Istri Direktur Kemarilah - Bab 104 Memberi Penghormatan Sebesar Ini, Bagaimana Bisa Aku Menerimanya (1)

Sheila sudah menikah masuk ke keluarga Salim selama 3 tahun, namun Denis sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di kediaman keluarga Wijaya, bahkan keuarga Wijaya yang ingin memanfaatkan hubungan mereka dengan keluarga Salim saja harus memanfaatkan nama Tuan muda Salim sebagai menantunya, dan keluarga Salim tidak pernah mengumumkan kalau mereka besanan.

Keluarga Wijaya memiliki 4 orang putri, putri pertama Seli Wijaya putri kedua Suni Wijaya, putri ketiga Sheila Wijaya, dan putri keempat Sisi Wijaya, dia berharap masih ada satu anak lagi dari perut instrinya, selama bertahun-tahun ia terus mengharapkan seorang putra…….

“Pa, kenapa tuan muda Salim tiba-tiba ingin berkunjung kemari? Apakah tidak ada bocoran kabar?” Seli turun dari lantai atas, jika bukan karena mendengar tuan muda Salim ingin datang, sampai sekarang ia masih tidur cantik dikamarnya.

Karina Haori mengelus perutnya yang agak maju : “Masih berani bertanya? Waktu itu keluarga Salim tidak langsung mengumumkan perceraian karena mempertimbangkan harga diri keluarga, kali ini tentu saja datang untuk mengumumkan perceraian.”

Karina Haori adalah ibu kandug dari Seli dan Suni, ibu tiri Sheila dan Sisi, awalnya yang akan dinikahkan ke keluarga Salim Seli atau Suni, namun Sheila yang mendapatkan keuntungan ini, dia tersenyum dengan sinis : “Sejak awal aku sudah mengatakan sifatmu itu cepat atau lambat akan membuatmu ditendang dari keluarga Salim.”

“Sudah cukup, kurangi bicara kalian, kamu lihat pembantu yang dipakai cukup atau tidak, jika kurang segera cari beberapa lagi, dan juga minta mereka untuk membersihkan seluruh isi rumah sekali lagi, sofa dan kursi semua ganti yang baru, juga kamar yang akan digunakan oleh Tuan muda Salim….”

“Yah, rumah ini sudah dibersihkan paling tidak 5 kali oleh mereka, masih pagi sudah membuat heboh sampai membuat orang tidak bisa tidur.”

Karina memelototi Seli, tatapannya terlihat sangat gemas dengan sikapnya, “Tidur tidur dan tidur saja yang kamu pikirkan, minggu ini berat badanmu sudah bertambah 5 kg, Tuan muda Taro yang bertemu denganmu mengeluh kalau kamu terlalu gemuk, tidak ingin bertemu denganmu, kamu sudah berumur 26 tahun dan masih mau terus jadi kutu beras dirumah? Jarang-jarang Tuan muda Salim datang kerumah, bukannya cepat berdandan yang cantik………”

“Panik untuk apa sih? Bukankah Suni belum sampai? Aku menunggunya pulang untuk merias rambutku.” Tubuh Seli yang gemuk langsung tenggelam di sofa begitu ia duduk diatasnya.

“Masih begini pagi Suni pergi kemana?”

“Tentu saja ke rumah sakit………..”

“Dia sakit lagi?”

“Dia sakit apa? Hatinya yang sedang sakit, dia mau pergi ke RS Shengde untuk melihat dokter Kenny, hanya dengan begitu penyakitnya bisa langsung hilang………”

“Bagaimana mungkin dokter Kenny bisa dibandingkan dengan Tuan muda Salim, telepon dan beritahu dia kalau Tuan muda Salim akan segera datang menceraikan, kesempatan bagus tidak boleh dibiarkan diambil orang lain, suruh dia segera pulang.”

Seli menguap panjang, mengambil ponsel dengan malas, baru saja ingin berbicara ketika telepon tersambung, ponselnya jatuh karena dia terkejut mendengar suara ledakan dari luar.

“Pesawat………pesawat Tuan muda Salim akan segera mendarat!” pelayan diluar berteriak masuk dari luar.

Seli segera berlari naik ke lantai atas, Tuan muda Salim sudah datang namun dia belum ganti baju dan berdandan, gawat sudah keburu.

Harry Wijaya segera bangkit dan berjalan keluar, Karina membusung perutnya mengikuti dari belakang.

“Cepat! Buat dua barisan, ketika melihat Tuan muda Salim harus memberi salam dengan serempak mengerti?!” Harry memesan para pelayan.

Disana ada 4 orang pelayan yang sedang menggotong sebuah bangku ukiran panjang, mereka tidak tahu harus meletakkan kursinya terlebih dahulu atau ikut berbaris terlebih dahulu.

Harry Wijaya segera menunjuk mereka, “Cepat pindahkan kedalam, hati-hati, jangan sampai terbentur kursi…….. entah ia akan nyaman menduduki kursi itu atau tidak.”

Kursi yang baru saja di letakkan pelayan segera diangkat lagi, mereka berempat masuk ke dapur dengan kompak.

Harry Wijaya juga berpesan pada mereka untuk mengeluarkan karpet merah, begitu pesawat mendarat, maka karpet merah akan terbentang dari tangga sampai kedepan pintu ruang utama.

Tanaman ditaman tertiup oleh Pesawat hingga rubuh kekanan dan kekiri.

Kedua pelayan mengenakan seragam pelayan yang dibuat dadakan, ikut berbaris untuk menyambut dengan rapi.

Pintu kabin dibuka oleh bodyguard, para pelayan segera menyambut sambil membungkuk 90 derajat sesuai latihan, “Selamat datang Tuan muda Salim di kediaman Wijaya!”

Sepasang sepatu kulit hitam yang mengkilap mendarat diatas karpet merah, pria ini seolah seorang raja yang turun dari langit, membawa aura kewibawaan yang membuat semua orang hormat padanya, ia turun dari tangga pesawat.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu