Istri Direktur Kemarilah - Bab 145 Tidak Ada Toleransi Bagi Yang Menyentuh Dia ! (2)

Ciumannya yang panas mulai masuk ke dalam rongga mulutnya, lidahnya bertautan dengan lidah Sheila, pupil matanya membesar, dan dia bereaksi dengan mencengkeram erat dada Denis, setelah beberapa saat barulah dia melepaskannya.

“…..” Sheila berusaha bernapas, kenapa ciuman barusan rasanya membuat dia seperti mau mati.

“Beritahu aku apakah dirimu hamil atau tidak!?”

Ternyata yang paling diperhatikannya adalah soal ini!

Segala pikiran berkecamuk di kepala Sheila, dan dia menggeleng dengan buru-buru : “Aku tidak hamil.”

Cepat atau lambat dia akan tahu, dan Sheila tidak berniat menyembunyikannya.

“Tuan Besar telah mendengar kabar kalau kamu hamil.”

“Lepaskan dulu.” Tubuhnya menekan tubuh Sheila, lalu berusaha bernapas : “Aku membohongi mereka.”

“Dokter Dodi bilang kamu hamil.” Denis berkata dengan nada memarahi.

“Bukan begitu, sebenarnya dia sedang membantuku, saat itu kamu tidak ada, sedangkan Nyonya Besar mau menghukumku, jadi…”

“Periksa sekali lagi.”

“Tidak mau, bukankah sudah kubilang kalau tidak hamil!”

Denis menatapnya dalam-dalam, karena Tuan Besar mendengar berita ini barulah dia melepaskan Denis.

Dia tidak berhenti mengejar Sheila, dalam benaknya terlintas kegembiraan yang amat sangat, yang menimbulkan kegembiraan itu adalah Sheila dan anaknya.

Tiba-tiba dia menggendong Sheila, dan berjalan ke toilet.

“Kamu mau apa?”

“Tes urine!”

Kakinya menendang tutup kloset, lalu dia meletakkan Sheila duduk di atas kloset----

Juga tak lupa menaruh sebuah baskom kecil di dalam kloset…

Tangannya membuka lemari penyimpanan, di dalamnya bahkan ada test pack, kapan dia menyiapkan barang-barang seperti ini?

“Kencing!”

Sheila yang dipaksa duduk di kloset menjawab : “Tidak bisa kencing.”

“Coba dulu, sedikit saja sudah cukup.”

“Sedikit pun tidak ada.”

Denis menggendongnya kembali ke ranjang dengan lembut : “Kalau tidak aku antar dirimu ke rumah sakit dan tes urine disana.”

Kalau sekarang mau pergi ke rumah sakit harus menempuh jarak 1-2 jam, belum lagi kalau tes darah harus dilakukan setidaknya 10 hari setelah berhubungan baru bisa terdeteksi, dibanding 2 cara itu yang paling cepat adalah tes urine.

Dia sudah tak sabar.

Dia menyodorkan segelas air untuk Sheila : “Minum dulu.”

Dari tadi dia sudah minum terus, kalau disuruh minum lagi juga sudah tidak kuat.

Dia mengulurkan tangan menahan gelas itu, bagaimanapun juga dia tidak mau minum.

“Aku tidak mau minum…. Ughh…”

Dia memaksa Sheila untuk minum dengan menaruh gelas di depan mulutnya.

“Sudah cukup! Aku tidak mau minum lagi!”

Gelas berikutnya sudah diisi air, namun kali ini dia tidak memaksa lagi, dia meletakkan gelas itu dan bertanya dengan suara lembut : “Sekarang sudah ingin kencing, belum?”

“Tidak ingin!” Dia ini dianggap apa? Masa baru saja minum bisa langsung keluar?

Dia melihat jam, sekarang baru saja minum, seharusnya sekitar 1/2 jam kemudian baru ada rasa ingin kencing.

Sheila bukannya tidak ingin bekerja sama dengannya, namun saat ini dia tidak ingin minum air, tapi dia malah terlihat begitu buru-buru ingin tahu hasilnya.

“Apa kamu tidak takut kecewa?” Kalau buru-buru dan harapannya begitu besar, maka kekecewaannya nanti juga akan lebih besar dari itu.

“Lebih baik daripada tidak ada harapan sama sekali.” Tangan Denis menerobos masuk ke dalam pakaiannya, lalu mengelus perut Sheila.

“Sudah ingin kencing?”

“Tidak ingin!”

Lalu Denis mengulurkan segelas jus jeruk, biasanya kalau minum jus jeruk pasti ingin kencing, dia menebak sekarang Sheila pasti ingin kencing.

Sheila akhirnya merasa ingin kencing, namun begitu melihat segelas besar jus jeruk, dia langsung mundur : “Kenapa memaksaku seperti ini? Apakah masalah ini begitu penting?”

Begitu terburu-buru ingin tahu apakah dia hamil atau tidak, atau setelah dia hamil, dia memaksa untuk membawa Rinu Sinai pulang ke rumah?

Sayangnya, dia akan membuat Denis kecewa.

Dia menghela napas, lalu berdiri dan ingin ke toilet, bagaimanapun juga dia tidak mungkin hamil, harapan Denis sudah dipatahkan sejak awal, belum saja dia berdiri, Denis sudah menghabiskan minuman itu sekali teguk, lalu menghalangi bibirnya dan menyuapi Sheila dengan jus jeruk itu, membuatnya mau tak mau menelan jus itu.

“Sudah cukup, aku mau pergi ke toilet!!!” kalau minum lagi, maka kandung kemihnya terasa seperti mau pecah!

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu