Istri Direktur Kemarilah - Bab 247 Tidak Ada 300 Tail Perak Disini

Sebelumnya Weni menawarinya pekerjaan di D.O, itu adalah perusahaan pembuat perhiasan dan batu permata milik Weni.

Awalnya dia berpikir kalau yang dia pelajari bukanlah tentang desain professional batu permata, namun dipikir-pikir lagi virus baru dalam tubuhnya ini membuat dia tidak bisa memprediksi masa depannya, atau mungkin saja dia tidak bisa melewati takdir kematian yang sama dengan ibunya, kalau begitu kenapa dia tidak memanfaatkan waktu yang singkat ini supaya bisa merasakan kehidupan yang berbeda?

Sejak dia di didik oleh keluarga Wijaya untuk menjadi calon penerus Nyonya Muda Salim, dan setelah lulus dari universitas, dia menikah dengan Denis Salim.

Sheila sama sekali belum pernah hidup untuk dirinya sendiri.

Dia juga tidak pernah memikirkan kehidupan macam apa yang ingin dia jalani.

Dia berkata dengan penuh kepastian : “Aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan D.O”

Weni bahkan lebih senang mendengarnya, dia meraih tangan Sheila dan menggenggamnya erat-erat : “Aku tahu, kamu akan menyelesaikan mimpi ibumu.”

Sheila menggeleng-gelengkan kepala : “Bukan hanya untuk beliau, tapi juga untuk diriku sendiri.”

Weni menganggukkan kepala dengan cepat, kemudian dia mengeluarkan beberapa dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Sheila : “Ini adalah profil perusahaan dan hasil karya yang pernah dibuat oleh perusahaan D.O, luangkan waktu untuk membacanya.”

Selesai bicara, kebetulan suster masuk dan mengoleskan cairan antiseptik pada Fahmi, Weni pun berdiri dan ikut melihat.

Ketika Sheila baru membaca 2 halaman, handphonenya berdering.

Dia menunduk dan melihat yang menelepon adalah Denis, dia pun berlagak tidak melihat dan meneruskan bacaannya.

Teleponnya sudah berhenti bordering, tapi tidak lama kemudian berdering lagi, dan ketika dia mau mematikan teleponnya dia melihat itu adalah telepon dari Sisi.

“Kak, kamu ada dimana?”

“Aku di rumah sakit.”

“Rumah sakit? Kenapa? Apa kamu terluka?”

“Sisi, kamu ini sebenarnya kenapa? Apa otakmu sedang korslet?”

“Aku mengkhawatirkan dirimu kak, apa kamu terluka, lukanya bagaimana?”

“Aku tidak terluka, aku ini datang ke rumah sakit untuk menengok orang.”

Sheila mendengar suara Sisi yang menghembuskan napas lega, kemudian Sisi berkata : “Kak, tunggu aku, aku kesana.”

“……”

20 menit kemudian, Sisi berlarian masuk ke kamar pasien dengan napas terengah-engah.

Fahmi sedang membalik-balik majalah dengan bosan, dan begitu mendengar ada orang yang masuk, dia mendongak dan terkejut : “Mata Juling!?”

Dan ketika Sisi mendengar suara yang sangat familiar, dia memiringkan kepala menatap Fahmi yang duduk di ranjang pasien, sama-sama terkejut : “Fahmi rese!?”

Padahal sedang dirawat di rumah sakit, tapi Fahmi malah bertenaga dan menolak memakai pakaian rumah sakit, jadi dia tetap memakai kaos abu-abu, dan celana jeans hitam yang berlubang-lubang tepat di bagian lututnya…..

“Kamu kesini mau apa?” Fahmi yang tadinya bosan karena tidak ada yang menemani, begitu melihat Sisi dia langsung bersemangat.

“Aku mencari kakakku, bukan menengok dirimu.” Entah karena Sisi lari terlalu cepat sehingga wajahnya memerah.

“Aku kan tidak bertanya apakah kamu datang untuk menengok diriku, jangan-jangan kamu memakai alasan itu untuk datang melihatku.” Fahmi kemudian bersiul menggodanya.

Ketika Sisi masih kecil dia lemah dan sakit-sakitan, sedangkan disaat yang bersamaan Nenek Lan harus mengurus 5 orang anak jadi dia tidak bisa mengurus Sisi, dan Sisi bukan anak kesayangan keluarga Wijaya, jadi mereka tidak menyuruh orang untuk mengasuhnya, dan dicampakkan begitu saja.

Kemudian Nenek Lan mengambil Sisi dan menyuruh Fahmi yang usianya lebih tua 3 tahun untuk menjaganya.

Fahmi melakukan segala cara untuk melatih Sisi, mulai dari melatih Sisi yang tidak berenang dengan mendorongnya ke dalam bak mandi besar yang penuh air, lalu membuat anjing galak berlari mengejarnya dari belakang, semua itu untuk merangsang kemampuannya bertahan hidup…..

Sejak itu, tiap hari sepulang sekolah tidak peduli Sisi bersembunyi di sudut ruangan, di bawah ranjang ataupun di belakang sofa dan di semak belukar, Fahmi pasti dapat menemukannya, dan dia menarik kepang kuningnya lalu menyeretnya keluar.

Anehnya sejak saat itu kesehatannya semakin membaik…..

“Kamu…. Justru kamu yang berpura-pura seperti itu!” Sisi sengaja memalingkan wajahnya karena setiap kali dia melihat Fahmi rasanya tidak aman, Sisi takut dia akan menyadari sesuatu dari dirinya.

“Mata juling, lihat apa yang kamu injak?” Fahmi melempar seekor ular mainan ke kaki Sisi.

Sisi menatap dengan teliti dan tahu kalau itu mainan.

“Kekanak-kanakan.” Dulu Sisi memang takut ular, namun sejak ditempa ditempat Regen selama beberapa waktu, phobianya sudah membaik.

Fahmi menyunggingkan senyum jahil di mulutnya, dulu dia melakukan hal itu untuk mengagetkan Sisi.

Namun kini ekspresi Sisi biasa-biasa saja, dan Fahmi terus menatap wajah Sisi yang kecil seperti menatap monster.

“Fahmi, dari mana ular itu?” Sheila berjalan masuk, kemudian mengambil ular mainan itu dan melemparkannya ke Fahmi.

“Dari anak kecil di kamar sebelah.”

“Mainan anak sebelah saja masih kamu rebut? Kamu benar-benar tidak tertolong.”

“Kalian mau kemana?” Baru saja Fahmi berpikir ada Sisi yang menemani dia, ternyata tidak lama kemudian sudah mau diajak pergi oleh Sheila.

Sisi menoleh ke arah Fahmi, dan dia menundukkan kepala dengan sungkan.

Mereka berdiri di lorong rumah sakit, belum sempat Sheila bicara, mata Sisi sudah memerah dan hamper menangis melihat kakaknya : “Kak, kenapa dirimu sekarang agak kurus.

Sisi sudah terbiasa memilin baju dengan tangannya, kemudian tangannya ditarik oleh Sisi : “Sebenarnya ada masalah apa?”

“Di rumah sakit aku mendengar pembicaraan antara Samuel dengan Nyonya Hermawan…..” Kemudian Sisi menceritakan sekali lagi semua pembicaraan antara Samuel dengan Nyonya Hermawan di rumah sakit, dia merasa hal ini sangat penting, jadi dia harus mengatakannya secara langsung pada kakaknya, maka setelah menelepon dia bergegas kemari. Sheila juga sudah mendengar dari mulut Regen kalau Keluarga Susanto/Hermawan tidak akan melepaskan Denis, terutama Samuel, hanya saja dia tidak memperkirakan kalau Sisi akan mengetahui hal ini.

“Ada masalah apa yang terjadi antara dirimu dengan Samuel?”

“Hah? Tidak,….. tidak ada apa-apa.”

“Kalau begitu kenapa kamu bisa ada dirumah sakit?”

Sisi berusaha menelan ludah, kenapa kakaknya ini lebih perhatian daripada orang lain?

“Aku juga pergi menengok orang sakit….” Dia tertegun, kemudian menambahkan “teman sekolah.”

Sudah pasti dia tidak boleh berkata kalau dia ke rumah sakit untuk memeriksa apakah dia hamil atau tidak…..

“Bagus kalau begitu, dia tidak cocok denganmu.” Sheila menatap dia dengan tatapan penuh arti : “Aku antar dirimu kembali ke kampus.”

Sisi hanya bisa menurut dan mengikuti Sheila dari belakang, kemudian dia menoleh ke belakang dan tidak ada orang lain kecuali dua orang pengawal itu?

Bukankah tadi dia sepertinya melihat ada bayangan orang yang lewat?

Atau mungkin saja karena dia takut Samuel berbuat sesuatu pada kakaknya, jadi angin yang berhembus dianggap sebagai bayangan.

Saat keluar dari lift, kebetulan Sheila melihat Jack, Jack buru-buru datang dan begitu dia turun dari mobil langsung melihat Nyonya Muda Salim keluar dari lift.

“Nyonya Muda, Tuan Muda memerintahkan saya untuk menjemput anda.”

Sheila hanya menganggap Jack seperti angin yang berhembus, tanpa berkata sepatah kata pun dia membawa Sisi naik ke mobil.

Hidung Jack seperti kena debu, dia hanya diam sambil kembali duduk di sebelah sopir.

Mobilnya dengan cepat sudah mengarah ke bagian timur kampus Sisi, Sheila sedang mengobrol dengan Sisi di dalam mobil jadi dia tidak memperhatikan mobilnya tiba-tiba menambah kecepatan.

Jack memberikan instruksi “Salip 2 mobil yang ada di depan.”

Selama dia bekerja dengan Denis bertahun-tahun, kewajiban utamanya adalah menjaga keamanan dan keselamatan keluarga Tuan Muda, jadi dia juga harus peka, dan dia menyadari ada mobil yang mengikuti di belakang mereka.

Mobil yang dikemudikan hari ini adalah Maybach, mobil yang disering dipakai oleh Denis, Denis khawatir kalau keluarga Susanto akan berbuat sesuatu pada keluarga Salim, maka dia khusus mengatur Jack supaya datang menjemput dan masih ditambah dengan beberapa pengawal lagi.

Jack tahu betapa pedulinya Tuan Muda akan keselamatan Nyonya Muda, jadi jangan sampai ada kejadian.

“Nyonya Muda……” Jack berniat mengingatkan Sheila, namun tak disangka Sheila sudah duluan menyambung perkataannya :

“Sepertinya ada mobil yang yang mengikuti kita ya?”

“Benar.”

Sheila menengok ke belakang, dia melihat sebuah mobil Land-Rover warna hijau tua yang jelas-jelas mengikuti dan tidak melepaskan mereka.

Sisi begitu pabik hingga wajahnya menegang, tubuhnya kaku dan dia pun tidak berani memandang ke belakang.

Tangan Sheila diam-diam merogoh ke dalam tasnya, di dalamnya ada sebuah pistol seukuran gantungan kunci, dan dia berkata pada Jack dengan suara pelan : “Jack, ambil tindakan yang diperlukan, kamu tidak usah memikirkan kami.”

Sheila tahu kalau Jack melindungi dia, yang ada Jack malah menjadi pasif.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu