Istri Direktur Kemarilah - Bab 270 Kamu Telah Melakukan Pilihan, Maka Harus Terima Akibatnya

Sheila berkata perlahan-lahan kepada Denis Wijaya, “Karena dia tidak akan pernah memaksaku melakukan hal seperti ini.”

Denis mengulurkan tangan besarnya, dan menarik rambut Sheila. Wajah Denis sudah penuh dengan kesadisan yang menggila, terutama setelah dia mendengar Sheila berkata bahwa dia tidak lebih baik daripada Regen Huo, Denis semakin tidak bisa menahan amarahnya.

Denis menekan kepala Sheila, dan menekan ke bawah dengan brutal.

Denis memaksa Sheila untuk mencium tempat Denis itu!

Sheila mengeraskan lehernya untuk menolak.

“Sheila, kamu ada hati tidak? Ketika aku tidak memaksa, kamu pilih aku tidak?” Semakin Sheila melawan, semakin Denis menekan ke bawah dengan kuat, “Karena bagaimanapun kamu juga tidak akan memilih aku, untuk apa aku memikirkan perasaan hatimu? Kenapa, takut kotor? Aku sama sekali tidak pernah mengatakan kamu kotor!”

Cinta Denis yang penuh terhadap Sheila, tetapi Sheila tidak melihatnya sama sekali.

Malam ini, begitu panjang sekaligus merana.

Sheila sedang hamil, Denis tetap memiliki kekhawatiran, tetapi perkataan yang tidak senonoh dari mulut Denis, tetap melukai Sheila dengan dalam.

Membuat Sheila merasa sakit hingga rela untuk tidak pernah mencintai dalam seumur hidup ini, merasa sakit hingga tidak ingin mencintai lagi di kehidupan selanjutnya….

Sheila disiksa hingga tengah malam, sudah lama tidak melakukannya, dia merasa kerangka tubuhnya pegal dan lemas bagaikan akan roboh setiap saat.

Ekspresi Denis sadis dan hasu akan darah.

Sheila menatap Denis, tatapan matanya juga menjadi semakin dingin.

“Tidak pernah melihat aku yang seperti ini?” Kedinginan dalam mata Sheila membuat Denis merasa sakit menusuk, badannya bergidik, dan dia mengambil bantal untuk menutupi mata Sheila, “Aku tidak membolehkan kamu melihat aku dengan tatapan seperti itu!”

“....”

“Jangan lihat!”

Denis menekan bantal, tidak bisa melihat air mata yang mengalir keluar dari mata Sheila, dan juga… putus asa.

“Apakah kamu membenciku? Benci saja!” Suara Denis yang sadis berbunyi di telinga Sheila, “Benci aku, seumur hidup ini jangan harap kamu bisa melupakan aku, kalaupun meninggalkan aku, aku juga akan muncul dalam mimpimu.”

“....”

“Kamu telah melakukan pilihan, maka harus tanggung akibatnya.”

Sheila sedikit sesak napas karena tertekan bantal, tangan dan kakinya meronta dengan tak berdaya, dan Sheila mendorong dada Denis….

Air mata Sheila, membasahi bantal, kali ini Denis berkata dengan begitu kejam, berbuat dengan begitu kejam, adalah bertujuan untuk memutuskan jalan terakhir mereka.

Sisa oksigen terakhir juga sepertinya akan direnggut, tangan Sheila jatuh lunglai ke seprai kasur yang kompleks, dan perlahan-lahan tidak sadarkan diri.

Pagi hari.

Cahaya matahari pagi menembus kaca jendela dan bersinar ke dalam.

Sheila merasa tenggorokannya kering sekali, di udara juga masih ada aroma setelah bersetubuh, membuatnya merasa mual, sebuah aliran menyongsong keluar dari lambung, tetapi pada akhirnya hanya muntah kering saja.

Sheila membuka mata dengan ekspresi menderita, dan Sheila menyadari dirinya sedang dipeluk dengan erat ke dalam pelukan Denis, suhu tubuh Denis menyelimuti Sheila.

Tadi malam Denis bersetubuh dengannya semalaman, tetapi dia sendiri juga tidak merasa nyaman. Denis menahan diri sendiri, tetapi juga ingin sekali untuk melepaskan diri, setiap saat berada pada ambang dilema, sehingga wajahnya yang tampang bertuliskan penuh dengan kelelahan.

Sheila menatap Denis dengan bengong, dan merasa linglung untuk sekejap, dan segera, Sheila diam-diam mengesampingkan tangan Denis yang ada pada pinggangnya, dan turun dari kasur.

Di depan cermin di kamar mandi, Sheila sedang membersihkan mulutnya dengan bertenaga, matanya menatap pada bekas lebam yang ada pada badannya di dalam cermin.

Ada yang sengaja Denis cubit, pelintir, dan cakar.

Sebenarnya yang paling sakit bukanlah ini, melainkan bagian bawah dan kedua kakinya.

Sheila tidak tahu bagaimana dirinya berjalan masuk ke dalam kamar mandi, dia bahkan curiga tadi malam mereka bersetubuh begitu banyak kali, apakah bayinya masih baik-baik saja?

Sheila mengusap perutnya, dalam mulutnya penuh dengan aroma Denis, membuat dirinya merasa mual. Sheila menyusutkan badannya, dan membersihkan mulutnya dengan bertenaga.

Uhuk, uhuk….

Sikat gigi menggosok dengan bertenaga, hingga muncul busa merah karena gusinya berdarah, bulu halus sikat gigi itu sudah amburadul karena Sheila.

Sheila tidak hentinya berkumur, ingin menghilangkan aroma di mulutnya.

Entah karena psikologis atau bukan, Sheila merasa bagaimanapun dia membersihkan, aroma itu tetap ada.

Tiba-tiba, pintu terbuka….

Sosok Denis yang dingin muncul di dalam cermin.

Sheila berbalik badan dengan refleks, punggungnya bersandar pada wastafel, dan gelasya jatuh ke lantai, Sheila membelalak menatap pria di depannya, bagaikan telah melihat hantu.

Denis pun sudah bangun ketika mendengar suara muntahan.

Tatapan matanya yang suram tertuju pada wanita di depannya, yang sedang menggosok gigi, di sudut bibirnya masih ada sedikit busa pasta gigi.

Tetapi Sheila bagaikan burung yang terkejut oleh katapel, di wajah Sheila dengan jelas menunjukkan ketakutan terhadap Denis.

Ketakutan?

Denis mengangkat bibirnya, Sheila tidak takut apa-apa sejak dulu, tidak takut ketika sedang menangkap ular berbisa, juga tidak takut ketika ada pasien penyakit jiwa yang meletakkan pisau di lehernya.

Namun sekarang, apakah Sheila muncul rasa ketakutan terhadap Denis?

Tatapan Denis berkelana di badan Sheila, setiap bekas di badan Sheila, semuanya diberikan oleh Denis padanya, seolah-olah hanya dengan begitu, barulah bisa membuktikan bahwa Sheila pernah menjadi milik Denis.

Denis berjalan mendekat dan mengepung Sheila di antara lengannya, dan memerangkapnya di depan wastafel.

Hawa pria dari Denis dan aroma hormon yang sangat pekat di pagi hari, seketika menyerbu kemari.

Denis mendekat ke telinga Sheila, napas yang hangat menyembur pada telinga Sheila, dan Denis berkata dengan iblis, “Pagi, gundik.”

“....” Alis Sheila terkerut, dan dia meremas jarinya, kalau tidak, Sheila benar-benar tidak tahan untuk menampar Denis.

“Kelihatannya kamu sangat tahu diri sebagai gundik, pakaian ini benar-benar cocok dengan kamu.”

“....” Sheila mulai menyesali kenapa tidak menggantikan pakaian gundik ini di saat pertama, bahkan jika handuk, juga lebih bisa menutupi badan daripada pakaian ini.

Pakaian gundik yang berwarna norak dan transparan di badan Sheila, dipakai sama saja dengan tidak memakai, tidak ada perbedaan sama sekali.

“Nyaman tidak melakukan dengan pakaian ini?” Denis dengan sengaja menggosokkan bagian tertentu yang mengacung pada bokong Sheila.

Sementara pada bagian bokong, ada lubang yang berbentuk hati, adalah bagian yang paling menggoda.

Tangan Denis yang besar memukul keras pada pantat Sheila, dan mencubitnya.

Gerakan Denis bagaikan sedang mempermainkan seorang pelacur yang disediakan untuk orang permainkan.

“Kulitmu begitu halus, sekujur tubuh penuh dengan bekas cinta….” Denis menuturkan perkataan seperti itu, tetapi dia menunjukkan senyum yang iblis, sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan.

Sheila ingin pergi, tetapi badannya diperangkap oleh kedua lengan Denis. Pada pagi hari memang adalah kondisi pria yang paling lapar, ketika Sheila sedang meronta dan bergesekan, secara tidak sengaja membangunkan nafsu yang sedang tertidur.

Denis mengerang, dan membalikkan badan Sheila menjadi membelakanginya, dan dengan cepat menyerbu masuk ke dalam badan Sheila.

Sheila menggigit bibir, kedua tangannya menyangga pada wastafel.

“Denis, kamu berbuat seperti ini, tidak takut melukai bayi kah?” Sejak tadi malam hingga sekarang, begitu sering, meskipun dikatakan boleh bersetubuh setelah tiga bulan, tetapi begitu padat….

“Kamu kira aku tidak mencari tahu? Asalkan posisinya tepat….” Sambil berkata, tangan iblis itu menarik kerah Sheila yang rendah sekali, telapak tangan Denis yang besar menekan pada buah dada Sheila yang penuh dengan jejak, “Lagi pula, anak itu pasti milik aku kah?”

“....” Satu kalimat, tidak hanya membuat Sheila bergidik, dia juga tersenyum dingin, “Jika bukan, tidakkah kamu merasa jijik menyentuh aku?”

Tiba-tiba Denis menarik kerah itu robek hingga ke lengan, di atas lengan Sheila yang putih cerah, tato yang berwarna hijau zamrud itu terpapar begitu saja di udara.

Pria itu tertawa rendah, “Bertatokan namaku di badan, dan melakukan dengan pria lain, apakah kamu merasa jijik?”

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu