Istri Direktur Kemarilah - Bab 110 Tidak Ada Makan Siang Gratis Di Dunia Ini (1)

Jari tiba-tiba agak gemetar, tidak tahu mengapa, tiba-tiba sebuah gambaran terlintas, jantung seperti tiba-tiba tidak bisa memasok darah yang cukup, sulit bernafas sangat tidak enak.

Setelah pergi, juga tidak perlu lagi menginjak masuk, terlebih lagi tidak perlu menginjak masuk ke dalam kehidupannya, ini memang akhir cerita yang sudah diprediksi oleh wanita itu, tapi saat dirinya sendiri sedang dengan hati yang tenang berpikir, hatinya tiba-tiba saja sakit perih seperti sebuah pisau yang bolak-balik mengaduk-aduk di dalam.

Segera wanita itu pun tersenyum mencemooh, menertawakan diri sendiri yang bodoh, Denis sedikit pun tidak menganggapnya, pria itu berusaha keras melakukan ini semua, tidak lain hanya adalah untuk supaya Rinu Sinai bisa masuk dengan formal dan terhormat ke keluarga Salim.

“Sedang melihat apa?” Tiba-tiba ada suara yang melayang berasal dari atas kepala Sheila.

Dia pun merespon secara reflek, dengan cepat melipat surat persetujuan cerai, menutupi tulisan itu: “Ada apa kamu masuk kemari?”

Suni berlagak tidak terjadi apapun bersandar di lemari baju, jarinya secara terbiasa memainkan rambutnya sendiri: “Pelayan bilang kamu disini, mengetuk pintu beberapa kali, tidak disangka kamu benar ada disini, sedang melakukan apa tadi sepertinya serius sekali?”

“Kamu bukannya sudah melihat?” Sheila tidak pasti dia terlihat atau tidak, perkataan ini hanya untuk mengetesnya.

Selagi mengatakan tidak sadar melihat sekali lewat sejenak jari telunjuk tangan kanan Suni.

“Kelihatan apa? Aku tidak kelihatan apa-apa, kalau begitu kamu beri tahu aku saja?” Suni dengan lembut dan lemah seakan tidak bertulang bersandar, tersenyum dengan seuntaian kelembutan.

“Kamu cari aku ada apa? Kalau tidak ada apa-apa aku mau membereskan koper, tidak ada waktu menyambutmu.”

Suni memindahkan rambut ke samping, menutupi setengah wajahnya, masih ada setengah wajah yang besar berhadapan denganku: “Tentu saja ada sesuatu…..”

Usai berkata Suni mengayun-ayunkan cincin di tangannya.

Cincin?

Sheila masih berpikir bagaimana mau meminta balik cincin, tidak disangka Suni bisa-bisanya sendiri datang.

“Maksudnya apa?” Dia tidak boleh membiarkan Suni melihat tanda-tanda bahwa dia menginginkan cincinnya, hanya bisa menyimpan niatnya ke dalam perut berpura-pura bodoh.

“Benar tidak tahu?”

“Tidak tahu apa?”

Terhadap sikap Sheila yang pura-pura bodoh dan tidak tahu, Suni tiba-tiba tertawa, dengan baik-baik berkata: “Cincin itu aku beli dari seorang pria.”

“Ow, lumayan bagus.”

Suni tertawa misterius, jarinya mengayun-ayunkan cincin, mengangkatnya ke udara, memegangnya dengan seksama: “Suka tidak?”

“Maksudnya apa?”

“Ya tanya, kamu suka tidak.” Usai berkata, mendekatkan cincinnya ke Sheila, memutar sekeliling di depan matanya, dengan sengaja memperlambat gerakan: “Aku kok bisa terdengar bahwa cincin ini diberikan oleh tuan muda Salim ke nyonya muda Salim.....”

“Oh ya?” Sheila mengangkat alis, berlagak seperti apapun tidak terjadi menyempalkan kembali surat persetujuan cerai ke dalam koper.

“Iya benar, makanya aku hanya ingin memastikan saja, kalau memang benar, aku kembalikan ke tuannya....” Suni berpura-pura berlapang dada: “kalau ternyata bukan ya aku beri ke orang lain.....”

Sebagaimana Sheila memahami Suni, pasti tidak akan sebaik itu bisa mengembalikan ke tuannya, dan tersenyum.

“Cincin bukan barang yang boleh sembarangan diberikan pada orang lain....”

“Jadi kamu mau barang dikembalikan ke tuannya?” Kelicikan di mata Suni terlihat sekali dengan mudahnya, meski Sheila sudah sangat berusaha mengontrol diri, tapi masih tetap saja bisa terlihat bahwa dirinya bukannya tidak ada minat dengan cincin itu.

“Kamu terlalu banyak berpikir.”

“Kamu benar tidak berminat dengan cincin ini?” Suni menghelakan nafas: “Sungguh membuat orang penasaran, tapi aku malah mendengar mungkin cincin ini juga ada hubungannya dengan keluarga Hermawan, perhiasan warisan keluarga Hermawan, hanya majikan wanita di keluarga Hermawan lah yang pantas memilikinya......”

Sheila berlaga cuek lanjut membereskan koper, tapi kalimat ini membuat baju yang ada di tangannya tersentak terkejut terjatuh, perhiasaan warisan keluarga Hermawan?

Dan juga hanya majikan wanita keluarga Hermawan lah yang pantas memilikinya?

Saat itu ketika Kenny memberikan kepadanya, hanya mengatakan cincin biasa untuk melindungi dirinya dan guna mendeteksi jenis baru racun....

Wanita itu juga tidak tahu cincin ini di keluarga Hermawan sebegitu berarti, kalau dia tahu mati pun tidak akan menerimanya.

Tapi dia tidak boleh membiarkan Suni terlihat keanehan apapun, kalau tidak pasti akan mempergunakannya sebagai modal untuk menukar dengan suatu tujuan.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu