan: “masalah ini berhubungan denganmu, mengetahuinya hanya akan menguntungkanmu, daripada dikatakan membantuku, mendingan bilang membantu dirimu sendiri.”

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu