Istri Direktur Kemarilah - Bab 271 Dia Berani Menyentuhmu, Aku Akan Siapkan Makam Untuknya

Sheila memalingkan wajah, tidak berani melihat adegan yang begitu tidak senonoh di dalam cermin.

Tetapi Denis menahan dagu Sheila dari belakang, dan memaksa Sheila untuk melihat, “Sayangnya, kamu bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan dengan orang lain, menggambar tato dengan bubuk dari batu pirus yang beracun ke dalam tubuh, jika kamu mengkhianati aku, artinya adalah bunuh diri.”

“....” Sheila dipaksa untuk bertatap mata dengan Denis di cermin, Sheila tidak tahu apakah batu pirus itu benar-benar akan menjadi racun keras ketika dia berkhianat, mungkin saja itu hanya sebagai pesan psikologis untuk mengekangnya. Tetapi mendengarnya, tetap memiliki perasaan bergidik takut.

“Nikmatilah baik-baik perasaan ketika bersama aku, jika kamu meninggalkan aku….” Denis menggigit telinga Sheila, “Tidak mendapat kelembapan untuk waktu panjang, kamu akan layu!”

Suara Denis merayu sekali, “Terkecuali kamu berencana untuk menjadi janda seumur hidup.”

Sheila mengulurkan tangan untuk menepuk tangan Denis yang ada di dagunya, “Saranmu bagus, tetapi sepertinya kamu juga tidak lebih baik, bukankah kamu juga membuat tato itu?”

“Aku adalah pria.” Denis berkata dengan iblis, “Aku bisa memakai kondom.”

Ternyata begitu, tetapi benda seperti ini, mungkin juga hanya memanfaatkan pemikiran orang yang takut mati saja….

“Aku justru dengan senang hati ingin mencobanya dengan resiko mati.” Sheila berkata dengan tanpa takut, “Setelah aku selesai mencobanya, aku akan beritahu kamu tentang kebenaran jampi-jampi dari batu pirus itu, juga menghemat usahamu untuk memakai kondom ke depannya.”

Denis menghantam dengan kuat.

Badan Sheila mencondong ke depan, dan barang-barang di atas meja wastafel pun berjatuhan ke bawah.

“Kamu berani bergurau dengan nyawamu sendiri!?” Denis berteriak rendah dengan gusar, “Coba saja jika kamu berani membiarkannya menyentuhmu!?”

“....”

“Jika dia berani menyentuhmu, aku akan siapkan makam untuknya.”

Sheila menggigit bibir, meskipun tidak terlalu percaya, tetapi juga tidak berarti dia benar-benar akan mencobanya, hanya ingin membuat Denis marah saja.

Mata Denis sudah penuh dengan kobaran api, memikirkan ada pria lain yang menyentuh Sheila, Denis tetap merasa sakit bagaikan hatinya tertusuk pisau.

Setelah selesai melampiaskan, pria itu akhirnya melepaskan Sheila.

Sheila berjalan keluar dari bak mandi, kedua kakinya masih tidak bisa berdiri dengan mapan, Sheila membersihkan dirinya dengan gemetaram, dan mengambil handuk untuk membalut badannya sendiri.

Sheila membuka pintu kamar mandi, tetapi menyadari di dalam kamar bertambah seorang tamu tak diundang.

Mereka seolah-olah sedang dalam kamar sendiri, mereka mengambil keluar baju Sheila di dalam lemari, dan meletakkan semuanya di atas kasur, lalu memotret dengan ponsel.

“Kalian ini sedang apa? Ini adalah kamarku, tidak ada persetujuan dariku… keluar!” Sheila menunjuk keluar, ketika Denis keluar, Sheila ingat dirinya sudah menutup pintu, dan menguncinya. Bagaimana mereka masuk ke dalam?

“Nona Sinai yang menyuruh kami kemari, katanya dia ingin melihat pakaian gundikmu, menyuruh kami untuk mengambil foto banyak, dan kirimkan padanya….” Sheila mengangkat alis, dan berjalan ke sana, lalu melipat pakian gundik yang warna-warni dan sangat seksi itu, dan memberikannya kepada pelayan, “Karena Nona Sinai begitu suka, beberapa setelan ini masih belum dipakai, anggap saja pemberian aku padanya, menurutku lumayan cocok dengannya.”

Pelayan itu mengangkat tangan, dan memukul tangan Sheila, pakaian yang sudah dilipat pun kembali berserakan di atas kasur.

Hanya tersisa pakaian dengan bentuk bikini berwarna emas yang masih ada di tangan Sheila.

“Kamu kira Nona Sinai sama denganmu?” Selesai berkata, pelayan itu melihat pada bagian badan Sheila yang terpapar di luar, leher, tulang selangka, bahkan lengan, tidak ada satupun yang masih dalam kondisi baik….

Pelayan itu mencibir, “Sedang hamil, nafsu seks nya masih begitu kuat, tadi malam tidak tahu ditiduri oleh berapa pria. Dengar-dengar pengawal tinggal di sini, kali ini bisa memuaskan kamu bukan.”

“Apakah kamu tahu sedang berbicara dengan siapa!?” Sheila menatap pelayan itu dengan ekspresi dingin. Sheila ingat, pelayan ini adalah pelayan dekat dari Yuna, ketika Yuna tinggal di kediaman itu selama beberapa waktu, Yuna pandai sekali untuk menyogok para pelayan dengan berbagai aksesoris dan angpao, sehingga para pelayan begitu menjilat dan menyanjung Yuna.

“Kamu kira sekarang kamu masih adalah Nyonya muda Salim? Sekarang kamu hanyalah seorang gundik saja, dikatakan bagus adalah gundik, dikatakan tidak bagus, adalah pelacur rumahan, kedudukanmu bahkan tidak lebih tinggi daripada kami.” Sambil berkata, pelayan itu mengangkat dagu, tampangnya yang bangga sama persis dengan majikannya.

Sheila bukanlah orang yang bisa menahan, tetapi mereka tiba-tiba mengepung kemari, Sheila secara naluri melindungi perutnya. Jika tidak hamil, dia akan maju menjambak rambut dan menggampar mereka. Jika perlu, Sheila tetap akan bertindak.

“Kalian ini ingin lakukan apa?”

Sheila tidak memiliki tempat untuk mundur, depan belakang kiri kanan pun dikepung, sementara pelayan dekat dari Yuna Sinai mengambil pakaian warna emas yang berbentuk bikini itu, dan menggambar di badan Sheila, “Nona kami sudah katakan, masih ingin melihatmu sendiri yang mencoba semua pakaian ini.”

“Beraninya kalian!”

Sheila sambil melindungi perut, sambil melindungi handuk, demi tidak memakai pakaian gundik yang hina itu, Sheila mengenakan handuk. Tetapi handuk tidak terikat dengan erat, hanya perlu ditarik sedikit pun akan melorot.

“Bukannya masalah berani atau tidak berani, melainkan kamu harus memakainya, kalau tidak, kami yang akan membantu kamu pakai.” Selesai berkata, pelayan itu mengulurkan tangan untuk menarik handuk Sheila yang hanya menutupi sampai pangkal paha saja, “Lagi pula handukmu ini dipakai dan tidak juga tidak ada bedanya, lebih baik tidak usah pakai saja!”

Handuk ditarik pelayan itu hingga ke lantai, tangan Sheila berusaha menutupi badannya.

“Tutup apaan tutup, yang kamu puya, memangnya kami tidak punya? Atau kamu kira pengawal akan masuk ke dalam sini? Atau kamu berharap mereka masuk!?”

Tangan Sheila hendak menjambak rambut pelayan itu, tampang berbicaranya benar-benar membuat orang jijik.

Tetapi mereka sudah menyerbu kemari, ingin menangkap Sheila dan membantunya memakai pakaian.

Bikini emas itu sudah mereka kaitkan di leher Sheila, dalam hati Sheila terasa terhina sekali, “Kalian lepaskan, aku pakai sendiri.”

“Kamu jangan pikirkan untuk bermain trik, aku beritahu kamu, hari ini aku pasti akan memotret tampangmu mengenakan pakaian gundik untuk menyelesaikan misi, jika kamu membuat aku susah, maka aku pasti akan membuatmu susah.”

Sheila menahan amarahnya, tetapi wajahnya tetap bertampang tenang, dan dia berkata, “Kalian banyak orang, aku ingin bagaimana, memangnya bisa bagaimana?”

“Sudah kuduga kamu tidak berani juga.” Lalu pelayan itu berkata kepada seorang pelayan lainnya, “Kamu pergi kunci pintunya, lalu jaga pintu!”

Pelayan itu bergegas ke sana.

Sheila mengambil pakaian yang mereka suruh dia pakai, lalu berbalik badan hendak berjalan ke kamar mandi.

“Kamu ingin ke mana!?” Melihat Sheila ingin berjalan pergi, sedikit atau banyak pelayan itu juga merasa gugup, dia berjalan cepat untuk menghadang Sheila dengan badannya sendiri.

“Aku ingin buang air kecil, sekalian ganti pakaian lalu keluar, kenapa? Bahkan kamar mandi pun tidak boleh pergi?”

“Tidak boleh!”

“Jika aku tidak tahan lagi, kalian tidak merasa kotor? Aku sih tidak apa-apa, kalian juga tahu, bau di karpet tidak mudah untuk dibersihkan, jika dicium oleh tuan muda kalian, kalian tenang saja, aku pasti tidak akan katakan, bagaimana kalian sebagai anjing meminjam kekuatan majikan.”

Sheila memberatkan pada kata pasti, kesengajaannya jelas sekali.

“Heng! Kamu kira tuan muda masih akan mencarimu? Tepat juga biarkan dia lihat yang ada di badanmu, lihat kamu ini betapa cabulnya.”

“Baik, sekalian biarkan dia beritahu kalian, bagaimana datangnya bekas cinta yang ada di badanku.” Ketika Sheila mengatakan kata bekas cinta, tidak tahan ingin muntah, tetapi dia ingin memberesi para pelayan yang sombong dan congkak ini, maka dia tahan, bahkan sengaja memberatkan nada bicara dari kedua kata itu.

Pelayan itu menggertak gigi, dia marah karena wanita yang tidak tahu malu ini. Kemudian, di saat mereka tidak memperhatikan, wanita itu tidak tahu sejak kapan sudah mengambil ponsel yang diletakkan di atas meja samping kasur, dan menelepon….

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu