Istri Direktur Kemarilah - Bab 152 Jadi, Aku Ini Tidak Sebanding Dengan Seekor Anjing?

“Kalau memang dirimu sakit lebih baik jangan dipaksakan, dan kamu harus segera memberitahu aku! Denis tahu kalau Sheila dari pagi sampai sekarang belum makan, jadi dia membawanya ke restoran.

Denis memesan makanan kemudian menutup buku menu, dan berkata : “Aku sudah mengatur jadwal periksa kehamilan di rumah sakit.”

Sheila merasa haus kemudian mengambil gelas, tangannya agak gemetar, kemudian dia bertanya : “Kamu sudah berjanji padaku untuk menyelamatkan Sisi.”

“Aku sudah mengutus orang untuk menginvestigasi area yang penting.”

“Berapa lama?”

“Areanya besar, setidaknya butuh waktu 3 hari.”

“3 hari? Apa tidak bisa lebih cepat lagi?” Dia takut waktunya tidak keburu dalam 3 hari.

“Aku usahakan!” Dia terlihat sangat panik, meskipun dia sangat ingin menyelamatkan adiknya, namun sejak kemarin dia sudah mendesak berkali-kali.

“Kamu juga tahu Tuan Huo ini orangnya seperti apa, Sisi tidak aman kalau dibiarkan terlalu lama disana.”

Denis malah merasa sepertinya ada yang tidak beres dengan Sheila, lalu dia menatapnya dalam-dalam.

Sedangkan Sheila merasa malu karena ditatap seperti itu, dan tepat pada saat itu pelayan datang mengantarkan pesanan dan memecahkan suasana canggung di antara mereka….

Sebuah lobster Eropa dihidangkan di depan Sheila, dan aroma amisnya menyeruak ke dalam hidung, membuat Sheila merasa mual lagi, padahal dia sudah susah payah menahan rasa mual tersebut.

Dia langsung mendorong lobster itu jauh-jauh.

“Apa kamu tidak suka? Bukankah dulu dirimu paling suka seafood?”

“Aku sedang tidak ingin makan….”

“Lalu kamu ingin makan apa?”

“Aku tidak ingin makan apa-apa…”

Denis terdiam, lalu menatap Sheila sejenak, kemudian bertanya : “Apakah kamu hamil?”

Sheila tersedak dan batuk, dia buru-buru menggelengkan kepala sambil menjawab : “Tidak!”

“Lalu kenapa tiba-tiba kamu tidak ingin makan apapun?”

“Aku sudah bilang kalau semalam aku terlalu banyak makan kue…”

Denis pun tidak berkata apa-apa lagi, dan menariknya berdiri : “Kalau begitu ayo pulang, kalau nanti kamu lapar aku akan menyuruh bibi untuk memasak makanan yang agak hambar untukmu.”

Tangannya terjulur ke arah Sheila, Sheila yang tidak fokus karena sedang banyak pikiran sama sekali tidak memperhatikan tangan Denis, dia hanya melihat bekas gambar cincin dan jam tangan yang dia gambar semalam masih ada.

“Apa kamu dari semalam tidak cuci tangan?”

“Sebelum cuci aku menempelkan bagian-bagian tersebut dengan lakban.” Sekilas gambarnya agak sedikit pudar, namun karena gambar itu digambar oleh Sheila, maka dia menjaganya dengan hati-hati.

Hatinya tersentuh, lalu dia meraih tangannya : “Denis, sebenarnya aku….”

Tiba-tiba dia begitu ingin memberitahukan kabar kehamilannya, namun ketika dia teringat tentang virus baru di dalam tubuhnya, dia pun mengurungkan niatnya.

Apa dia takut mati? Ya, dia takut! Dia tahu kalau cinta ibu sangatlah besar, seorang ibu rela mengorbankan nyawa demi anaknya, tapi dia sama sekali belum siap menjadi seorang ibu.

Dia takut!

“Kenapa?”

“Tak apa-apa…. Aku hanya ingin minta maaf!” Maaf, aku belum bisa memutuskan apakah aku akan memberitahumu atau tidak!

“Kenapa kamu minta maaf padaku?”

“Karena cincin yang aku gambar sudah hilang.”

Denis menatapnya dalam-dalam, sepasang matanya seperti magnet yang memiliki kekuatan, meremasnya hingga dia tak bisa bernapas.

Dia berkata dengan lembut : “Lain kali tidak usah minta maaf padaku, apapun perlakuanmu akan kuterima, kecuali dirimu membohongi dan mengkhianatiku.”

Bohong ……

Tadi dia bertanya apakah dirinya hamil, namun dia berkata --- tidak….

Perasaannya sangat kacau, jadi dia hanya diam saja dan Denis menggandengnya keluar dari restoran.

Ketika mereka sampai di rumah utama hari sudah menjelang malam, lalu Jack membantu membawakan barang-barang mereka ke dalam rumah.

“Apa saja yang dibeli?” Dengan penasaran Jack bertanya ke Sheila apa yang dia hadiahkan untuk Denis.

“Ikat pinggang?” Denis mengambil sebuah ikat pinggang dari dalam kantong : “Jadi, inikah hadiah yang kamu siapkan untukku?”

Awalnya sudah sepakat kalau hadiahnya adalah buatan tangan sendiri, namun dia malah memberi sebuah ikat pinggang yang ala kadarnya?

Sheila tertawa terbahak-bahak melihat eksprei Denis yang sangat tidak puas : “Kamu ini benar-benar penasaran ya.”

Awalnya sudah sepakat Denis memberinya waktu 5 hari, bukan, sekarang waktunya tinggal 4 hari lagi, namun yang paling tidak sabar justru Denis sendiri.

Dia benar-benar penasaran hadiah apa yang akan diberikan oleh Sheila.

“Sama sekali tidak tulus!” Dengan kecewa Denis membuang ikat pinggang itu ke dalam kantong.

Sheila hanya tertawa melihatnya, lalu mengambil ikat pinggang itu, kemudian pembantunya membawakan perkakas, lalu dia melepas kepala ikat pinggang dan memotong sebagian besar ikat pinggang tersebut.

“Apa yang kamu lakukan?” Jadi karena dibilang tidak tulus lalu dia marah dan memotong ikat pinggang itu?

“Lagipula ini bukan untukmu!” Sheila berkata tanpa sungkan : “Ini adalah kalung leher untuk Carl, aku sudah berjanji akan membuatkannya!”

“Jadi, aku ini tidak sebanding dengan seekor anjing?” Amarah Denis seketika naik.

“Bisakah kamu sedikit logis, bukankah Carl adalah peliharaan kesayanganmu?”

“Mulai sekarang dia bukan lagi hewan kesayanganku!”

“Aku pasti akan memberi apa yang sudah kujanjikan padamu.” Hanya saja dia ingin memberi hadiah yang agak spesial, jadi butuh sedikit waktu.

“Aku juga mau yang ini!”

“……” Tangan Sheila terhenti dan dia menatap Denis dengan heran : “Untuk apa kamu datang kemari? Lagipula ini tidak bisa dipakai!”

“Untuk koleksi!”

“Koleksi?” Hobi macam apa ini?

“Kamu mau coba lihat brankas milikku.” Tiba-tiba Tuan Muda Salim bertanya.

“Karena kamu ingin aku melihatnya, maka terpaksa aku lihat sebentar.”

Kemudian Denis membawa Sheila ke sebuah kamar yang terhubung dengan ruang baca, lalu memutar sebuah pajangan berbentuk rubik hitam-putih, dan rak buku itu terbuka menjadi dua sisi.

“Pemeriksaan infrared.” Terdengar suara mesin pemindai yang monoton.

Dia melangkah maju, kemudian seberkas sinar merah memindai tubuhnya satu kali, lalu meloloskannya.

“Pemeriksaan sidik jari.”

Denis menekan telapak tangannya ke area pendeteksi sidik jari di dinding.

“Pemeriksaan retina.” sebuah alat pendeteksi lensa ganda yang terbuat dari metal menjulur keluar.

Setelah melewati 3 jenis pemeriksaan, lampu petunjuk biru di papan tombol password baru menyala : “Silakan masukkan password.”

Passwordnya terdiri dari kombinasi angka dan huruf….. Kemudian dia mengetikkan sebaris password yang panjang dan rumit, supaya passwordnya tidak mudah dibobol oleh orang biasa.

Tadinya Sheila mengira ketika isi brankas tersebut adalah setumpukan emas dan permata seperti di dalam film-film.

Ternyata, brankas yang ukurannya tidak besar itu malah kosong melompong, hanya ada beberapa barang di dasarnya.

Denis meletakkan kalung leher ke dalam safety box tersebut.

Hati Sheila seketika tergerak, sebuah perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata membuatnya tertegun!

Bukankah itu hanya sebuah kalung leher, dan itu bukan untuk dia, tapi dia yang merebutnya, kenapa malah ditaruh di dalam brankas?

Barang-barang dan peralatan berharga di rumah ini biasanya selalu ditaruh sembarangan! Bahkan di laci meja riasnya juga ada mutiara yang sangat berharga, itupun tidak dikunci!

“Apa kamu tidak merasa kalau barang yang tidak ada harganya ini malah memakan tempat di dalam brankas?”

Denis mengerutkan bibirnya : “Menurutku, ini adalah benda-benda yang tak ternilai.”

Kalau ditaruh sembarangan, maka kemungkinan akan rusak, atau hilang sehingga tak mungkin bisa kembali.

Sheila sekedar melihat ke dalam brankas itu.

Selain menyimpan beberapa dokumen penting, di dalam brankas itu juga terdapat sebuah kotak kecil yang dikunci.

“Kalau kamu penasaran apa isinya, bilang saja.” Denis mengambil kotak itu lalu disodorkan kepada Sheila.

Sheila menerima kotak itu lalu membukanya, dia terkejut melihat isinya : “Apa tidak rusak kalau disimpan disini?”

“Sudah diproses secara khusus jadi hasilnya awet, tidak akan busuk.”

Bagaimanapun ini tidak terpikirkan sama sekali oleh Sheila, yang disimpan dalam kotak itu adalah dumpling telur kepiting yang dulu dia buang karena marah…..

“Kenapa kamu menyimpannya?”

“Karena ini adalah barang yang pertama kali kamu buat untuk diriku.”

Demi menghindar dari pemeriksaan kesehatan maka dia membuatkan dumpling untuk Denis, ternyata malah disimpan baik-baik!

Hati Sheila terasa naik turun seperti gelombang yang pasang surut, kedua bahunya gemetar.

Dia apakah sepenting itu…

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu