Istri Direktur Kemarilah - Bab 259 Walau Kamu Tidak Mau, Aku Tetap Mau Menikahi Kamu

Tangan Sheila menumpu di kedua sisi tubuhnya, memandangi cincin yang dipenuhi berlian sampanye dengan suasana hati yang kacau.

“Jangan menolak aku lagi.” Denis dengan tulus memegang cincin itu di hadapannya, berlian memantulkan cahaya sehingga tampak bersinar, mata Denis juga bagaikan berlian yang memesona.

"Kamu berencana melamar aku di sini?"

“Kalau tidak? Kamu tidak suka?”

"Sini adalah rumah sakit, mana ada orang yang melamar di rumah sakit?" Sheila berguling dan hendak turun, siapa sangka telapak besar Denis menahan di punggungnya, tidak membiarkan Sheila bergerak.

"Apakah tempatnya penting? Ketulusan hati yang penting!"

"Jangan main lagi, dokter bilang kamu masih sedikit demam, harus menggunakan alkohol… ..."

“Kamu sedang berupaya untuk menghindari aku?” Matanya yang tahu segala hal itu seolah-olah bisa menerobos ke dalam hati Sheila.

Bahu Sheila sekadar bergetar, menggelengkan kepala, "Bagaimana mungkin, untuk apa aku harus menghindari kamu?"

Sebenarnya dia memang menghindarinya, terus mencoba untuk mengalihkan perhatiannya, apa yang terjadi hari ini, apakah kedua pria itu sudah membuat janjian?

Denis masih memegang cincin di tangannya, ketegasan di tatapan mulai tertampak secara samar: "Dulu karena Kenny, kali ini karena apa!?"

“……”

"Jika karena sini adalah rumah sakit, kita boleh pindah tempat… ..."

"Denis, bukankah kita lumayan baik sekarang? Kenapa harus ada surat pernikahan?"

Tatapan Denis tenang dan mendalam, sesekali menatap Sheila, dengan suara serak, "Bagaimana jika aku membutuhkannya?"

Sebelum cerai, Sheila sulit untuk dipahami dan ditebak, setelah cerai, Sheila selalu memberinya semacam perasaan seakan-akan dia akan meninggalkannya kapan saja.

Sheila diam tidak bicara, keinginan wanita akan selembar surat pernikahan selalu jauh melebihi seorang pria, dia tidak pernah berpikir Denis akan begitu memandang penting surat pernikahan.

Jari Denis menembus rambut Sheila yang tebal, telapak tangan mengunci kepalanya, berkata dengan perlahan, "Jika tidak ada selembar kertas itu, kita hanyalah sepasang kekasih, tetapi jika ada, maka kita adalah satu keluarga... ..."

“……”

"Menikahlah dengan aku!"

"Tidak boleh... ..."

"Apakah kamu menolak aku!?"

Selanjutnya suara Denis bagai ranjau: "Kenapa kamu menolak aku lagi kali ini?"

Denis tiba-tiba bangkit duduk, memegangi pundak Sheila kuat-kuat dengan kedua tangan, menatapnya dengan tajam, matanya dipenuhi kata 'luka'.

Ini adalah kedua kalinya dia ditolak! Dia sebagai Tuan Muda Salim yang bermartabat, ditolak sudahlah merupakan hal yang pertama kali dialaminya, apalagi ditolak dua kali, dan juga oleh satu wanita yang sama!

Bagus! Sungguh bagus!

Pertama kali adalah karena Kenny, dia bisa mengerti, tapi kali ini, tidak peduli apa alasannya, dia tidak akan terima!

Sheila memiliki rasa bersalah yang belum pernah dialami sebelumnya, dia bukan tidak ingin menyetujuinya, tetapi tidak boleh!

Menikah dengan Regen, ini adalah cara terbaik untuk melindungi Denis, untuk mendapatkan kembali jantung Kenny, dan juga merupakan cara yang paling tidak melukai semua orang... ...

Maaf, Denis... ...

Menghadapi lamaran Denis yang kedua kalinya, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain tersenyum pahit, dia menggelengkan kepala: "Denis, kamu tenang dulu!"

"Mengapa tidak boleh menikahiku?" Suaranya terdengar pedih, "Aku mau tahu kenapa!"

"Alasannya adalah bahwa lukamu belum pulih, sekarang bukan saatnya untuk membahas ini... ..."

"Ini hanyalah alasanmu!"

“……”

"Baik! Setelah aku sembuh, walau kamu tidak mau menikah dengan aku, aku tetap akan menikahi kamu!"

“……!”

Setelah lukanya sembuh... ...

Dia mungkin sudah meninggalkannya.

Denis merasa puas karena Sheila tidak lagi melawan, dia mendekatinya dan menggigit bibirnya, gigitan itu sedikit berat, Sheila mengerutkan kening, mata membelalak dengan tatapan tak percaya.

"Ini adalah hukuman kamu tidak mendengarkan aku." Selesai bicara, tangan terulur ke tombol pelayanan dan menekannya.

Kali ini bukan hanya perawat yang masuk, bahkan dokter dan Jack juga bergegas masuk dengan kecepatan penuh, bel dibunyikan dengan begitu cepat, mereka semua mengira sesuatu telah terjadi pada Denis.

Dokter dan perawat berdiri membentuk dua baris, diam-diam memeriksa kondisi Denis dengan mata.

Denis duduk di tempat tidur, tetap bersikap angkuh, berkata: "Tidak peduli metode apa yang digunakan, selesaikan perawatan medis aku dalam tiga hari, aku mau sembuh dalam tiga hari... ..."

Dokter: "... ..."

"Kesulitan?"

Para dokter tidak berani bicara, hening untuk sementara waktu, lalu seorang dokter yang lebih berani menjawab dengan ragu-ragu, "Tuan Salim, luka di punggung kamu agak parah, kami sudah memberikan kamu obat terbaik dan juga perawatan medis terbaik, mengendalikan perawatannya dalam tiga hari sepertinya... ..."

Sangat sulit untuk menyelesaikan pemulihan yang seharusnya selama setengah bulan menjadi tiga hari.

"Tampaknya rumah sakit perlu mengganti sumber daya medis yang lebih baik... ..."

"Tuan Salim, kami akan mencoba yang terbaik... ..." Kata direktur rumah sakit diikuti keringat yang melapisi dahi.

"Denis, untuk apa kamu memaksa mereka? Penyembuhan perlu dilakukan secara bertahap, jika kamu secara membabi buta meminta mereka untuk mempercepat penyembuhan, tubuh kamu sendiri juga tidak akan tahan."

Semakin cepat, maka efek samping pada tubuhnya pun akan semakin besar.

"Kamu tidak ingin aku cepat sembuh?"

"..." Sheila menggigit bibirnya dalam kondisi kontradiksi. Dia berharap Denis bisa cepat sembuh, tetapi semakin cepat sembuh, semakin dekat dia meninggalkannya.

"Kamu tidak ingin aku cepat sembuh? Atau tidak mau aku menikahi kamu?"

"..." Ternyata dia ingin cepat sembuh untuk menikahinya... ...

Si bodoh ini!

"Jawab aku!"

Sheila menoleh ke samping: "Aku hanya khawatir tubuhmu tidak tahan."

Denis mengulurkan tangan, telapak tangan yang hangat menempel di pipi Sheila, menenangkannya: "Kalau ini saja tidak bisa aku tahan, kualifikasi apa yang aku miliki untuk berhak menikahi kamu?"

"Denis..." Tangan Sheila memegang punggung tangannya: "tanganmu sangat panas, apakah demammu bertambah parah?"

Satu kalimat, membuat semua dokter seketika menjadi gugup.

"Cek suhu!" Jack berkata pada perawat.

Perawat buru-buru mengambil termometer, ketika hendak mendekati Denis, tatapan dingin dari Denis yang setajam pisau membuat perawat itu ketakutan.

Jack tiba-tiba tangkap, segera menyuruh dokter pria.

"Tidak usah, aku saja." Sheila mengambil termometer dari tangan perawat, melakukan desinfeksi sederhana dengan alkohol, Denis adalah pengidap mysophobia, tidak suka menggunakan barang yang disentuh orang lain.

Termometer air raksa adalah yang paling akurat, sehingga perawat mengambil termometer air raksa, harus diapit di bawah ketiak.

Denis sangat kooperatif, ekspresi yang tadinya dingin, ketika disentuh Sheila, orangnya langsung menjadi lembut.

Para dokter diam-diam kaget, Tuan Salim dapat berubah-ubah dengan mudah antara keganasan dan kelembutan... ...

Lima menit kemudian, Sheila mengambil termometer ke tempat yang terkena cahaya, suhunya 39,2 derajat.

"Beri aku suntikan penurun demam!"

Para dokter dan perawat mulai bergerak, seluruh ruang pasien tampak sibuk seperti di medan perang.

Perawat laki-laki menanamkan jarum ke pembuluh darah di balik punggung tangan Denis, kemudian tergagap berkata kepada Jack, "Jika Tuan Salim ingin demam menurun dengan cepat, boleh melakukan beberapa terapi fisik."

“Terapi fisik apa?” ​​Jack mengambil sebuah buku dan mencatat.

"Mengompres dahi dengan air dingin, banyak minum air, minum air jahe pir manis, rendam kaki, karena punggung Tuan Salim menderita luka bakar, jadi disarankan untuk tidak banyak bergerak, menghindari keringat yang akan menyebabkan peradangan berulang dan demam."

Setelah perawat pergi, Jack berjalan mendekati Denis: "Tuan... ..."

"Tuangkan aku air, yang dingin." Minum air panas akan berkeringat.

Jack segera menuangkan segelas penuh air dingin untuk Denis, lalu memerintahkan pelayan untuk memasak air jahe pir manis.

Satu liter air diminumnya dalam satu tarikan napas, dia bahkan mau minum lagi.

“Denis, sudahlah, kita lakukan perawatan secara bertahap, perlahan, oke?” Sheila tidak tega, satu tangan Denis ditanam suntikan infus, satu tangannya lagi memegang gelas, sudah dalam kondisi demikian, Denis masih bersikeras menginginkan Sheila berada dalam pelukannya.

"Tidak tega?"

“……”

"Kalau tidak tega, nantinya jangan menolak untuk menikah denganku."

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu