Istri Direktur Kemarilah - Bab 190 Kamu Akan Memintaku Untuk Membiarkanmu Berada Di Sisiku

Mendengar 2 kata Kenny Hermawan, di tambah lagi mendengar Regen bertanya mau tidak pergi melihat Kenny, Sheila tidak dapat menahan diri dan seluruh tubuhnya gemetaran.

“kamu ingin membawa aku pergi melihat Kenny? Dia masih hidup?”

Regen tidak menjawabnya, namun mengambil selembar kertas dan menyuruhnya mengelap bersih tanganya.

“cepat katakan, apakah Kenny masih hidup? Dia dimana?”

Napas Sheila mulai sesak, dia merasa udara disekelilingannya telah di ambil.

“pergi denganku.” Regen melangkah dengan kaki panjangnya dan duluan pergi, Sheila mau tidak mau mengikutinya, hatinya berdebar kencang, seperti ingin “melompat keluar dari dadanya.”

Kenny, hatinya menyebut namanya, tidak tahu sejak kapan tangannya terkepal erat.

Dia masih hidup!

Gugup, gelisah, dan juga sangat berharap, setelah bertemu dengan Kenny, dia pasti akan memberikannya sebuah pelukan besar, pasti akan memberitahunya bahwa dia sangat merindukannya, mengkhawatirkannya, Sheila juga masih ingin memberitahunya, bahwa pria brengsek itu menipunya, menipunya dan mengatakan bahwa jantung Kenny ada di dalam tubuh lelaki brengsek itu.

Oh, apakah dia harus mengatakan kepada kenny, dia hampir saja mempercayainya, sudah banyak kali dia bermimpi buruk karena dia takut itu adalah kenyataan.

Sheila mengikuti setiap langkah Regen, dia takut kehilangan, dan perasaannya sangat kacau, oleh karena itu dia tidak dapat melihat dengan jelas kemana arah jalan ini.

Ketika Regen memberhentikan langkahnya, Sheila baru menyadari bahwa dia sudah sampai di ruangan medis

Sejak kecil jantung Regen sudah tidak baik, oleh karena itu di semua tempat tinggalnya terdapat ruangan medis spesial, ruang pengobatan, dan masih ada ruang obat-obatan.

Berarti, Kenny ada di dalam, apakah karena dia sakit?

Dia tidak tahan lagi dan langsung menerobos ke depan Regen, dan membuka pintu ruangan medis itu.

“aku tidak menduga kamu akan begitu buru-buru.” Regen mengikutinya dari belakang dan masuk.

Sheila melihat ke sekililingnya, di dalam ruangan medis yang berukuran lebih dari sepuluh meter itu, tidak ada satu orang pun selain berbagai macam peralatan medis.

“Kenny Hermawan?” Sheila meneriakkan nama Kenny.

Tidak ada orang yang menjawab, Sheila sangat marah, dia memutar kepalanya dan menatap ke arah Regen : “kamu menipuku!?”

Regen menaikkan bahunya, dengan ekspresi yang minta dipukul, setidaknya menurut penglihatan Sheila ekspesi ini, bukan hanya minta dipukul, juga minta ditendang.

“aku tidak membohongimu.”

Pada saat itu juga di belakang Sheila, di arah pintu terdengar suara langkah kaki, seluruh tubuh Sheila menegang…..

Apakah Kenny sudah datang?

Dia menarik napasnya dalam-dalam, segera memutar badannya, seketika harapan yang di wajahnya menghilang…

“Tuan Huo! Apakah menyenangkan mempermainkan aku?” Sheila mengangkat tangannya dan ingin menaparnya!

Regen mundur selangkah, dan menepis tangan Sheila: “yang aku katakan adalah melihat jantungnya, kamu sendiri yang berpikir terlalu jauh, kamu mau menyalahkan siapa!?”

Setelah mengatakannya, dia berjalan ke ranjang operasi, dan duduk disana : “mau lihat atau tidak terserah kamu!”

Dokter masuk melewati samping tubuhnya dan memandangnya dengan sopan, lalu berjalan lurus ke ranjang operasi.

Wajah Sheila suram, dan jari-jarinya terkepal semakin kuat. Pria ini, sehari saja tidak menipunya, apakah akan mati !?

Melihat dokter menyalakan peralatan, Sheila tahu itu adalah alat untuk USG jantung .

Dokter mulai menggunakan detektor yang terhubung ke kamera dan meletakkannya di dada Regen. Dengan cepat, layar mulai mengambil gambar jantungnya.

Gambar tetesan air, di mana organ berbentuk jantung berdetak secara teratur ...

Sheila menutup mulutnya dengan tangannya. Pada saat Sheila melihat jantung Regen, tidak tahu mengapa dia tidak bisa menahan air matanya ...

Apakah hubungan teman yang baik , juga bisa memiliki perasaan seperti ini, perasaan telepati seperti ini, sehingga dia menangis?

Regen memutar kepalanya dan melihat kearah wanita itu, pada saat itu juga air matanya sudah mengalir di seluruh wajah.

Hatinya sepetinya menjadi lebih sakit. Regen sering kali tidak bisa membedakan, sebenarnya apakah hatinya yang lebih peduli dengan Sheila, atau otaknya, atau tubuhnya yang lebih mempedulikan dia.

Hanya melihat Sheila menangis, Regen merasa seluruh tubuhnya sakit.

“tidak boleh menagis!” Yang paling Regen takutkan adalah melihat seorang wanita menangis: “jika masih menangis aku tidak akan memperlihatkanmu lagi!”

Walaupun Sheila sedang menangis, namun ketika melihat mata Regen, dia tidak dapat menyembunyikan rasa bencinya, dan menatapnya dengan tajam.

“jika kamu tidak menangis, nantinya aku akan memperlihatkanmu setiap hari.”

“siapa yang peduli!?” mulut Sheila berkata begitu, tetapi masih bertanya kepada dokter: “bisakah anda memberikan foto USG kepadaku.”

Besok Sheila sudah harus pergi, jika jantung yang ada di dalam tubuh Regen adalah jantung Kenny, Sheila ingin membawa foto hatinya pergi.

“hal seperti ini, bukannya harusnya kamu bertanya kepadaku?”

“aku tidak ingin berbicara dengan sampah.”

Regen: “…..”

“tuan muda…” dokter sedang bertanya apa maksud Regen.

“berikan kepada dia.” Regen menggosok dadanya dengan selembar kertas, dan duduk: “anggap saja ini adalah kompensasi karena tidak menjagamu dengan baik hari ini.”

Sheila tersenyum dingin, jika seseorang benar-benar ingin melukainya, selain dirinya sendiri, tidak ada yang bisa melindungi, maka dari itu dia tidak mengharapkan apa-apa.

Regen menatap ke dalam matanya, seolah melihat sesuatu, dan berkata: "Aku bersumpah, jika kamu bersedia mencintaiku dan tinggal bersamaku, hal-hal seperti hari ini , adalah yang terakhir kalinya terjadi."

“untukmu, selamanya aku tidak akan bersedia mencintaimu.”

Regen tersenyum tipis dan berkata : “selama kamu tinggal disisiku, bersedia atau tidak adalah cepat atau lambat.”

Sheila menyindir dan mengatakan : “jangan mimpi.”

Sheila mengambil hasil USG hatinya yang diserahkan oleh dokter. Jari-jarinya gemetaran melewati permukaan kertas itu, dia seolah merasakan jantung itu berdetak.

"Semuanya mungkin saja terjadi. Mungkin suatu hari nanti, kamu akan memintaku untuk membiarkanmu berada di sisiku."

“HAHAHA” Sheila meniru tertawanya Regen, dan berkata : “Tuan Muda Huo pasti haus karena banyak bicara. Kamu ingin minum apa?"

"Apakah kalian dua kakak adik suka menyuruh orang untuk minum jus?" Regen berkata sambil tersenyum, "aku teringat, terakhir kali Sisi memberikan segelas jus pisang, talas, dan semangka, dan akhirnya aku sakit perut semalaman."

"..." Sheila tahu bahwa Sisi adalah seorang jurusan keperawatan. Sisi tahu lebih banyak tentang obat-obatan dan bahan makanan daripada Sheila. Sisi sangat cerdas, tapi dia sedikit pemalu. Mungkin dia sudah terdesak, sehingga dia bisa mempermainkannya.

“kali ini jus apa yang ingin kamu buatkan untukku?”

"Aku berencana memasukkan racun ular favoritmu ke dalam blender dan membuatnya menjadi jus dan membiarkan kamu mecobanya."

Regen telah merapikan pakaiannya dan berkata dengan senyum bahagia: "aku pernah mengatakan bahwa bahkan jika kamu memasukkan racun, aku juga rela meminumnya."

Tentu saja, Sheila tidak benar-benar memberinya jus ular, tetapi membuatkannya jus jeruk biasa. Selain itu, dia diam-diam memeras buah liar ke dalam jus, memasukkannya ke dalam botol obat kecil, menaruhnya di posisi paling tersembunyi di lemari es, dan menyimpannya untuk dipakai besok .

Regen meminum jus jeruk itu. Mungkin karena hatinya masih sangat tidak nyaman. Dia tidur lebih awal.

Leni dengan tidak terduga tiba-tiba menjadi aktif. Pada malam hari dengan inisiatif mencari Sheila dan memberitahunya tentang rencana besok. Dia berencana untuk menaruh beberapa pil tidur ke dalam makan malam Regen besok malam.

Sheila tahu, makanan apapun yang dia berikan ke Regen, Regen pasti akan memakannya tanpa ragu.

Bahkan orang yang sangat berengsek ini, dengan tanpa syarat mempercayainya, kenapa, orang yang selalu berkata menyukai dia , justru tidak dapat mempercayainya?

Melihat mulut Leni yang buka tutup dan tidak bisa berhenti berbicara, Sheila melihat keluar dari jendela kamarnya, yang ternyata sangat tenang.

Tetapi hatinya gelisah, karena dia tahu bahwa perdamaian hanyalah ilusi, ilusi sebelum badai.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu