Istri Direktur Kemarilah - Bab 258 Menikahlah Denganku

Dari belakang terdengar langkah kaki Jack yang tergesa-gesa, batang hidup belum kelihatan, suara sudah terdengar: "Nyonya, Tuan Muda sudah sadar."

Berita tak terduga itu membuat Sheila bimbang, dia tidak tahu apakah dia sendiri ingin Denis cepat bangun atau tidak.

Bangun cepat, berarti pemulihannya akan cepat, maka waktu dia pergi juga semakin dekat.

Jika Denis tidak segera bangun, dia malah akan khawatir dengan tubuhnya.

Sheila mengembalikan ponsel ke Jack, Jack dengan cermat mengamati ekspresi Nyonya, tidak ditemukan kejanggalan, dia pun bertanya, "Nyonya, apakah Tuan Besar Salim tidak menyulitkanmu?"

"Tidak, dia hanya menanyakan kondisi Tuan Muda, agak marah, tapi tidak mengatakan apa-apa."

Jack mengangguk, dia pun tidak banyak bertanya lagi, hanya menganggap Tuan Muda dan Tuan Besar Salim sudah bertukaran syarat, entah apa yang ditukarkan, terjadi hal yang begitu besar pada Tuan Muda, Tuan Besar Salim hanya sekadar marah.

Sheila belum sampai di kamar pasien, sudah terdengar suara Denis yang sedang melampiaskan emosi, sasaran pelampiasan tentunya adalah para pengawal yang berdiri di depan tempat tidurnya.

Jack berbisik di dekat telinga Sheila: "Tuan Besar secara pribadi menangani masalah keluarga Susanto. Keluarga Susanto setuju untuk tidak bertentangan dengan keluarga Salim lagi, Tuan Besar juga memerintahkan Tuan Muda untuk tidak membalas dendam terhadap keluarga Susanto lagi, tetapi Tuan Muda bersikeras mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan Tuan Susanto begitu saja, sekarang Tuan Muda sedang emosi karena masalah ini."

Sheila masuk, sebuah bantal jatuh pas di dekat kakinya.

"..." Sheila memandangi ruangan, gelas, ponsel, tablet, semua itu dibantingkannya ke pengawal, semuanya patah dan retak.

Melihat Sheila masuk, raut muka Denis masih saja hitam seperti arang, Sheila berbalik dan berkata kepada Jack, "Kamu suruh mereka keluar dulu."

Para pengawal sangat mendambakan momen ini, seperti korban yang melarikan diri, berebut untuk keluar pintu.

Dalam waktu sekejap, ruangan yang luas hanya tersisa Sheila dan Denis.

“Mau minum air tidak?” Sheila melihat gelas air sudah pecah dibantingnya, mengeluarkan gelas air cadangan dari rak, membersihkannya dengan air mendidih, kemudian menuangkan segelas air hangat untuknya.

Satu tangan Denis dibungkus kain kasa, tidak nyaman bergerak, Sheila dengan sabar menyodorkan gelas itu ke bibirnya: "Aku suapin."

Satu tangan Denis mengangkat Sheila ke atas ranjang: "Suap dengan apa?"

Sheila melihat alisnya agak berkerut, tahu bahwa luka di punggungnya pasti tertarik karena gerakannya memeluk dia naik ke atas ranjang.

"Bagian mana sakit? Mau panggil dokter tidak?"

Denis tidak berbicara, tetapi tangannya tidak henti bergerak, tangannya membuka pakaian Sheila, pintu masih terbuka, Sheila takut seseorang akan masuk, segera menghentikan tangannya, sedikit air tidak sengaja tertumpah di selimut, dengan cepat meletakkan gelas dan mengambil tisu untuk mengelap air di selimut.

"Apa yang mau kamu lakukan?"

"Melihat apakah kamu terluka atau tidak."

"Kamu melindungi aku dengan begitu baik, bagaimana mungkin aku bisa terluka." Hidung Sheila terasa masam, Denis sendiri menderita luka yang begitu berat, tapi masih saja mengkhawatirkan apakah dirinya terluka... ...

"Aku adalah suamimu, jika aku tidak melindungi kamu, siapa yang aku lindungi?"

Mendengar kata 'suami', tingkah Sheila menjadi agak tidak normal, tidak berani bertatapan dengannya: "aku mendengar dari Jack, keluarga Susanto menyatakan bahwa mereka tidak akan melawan keluarga Salim lagi?"

Raut muka Denis yang barusan membaik, seketika kembali buruk, membenarkan pakaian Sheila, berdengus dingin: "walau dia tidak melawan, tidak berarti bahwa aku akan mengampuninya!"

"Keluarga Susanto begitu marah juga karena masalah Kenny, karena sekarang mereka sudah menyatakan untuk tidak melawan keluarga Salim, maka kita mendingan menyudahi masalah ini saja?"

"Menyudahi? Dia mengirim orang untuk menembakmu, merusak lift, dan juga menggunakan bom manusia untuk melawan kita, bagaimana mungkin menyudahi begitu saja?"

"Kamu sendiri juga tahu, metode yang dia gunakan sangat kejam dan berbahaya, dia berposisi di sisi gelap, dapat menyakiti kita kapan saja tanpa sepengetahuan kita, aku tahu kamu memiliki kemampuan untuk melindungiku dengan baik, tetapi aku tidak mungkin bisa mengikuti kamu setiap saat, aku juga tidak ingin khawatir pada kamu setiap hari, dan juga membalas terus menerus, kedua belah pihak akan sama-sama terluka, untuk apa?"

"Kamu membela mereka?"

"Aku hanya tidak ingin melihat kalian saling menyerang tanpa akhir, karena satu pihak telah menyerah, maka kamu juga jangan mempermasalahkannya lagi... ..."

Denis menatapnya dengan tatapan investigasi, Sheila dengan gugup berkata, "Kenny berbuat demikian, kamu anggap saja ini sebagai pelunasan akan semua yang kamu lakukan pada dia sebelumnya... ..."

Bibir tipis Denis merapat hingga membentuk garis tipis, mata berwarna kuning sawa menatap Sheila, tidak berbicara.

Sheila dengan gugup mengalihkan topik, bertanya, "Keluarga Susanto sudah tidak mempermasalahkan ini, apakah mereka mengatakan bagaimana menyelesaikan masalah jantung Kenny?"

Tentu saja dia tahu bagaimana penyelesaiannya, dia sengaja bertanya demikian hanya supaya Denis tidak mencurigai dirinya.

Hidung Denis menumpu di rambut Sheila, menciumnya, menjawab dengan tidak senang, "Keluarga Susanto mengundang seorang ahli top di bidang ini dari luar negeri, katanya telah menemukan solusi."

Sheila merasa lega, ini mungkin disebarkan oleh Tuan Besar secara sengaja, jika tidak, Denis tidak akan mendapatkan info ini.

Tapi sepertinya Denis benar-benar tidak curiga, Sheila pun merasa lega.

Pada saat ini, perawat datang dengan membawa obat, melihat mereka berdua duduk di tempat tidur dan tampak intim, langkah kakinya berhenti sejenak, dengan canggung menundukkan kepala dan terpaksa masuk. "Dokter bilang bahwa luka Tuan Salim meradang, sedikit demam, katanya sebelum tidur di malam hari, sebaiknya menyeka tubuh dengan alkohol... ... "

"Dan juga, jangan sampai terkena air... ..."

Selesai bicara, dia meletakkan sebotol alkohol di samping tempat tidur, dengan cepat sekilas melirik Denis, berlari keluar dengan wajah kecil yang merah.

“Aku bantu kamu?” Sheila bangkit dari tempat tidur dan mengambil alkohol, disediakan juga kain kasa untuk menyeka tubuh.

Sheila membuka kain kasa yang membaluti luka Denis, punggung menderita luka bom, sebagian daging hancur, bahkan terlihat tulang di punggung tangan.

Berdiri di sana, Sheila merasa nafas menjadi sangat berat.

Ternyata dia terluka begitu parah, tadinya masih mengobrol dengannya bagai tidak terjadi apa-apa, juga memeriksa lukanya.

"Kenapa?" Denis melihat dia tidak bergerak dalam waktu lama, menoleh ke belakang, terlihat kedua mata Sheila yang berkaca-kaca menatap punggung belakangnya.

"Biarkan Jack saja."

"Aku saja." Sheila menarik nafas dalam, mengambil kain kasa dan mencelupkannya ke alkohol, kemudian menyeka tubuh Denis.

Alkohol membasahi lukanya, punggung belakangnya sedikit bergetar, jari Sheila juga ikut gemetaran.

Denis mengerutkan kening, menatapnya, dia membasahi kapas dengan alkohol dan dengan hati-hati menyeka daun telinganya.

Kemudian... ...

Leher, tulang selangka, dada... ...

Ke bawah lagi... ...

Jari Sheila sampai di celana Denis, Denis mengangkat kelopak matanya, tangannya yang tidak terluka memegang tangan Sheila.

Sheila awalnya memang sudah takut, sentuhan ini membuatnya terkejut.

Dengan sedikit kekuatan di tangan, Sheila diangkatnya ke atas.

Sheila berteriak dengan suara ringan, hampir menimpa tubuhnya, tangan yang lain tergesa-gesa menumpu di sebelah tubuh Denis, menopang berat badannya.

"Sangat bahaya kamu melakukan ini!" Hatinya cemas, kening berkedut, menatap Denis dengan tatapan menyalahkan.

Denis memandangnya dengan tatapan membakar: "hari ini aku menyelamatkan kamu, apakah ada hadiah?"

"Hadiah apa yang kamu mau?"

Denis mengulurkan tangan dan mengambil jas di samping, memasukkan tangan ke dalam saku, akhirnya mengeluarkan cincin berwarna sampanye, Sheila mengenali cincin itu, itu adalah cincin yang dia gunakan untuk melamarnya.

Denis berkata: "Menikahlah denganku."

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu