Istri Direktur Kemarilah - Bab 150 Dasar Wanita Murahan, Lihat Saja Nanti !(1)

Reaksi Sheila pertama kali adalah dia mengira ada orang yang salah sambung, atau telepon penipuan, jadi dia menjawab : “Anda salah sambung.”

Tepat pada saat dia mau mematikan telepon, suara di seberang telepon itu masih belum menyerah dan terus berupaya meyakinkan Sheila : “Bukankah ini nomor telepon Nona Sisi Wijaya? Seseorang yang menamakan dirinya ‘kekasihmu’ bilang kalau anda adalah pengawalnya….”

Pengawal?

Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sisi dibelakangnya?

Entah karena dia bangun terburu-buru atau karena bangun terlalu pagi membuat tubuhnya merasa kacau.

Saat mencuci muka dan gosok gigi, entah kenapa bulu sikat giginya membuat dia mual, atau mungkin dia sakit…

Dia merasa tubuhnya tidak sehat dan mual.

Sheila berpegangan di wastafel, ingin muntah namun tak ada yang bisa dimuntahkan karena dia belum sarapan, jadi dia hanya memuntahkan sedikit air.

Dia mengelap mulutnya, dan sebuah pikiran melintas di benaknya ----

Jangan-jangan, aku hamil?

Kemarin dia sudah menggunakan test pack untuk mengetes, namun hasilnya negatif….

Baru saja dia berjalan ke ruang makan, tiba-tiba dia merasakan mual dan ingin muntah.

Apakah semalam dia makan terlalu banyak kue, jadinya mual seperti ini?

Pembantunya melihat dia hanya berdiri saja lalu bertanya dengan nada khawatir : “Nyonya Muda, apakah anda kurang tidur, anda terlihat sangat pucat.”

Dia menggelengkan kepala, dia hanya merasa tiba-tiba mual saja.

Apakah mungkin sangat kebetulan, sehingga gejala-gejala kehamilan baru mulai terlihat hari ini?

Dengar-dengar setelah hamil seminggu baru bisa terdeteksi….

Sheila mengobrak-abrik lemari namun tidak menemukan test pack. Kalau Dokter Dodi datang dan memeriksa dia, maka pasti akan langsung memberitahu Denis.

Meskipun dia telah minum obat pencegah kehamilan (after pill) beberapa kali, namun ketika berada di kediaman Wijaya waktu itu, dia tidak melakukan pencegahan kehamilan.

Dia berpikir, nanti mau pergi ke rumah sakit untuk periksa setelah selesai mengurus orang yang ‘amnesia’ itu.

Dia berjalan ke garasi dan menyuruh supirnya pergi, dia mau menyetir sendiri.

Tadi dia mendapat telepon dari kantor polisi yang memberitahunya kalau rumah yang disewa oleh Sisi dikomplain oleh tetangga karena renovasinya telah mengganggu warga sekitar, jadi dia harus kesana mengurusnya….

Dia langsung menuju ke area apartemen mewah yang disewa oleh Sisi.

Dia pergi ke alamat yang diberikan, langsung naik lift ke lantai 19.

Model apartemennya adalah satu lantai hanya ada 2 unit, begitu dia keluar dari lift dia melihat seorang polisi sedang berdiri di depan pintu dan berbicara dengan seorang lelaki.

Lelaki yang berdiri di samping pintu tubuhnya sangat tinggi, dan berpakaian santai, kedua tangannya bersandar di kusen pintu, jelas-jelas dia lebih tinggi satu kepala dari polisi, kalau ia ditaruh diantara kerumunan orang, pasti mudah dikenali.

Poninya yang berwarna keabuan bergelombang menutupi alisnya, dan di telinganya ada sebuah anting tindik berhiaskan batu permata.

Kulitnya yang seputih salju, bibir yang merah dan gigi yang putih, seorang laki-laki tapi mirip wanita, penampilannya lebih mirip seorang siluman.

Begitu mendengar suara langkah kaki, lelaki yang tampilannya seperti siluman mengangkat kepalanya, sorot matanya terlihat angkuh.

“Tadi kalian meneleponku….”

Sang polisi mendengar suara Sheila lalu menoleh : “Nyonya Wijaya?”

“Ya, saya sendiri.”

“Bukan dia.”

Polisi : “…………..”

“Handphone Sisi Wijaya ada di tanganku, karena dia sedang ada urusan maka dia tidak bisa datang.”

Lelaki itu menyunggingkan sudut mulutnya, terlihat jelas dia meremehkan Sheila.

“Tuan ini berkata kalau anda adalah pengawalnya, jadi biar saya jelaskan dulu masalahnya…..”

Polisi itu menjelaskan garis besar permasalahannya, karena komplain dari penghuni lantai bawah yang begitu besar, untuk menghindari hubungan antar tetangga yang semakin memanas, maka polisi datang untuk bernegosiasi, kalau tidak maka penghuni lantai bawah akan membuat aduan mengganggu ketentraman warga sekitar.

Lalu setelah menambahkan beberapa kalimat, polisi itu pergi.

Lelaki itu masih bersandar di tepi pintu, lalu memiringkan kepala menatap Sheila : “Beritahu Sisi, kalau dia tidak datang, maka aku akan mengadukannya atas dasar lari dari tanggung jawab!”

“……” Sheila tidak tahu sama sekali bagaimana Sisi bisa mengenal lelaki ini, dan juga kenapa dia bisa tinggal di rumah yang disewa oleh Sisi?

Sepengetahuan dia, Sisi selalu tinggal dirumah keluarga Wijaya, lalu kenapa harus sengaja menyewa sebuah apartemen?

Tiba-tiba Sheila teringat pembicaraan antara Sisi dengan Karina, yang membahas tentang memelihara lelaki…

Dia tak tahan untuk melirik lelaki ini sekilas, bahkan merasa lelaki ini lebih cantik daripada wanita.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu