Istri Direktur Kemarilah - Bab 248 Peringatan Dari Tuan Muda Susanto

Jack juga memegang pistol di tangannya: “Nyonya Muda, aku tidak membiarkanmu kenapa-napa.”

Sheila diam tidak bicara, melirik melihat Sisi gugup sampai giginya berhantaman: “Sisi, jangan takut, kalau kamu memang takut jongkok saja?”

Sisi menunduk melihat Sheila memegang pistol di tangannya, matanya terbelalak: “Kak……ini pistolmu?”

“Ya, jangan lihat ukurannya kecil, kekuatannya sangat cukup.”

Baru kata-katanya terlontar, mobil tiba-tiba berguncang, Sheila tiba-tiba berpegangan tidak melepaskan tangannya, Sisi tidak berpegangan, seketika menekan di di tubuh Sheila.

DOR——

Mereka mendengar suara pistol.

Disini pinggiran kota, jalanannya lebar dan mobilnya sedikit, di jalan yang lebar hanya ada beberapa mobil yang tersebar.

Jadi mobil di belakang baru bebas menembak ke arah mereka.

Jack menekan interkom: “aku kena masalah, kalian cepat sini, kepung.”

Selesai bicara, bicara dengan panik pada kedua kakak beradik: “Nyonya Muda, kalian merunduk baik-baik.”

Jack seketika memanjat dari tempat sebelah supir ke tempat duduk belakang mobil bersama mereka挤.

Membuka kaca mobil, Jack dengan cepat melihat sekilas ke arah belakang, datang lagi 2 mobil besar, yang juga menembak tanpa henti ke arah mobil mereka, meskipun mobilnya anti peluru, tapi juga tidak bisa tahan dari berderet-deret peluru mereka.

Jack diri sendiri tidak khawatir ada kejadian diluar dugaan apa, pekerjaannya memang melindungi nyawa dengan nyawanya sendiri, ia takutnya justru tidak melindungi Nyonya Muda dengan baik.

“Jack, kamu tidak perlu khawatiraku, aku bisa menjaga diriku sendiri.”

Sesungguhnya dalam hati Sheila tidak ada dasarnya, Sheila pernah menembak, tapi tidak pernah ikut di baku tembak……

Peluru tidak melihat kemana ia pergi, sekalinya tidak hati-hati akan jadi korban yang tidak sengaja tertembak.

Jack mengangguk, mengangkat pistol, membidik dengan tepat mobil di belakang, peluru mereka terlalu padat merayap, sedangkan mereka di depan, musuh di belakang, posisi mereka pada dasarnya sangat pasif, Jack membawa pistol ke arah sana, ia bukan membidik musuh, melainkan ban mobil.

Di tengah baku tembak, suara DOR DOR di badan mobil, tidak perlu lihat, langsung tahu mobil bolong banyak kena tembakan.

“Kak……ah……”Sisi ketakutan sampairaut wajahnya pucat putih, suaranya bahkan gemetaran.

Sheila menekan kepala Sisi supaya merunduk di tempat duduk belakang: “jangan teriak!”

Tangan Sheila sendiri menutup mulutnya sendiri, menggigit tangan baru bisa menghentikan suara teriaknya.

Sheila dengan cepat mengangkat kepalanya dan melihat, mobil sepertinya semakin lama semakin banyak, di belakangnya semua mobil mereka, mobil besar yang warnanya sama semua.

Jack seorang diri sama sekali tidak mampu menghadapi, mengulurkan tangan memegang pistol di luar, dengar-dengar ada luka tembak di tangannya ……

Sheila mengangkat pistol mini di tangannya, membuka kaca mobil, DOR suaranya, terdengar lagi dan lagi.

Mobil tiba-tiba berguncang hebat, suara pistol yang datang terus menerus, membuat Sheila menghela nafas dingin

“Mepet ke kiri.” Jack memerintah dengan suara besar.

DOR suara pistol, Jack menembak roda mobil belakang yang paling dekat dengan mereka, mobil terguling ke samping, berguling penuh kemudian menabrak mobil besar mereka yang datang mengikutinya.

Sisi belakang kanan dengan sangat cepat mengisi,

Segera setelahnya KLANG KLANG KLANG——

Beberapa peluru mengenai pintu mobil, sederet suara terengah, punggung tangan Jack terkena peluru, pistol terlempar keluar kaca.

Jack dengan wajahnya yang putih pucat bersender di tempat duduk mobil, sambil tangannya menutupi menahan punggung tangan, darah mengalir keluar dari lengan bajunya.

“Jack!” Sheila berteriak terkejut, ia buru-buru merobek roknya, membungkus luka Jack.

Jack terluka di kanan tangan, tangankirinya pada dasarnya tidak pernah menembak, di dalam mobil hanya ada supir, Jack, Sheila dan Sisi.

Yang bisa menembak tinggal Sheila……

“Kak……ro……roket.”

Sheila melihat ke arah belakang, orang di belakang sudah mendirikan sebuah roket mini……

Pihak sana mau membunuh mereka?

Sekalinya itu ditembakkan, mobil sekaligus orang-orang semua akan meledak ke langit.

Bola mata Sheila menggelap, pistol mini di tangan semakin erat: “buka atap mobil!”

“Nyonya Muda kamu mau apa!?” Jack yang wajahnya putih pucat karena kehilangan dadah, mendengar Sheila memerintah raut wajahnya semakin serius, Nyonya Muda mau keluar dari atap mobil dan menyerang mereka secara terbuka?

“Tidak boleh! Terlalu bahaya!” Jack buru-buru menghalangi, kalau saja Nyonya Muda mati karena sial, Jack bahkan tidak perlu membawa nyawanya Tuan Muda minta ampun.

“Mereka tembak kita juga mati, tidak lebih baik coba saja?”

Sisi ketakutan sampai kembali duduk di bagian bawah tempat duduk mobil, tangannya meraba-raba di bawah sana, barusan, barusan mobil terguncang hebat hpnya terlempar ke bawah.

Susah payah dapat meraba hpnya, tangannya gemetaran sampai hampir tidak stabil memegangnya, kedua tangannya, berusaha keras baru bisa memegang hp dengan benar.

Hpnya berguncang seiring berguncangnya mobil, Sisi sebisa mungkin menyeimbangkan hpnya, sembarang mengetik sekalimat, ada kesalahanpun Sisi juga tidak terlalu peduli.

Membuka atap mobil, Sheila berdiri mencuat dari atap mobil, mengangkat pistol baru mau membidik mereka, menyadari tanpa disangka mereka tidak ada pergerakan lagi, malah menyimpan kembali roketnya……

Sheila segera menurunkan tubuhnya kembali ke mobil: “aneh, mereka menyimpan kembali semua senjata mereka, bubar.”

Sisi menghela nafas selesai mendengarnya, langsung seperti balon yang mengeluarkan isi gasnya.

Jack menutup luka menoleh melihat, sesuai dugaan, tidak hanya membereskan senjata, juga berputar mau mundur.

“Kira-kira hanya mau memperingati kita, bukan berniat mau mengambil nyawa kita, namun sampai berani memperingati keluarga Salim, Tuan Muda Susanto sungguh bernyali besar.” Jack menggertakkan gigi saat bicara.

“Tuan Muda Susanto……” Sheila tiba-tiba mengingat kata-kata Sisi, kemudian melihat ke arah Sisi.

Suara dering ini, suara SMS di hp, berdering di situasi yang aneh ini.

Sheila buru-buru memasukkan hp ke kantung, tertawa canggung: “SMS iklan lagi……”

Setelah kejadian yang membuat panik itu, tempat ini tidak jauh dari sekolah Sisi, jadi setelah Jack bersikeras mengantar Sisi, baru kembali ke kediaman Salim mengobati luka.

Luka baru tambah luka lama, Jack letih duduk bersender di tempat duduk belakang mobil, mobil sampai di pintu sekolah, Sheila mengantar Sisi turun dari mobil, Sisi malah memburu-burui Sheila untuk cepat pergi: “aku tidak akan kenapa-napa, kalian pulang dulu saja, pengurus rumah Jack perlu cepatnya mengobati luka .”

Sisi melihat mobil sudah jauh, baru mengeluarkan hp melihat SMS, di SMSnya tertulis: “Malam ini jam 8, HuangTing.”

Diam-diam menghapus SMS, berbalik badan berjapan masuk ke sekolah.

Denis yang ada di kediaman Salim sudah menerima berita mereka diserang di jalan.

Di dalam rumah berdiri puluhan pengawal menunggu dikirim Denis, sekalinya Denis memerintah, mereka berlari keluar dengan sangat terlatih, kan memang pernah dilatih secara profesional, berkemampuan dan berkecepatan tinggi, dengan sangat cepat langsung masuk ke mobil.

Puluhan mobil anti peluru disetir keluar, di atasnya juga ada belasan pesawat berjaga, terlihat sangat amat spektakuler.

Mobil anti peluru berpapasan dengan mobil Sheila dan yang lainnya saat kembali, Jack turun dari mobil menutupi luka, Dodi dan kotak obat sudah menunggu di ruang tamu.

Sheila tidak tenang, ikut melihat pengecekan kondisi luka, lihatpun bahkan tidak lihat Denis sedikiptun.

Denis merasa terabaikan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, mengikuti dengan dingin.

“Apa perlu ke rumah sakit untuk diobati?” Sheila melihat lubang dari peluru barusan di punggung tangan Jack, apalagi peluru di dalam, mau dikeluarkan juga bukan operasi kecil……

“Tidak perlu.” Dodi mengeluarkan pisau operasi bersiap-siap mengeluarkan peluru, bertanya Jack: “perlu tidak kasih kamu obat anastesi?”

“Tidak perlu.” Jack menjawab dengan sangat yakin.

3 orang 1 bertanya 1 menjawab, sama sekali tidak menghiraukan satu orang lagi yang sedang memperhatikan Sheila dari atas ke bawah dengan tulus.

“Terluka di mana?” Denis tiba-tiba bertanya.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu