Istri Direktur Kemarilah - Bab 184 Padahal Sangat Peduli

Sepasang mata manis Regen melihat Sheila dalam-dalam: “lebih menarikpun, tidak semenarik kamu.”

Sheila menghadapi situasi seperti ini, memilih tidak menjawab, menghindari memberi pria kesempatan, semakin bicara semakin bangga.

Di jalan, memikirkan hamilnya Sheila, Regen jadi membiarkan kudanya jalan sangat lama, perlahan-lahan goyang-goyang hampir 20 menit baru sampai kandang kuda, Regen turun duluan, mengulurkan tangan pada Sheila.

Sheila juga tidak suka bercekcok, tapi Regen terlihat mau memegangi Sheila turun dari kuda, pada faktanya tangan satunya lagi juga diulurkan, akhirnya memeluk Sheila.

Juga tidak banyak berpikir dengan Regen, lagipula demi anak di perutnya, Sheila memang harus sebisa mungkin mengurangi lompat.

Leni juga sedang loncat turun dari punggung kuda.

“Leni, aku ingat kamu sangat bisa memanggang, untuk teh sore hari, bisa bantu aku masakkan sedikit cemilan?” Sheila mengedipkan mata pada Leni.

Leni seketika paham maksud Sheila, mengangguk: “kamu mau makan apa?”

“Creme Brulee bisa?”

Leni mengangguj, melihat ke arah Regen dengan tidak tenang: “Tuan Huo mau makan apa?”

“Terserah.” pandangan Regen mengikuti Sheila, hanya melihat Sheila berjalan ke depan kuda alabama itu, menarik tali leher kuda, tiba-tiba berkata: “aku mau kasih makan dia sampai habis baru pulang.”

“Disini ada penjaga binatang, tidak perlu kamu beri makan sendiri.”

“Tadi dia hampir melukaiku, sekarang aku mau membentuk hubungan dengannya.”

“Tidak bisa melihat kamu punya kasih sayang seperti ini, jika ada waktu seperti ini, mending membentuk hubungan denganku.”

“Binatang berdarah dingin sepertimu punya perasaan?”

“Oh? Begitu?” alis Regen naik: “kamu pernah lihat binatang berdarah dingin setampan ini?”

“Tak pernah lihat binatang berdarah dingin yang mukanya setebal ini.”

“Terima Kasih! Aku tidak bisa memuji sehebat kamu.”

“……”

Penjaga binatang keluar dari kandang kuda, Sheila menberikan tali leher kuda pada penjaga binatang, membiarkan dia menarik kuda, Sheila sendiri ikut di belakang.

Sheila tahu menunggang kuda saat hamil itu berbahaya, ini juga langkah akhir di ketidakberdayaan Sheila, membuatnya terpaksa menunggang kuda dan pergi.

Kudanya tahu jalan, membiarkan kuda mengarahkan jalan selalu lebih baik dari diri sendiri yang tidak tahu arah sembarangan jalan.

Di saat yang sama, Sheila juga tidak sepenuhnya percaya pada Leni, ketidak akuran mereka sudah sejak lama, tidak mungkin ada perubahan pandangan drastis dalam sekali ini.

Meski begitu, Sheila tetap mau mencoba, lagian Regen juga dengan sangat jelas tahu Sheila mau pergi dari sini, alasan Regen bisa membiarkan Sheila masuk sebebasnya ke sini, karena percaya diri mengira Sheila tidak mungkin keluar dari sini.

Karena alasan itu, Sheila tidak bisa duduk saja menunggu menunggu kehancurannya.

Segenggam demi segenggam jerami disodorkan ke sisi mulut kuda liar, kuda liar memakan sesuap demi sesuap kecil, makannya sangat berkelas.

Saat keluar dari kandang kuda, kebetulan saatnya makan siang.

Masuk-masuk, wangi kue memenuhi ruanhan, Leni keluar dari dapur memakai celemek mau memberikan Regen kue.

“tunggu.” Sheila memanggil menghentikan Leni: “aku saja yang kasih.”

“……?” Leni tidak mengerti dan tidak puas: “Atas dasar apa kamu yang kasih masakanku?”

“Kamu kira Tuan Huo tidak tahu kamu yang masak?” Leni sesuai dugaan sangat was-was dengan Sheila, kemudian bicara: “kamu mau kasih sendiri, terus? Kamu kira kamu masak opium? Makan sekali terus kecanduan……”

Leni berpikir dalam-dalam, setengah percaya dan setengah ragu dengan kata-kata Sheila.

“Meskipun menaklukkan hati pria, harus menaklukkan perutnya dulu, tapi juga tidak boleh tidak sabaran, aku akan bicara yang bagus-bagus tentangmu dulu.”

Meski Leni tidak ingin, tapi tetap memberi kue yang sudah dengan sepenuh hati disusun cantik di nampan ke Sheila.

Kuenya memang sepenuh hati dibuat, di atas kue tiramisu berwarna coklat, ada stroberi menghiasi, juga ada kembang gula, nampannya kuncup hunga mawar warna pink.

Ruang belajar

Regen melepaskan kancing baju atasan berkuda, menunjukkan dada dekat tenggorokan yang seksi.

Regen suka kebersihan, tidak bisa berkeringat sedikit, terutama di musim panas, minimal sehari harus mandi 3 kali……

Pulang dari lapangan kuda , Regen belum sempat mandi karena ia sedang menerima telepon yang sangat penting.

Jarinya meraba tahi lalat di ujung matanya, sampai ke pelipisnya, menekan-nekan, dengan suara rendah bicara: “kamu bilang mayatnya tidak ketemu?”

【Benar, tidak hanya orang kita yang sedang mencari, orang Tuan Denis juga sedang mencari, kamera di rumah sakit yang transplantasi jantung itu, sudah dicek semua, termasuk dokter operasi utama, dicek dan tidak ada petunjuk sedikitpun, di situasi sekarang ini, kemungkinan terbesarnya adalah setelah selesai operasi transplantasi jantung, mayatnya sudah langsung dibuang.】

“Orang hidup kalau melihat orang mati harus melihat mayat, kalau tidak ketemu, apa kamu rasa ini sesuai peraturan?”

【Itu……】

“Lanjut cari! Meski dibuang, aku juga mau tahu dikubur dimana, selain itu Keluarga Kenny…”

Regen menekan pelipisnya karena gelisah, sinar matahari menembus gorden dan masuk, menyinari mata Regen, ia berbalik badan tidak suka dan mau menghindari sinar matahari, terhenti karena sebuah bayangan orang di pintu.

“Kapan masuknya?”

Regen menyimpan telepon genggamnya berpura-pura tenang, tidak menyadari tangan Sheila yang memegang nampan dengan sangat erat, Sheila juga sama memaksakan diri untuk tenang, seperti tidak ada apa-apa menaruh kue di meja: “teh sore kamu, cobain kue yang khusus Leni buatkan untukmu.”

Tangan Regen memegang telepon genggam, dengan malas bersender pada jendela terbuka, sinar matahari menyinari dari punggung Regen, ekspresinya tidak terlihat jelas, suara iseng Regen berbicara: “seperhatian ini untuk aku makan, tidak mungkin di dalamnya ada sesuatu kan.”

Sheila melirik kue di nampan, Sheila tidak berani menjamin Leni tidak memasukkan apapun……

“Kalau kamu memang khawatir, boleh tidak dimakan.”

Sebuah tangan saat Sheila bicara sudah terulur, jempol dan jari tengahnya sudah menjepit kue dan memasukkan ke mulut: “tak apalah, kalau benar dimasukkan racun, kebetulan di hadapanku ada penawar racun yang sudah jadi.”

Makan sesuap, bubuk coklat menempel di bibir Regen, lidahnya dengan seksi menjilat bibirnya, seperti makhluk yang mau menggoda.

Sheila mengernyitkan alisnya, memperhatikan reaksi Regen setelah makan.

“Sepertinya agak panas!”

Sheila: “……”

Regen sudah menaruh jarinya ke baju atasan berkuda warna putih, jarinya yang pentik membuka kancing satu per satu, di bawah sinar matahari garis hitam tebal yang menggantung di urat pergelangan tangan, sangat amat merah.

Kuenya benar bermasalah?

Sheila diam-diam mundur, kalau Regen benar memaksa, hanya bisa kabur.

“Takut apa? Aku hanya bilang panas sekali.”Regen tertawa merisaukan: “kalau aku benar mau apa-apain kamu, kamu kira kamu bisa kabur?”

Memang tidak bisa kabur.

Sheila tertawa dingin: “aku sungguh menyesal, tidak memasukkan racun di dalamnya.”

“Kamu mau merelakan jantung ini, tidak peduli kamu kasih aku apa, aku akan makan semua.”

Sheila menatap Regen dengan ganas: “kamu tahu tidak kamu selalu membicarakan jantung itu di setiap masalah, sungguh membuat orang tidak nafsu makan!”

Regen tidak marah, malah melihat menembus segalanya, tertawa: “padahal kamu sangat peduli.”

1 kalimat itu membuat Sheila tidak bisa berkata-kata, Sheila memang sangat peduli, terutama peduli mau tahu Kenny sebenarnya kenapa-kenapa atau tidak……

Kalau jantung ini benar milik Kenny, Sheila memang, tidak bisa melakukan apapun pada Regen.

Dan yang tadi samar-samar Sheila dengar dari telepon Regen bilang lihat orang mati harus lihat mayat, apa yang dibicarakan itu Kenny? Bahkan mayatnya tidak bisa ditemukan?

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu