Istri Direktur Kemarilah - Bab 239 Siapa Suruh Kamu Mencuri Hatiku

Sheila melihat waktu di HP, ia tidak bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi Bersama mereka, ia harus menemukan cara untuk menyingkirkan mereka……

Tiba-tiba ia menerima sebuah pesan dari nomor asing di HP nya: “Bunga Wijaya, perlu aku keluar dari mobil membantumu?”

Memanggilnya dengan sebutan Bunga Wijaya hanya ada Regen seorang.

Sheila sudah memblokir nomor HP Regen, kemungkinan besar dia menggunakan HP lain untuk mengirimkan pesan ini.

Benar-benar ingin membuat keonaran saja, dia turun dari mobil, Jesi dan yang lainnya memiliki topik baru untuk dibicarakan.

[Segera menghilang dari sini.]

Setelah mengetik beberapa baris, Sheila menyadari mata bulat Yuna mencuri-curi pandang kearah HP-nya. Seakan tidak ada hal apa-apa, Sheila meletakkan HP nya dan berkata: “Baiklah, aku tidak memiliki waktu untuk berbicara hal tidak penting denganmu, tolong sampaikan pesan kepada Nyonya besar Salim, aku tahu dia rindu padaku, aku akan mencari waktu untuk mengunjunginya.”

Yuna Sinai: “……”

Jesi tidak begitu mudah untuk ditipu, dia dengan segera mengingatkan Yuna: “ Yuna, segera suruh para pengawal untuk menahannya, atau Nyonya besar Salim tidak bisa menjelaskannya kepada Tuan Besar Salim.

Sheila tidak mengganggap Jesi, berjalan langsung melewati para pengawal: “Minggir kalian! Tadi kalian juga mendengar, Tuan muda Salim memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bayi ini, bayi ini adalah penerus masa depan keluarga Salim, jika terjadi sesuatu padanya, kalian tidak akan dapat menanggungnya.

Para pengawal mundur satu-persatu dan tidak ada yang berani menahannya lagi, akhirnyapun memberikan jalan untuk Sheila.

“Ibu!” Yuna menghentakkan kakinya ditempat: “Lihat, Sheila pergi begitu saja, bagaimana ini ……”

“Jangan panik, ia tidak bersedia jalan dengan kita, kita memaksanya, jika-jika terjadi sesuatu padanya, akan menjadi tanggung jawab kita. Ia ingin pergi, kita biarkan saja ia pergi, jika nyonya bertanya, jawab saja dia bersikeras tidak ingin berjalan Bersama kita, tidak ada hubungannya dengan kita.”

Jesi melihat bayangan Sheila berjalan menjauh: “Kita pergi terlebih dahulu, cari seseorang untuk mengikutinya, perhatikan kemana dia pergi!”

Sheila dengan sengaja tidak menghindari mobil silver Bugatti Veyron itu, karena Sheila tau dia tidak akan bisa menghindarinya, jika si brengsek ini benar-benar ingin menempel padamu,

sulit bagimu untuk melepaskan diri.

Mobil itu masih berhenti ditempat yang sama, puntung rokok terlihat memenuhi lantai sekitarnya.

Sheila teringat kemarin malam Regen menelepon dirinya tetapi tidak diangkat, puntung rokok sebanyak itu, kemarin malam ia berada disini?

Berjalan kearah samping mobil, Sheila membuka pintu dan duduk kedalam mobil.

Disekitar tidak terlihat mobil lainnya, ini adalah satu-satunya mobil yang berada disana.

“Antarkan aku ke Naga Alexis。”

Regen sedikit menaikan alis matanya: “kasino?”

“Benar, aku sekarang tidak memiliki waktu untuk berbasa-basi denganmu, aku harus pergi menolong orang.”

“Disana hidung belang ada dimana-mana, kamu kesana, jika bisa keluar dengan keadaan sehat dan baik-baik, aku, Regen, mulai detik ini mengganti margaku sama denganmu.”

Sheila menundukkan kepala melihat HP nya tidak mengganggapnya, ia menemukan nomor telepon Denis, tetapi layar menunjukkan nomor yang dituju tidak dapat dihubungi.

“Bagaimana dengan Tuan muda Salim? Dia tidak datang untuk menebus kencan?” Gaun berwarna beige yang membalut tubuhnya terlihat mewah dan menawan, aroma parfum samar-samar yang tercium membuatnya pikirannya melayang seketika dan jantungnya berdetak lebih kencang.

Sheila tidak mengucapkan sepatah kata, ia sangat kesal, tidak tahu mengapa Denis tidak menepati janjinya, jangan-jangan ia benar-benar dikurung oleh Tuan besar Salim, sejak kapan Fahmi Lan suka berjudi? Pantas saja nomor HP nya sering berganti-ganti.

Sheila memandang keluar jendela dengan perasaan kacau balau, disampingnya masih ada seseorang bagai lalat yang mengelilinginya.

Layar HP menyala, disana lagi-lagi mengirimkannya foto Fahmi Lan.

Sheila tidak berani untuk melihatnya, ia dapat membayangkan seberapa banyak lumuran darah di foto-foto itu.

Sheila menarik nafas dengan stagnan: “Bisakah lebih cepat lagi?”

Regen mencari kesempatan saat Sheila berbicara, dengan satu hempasan merebut HP Sheila, membuka dan melihatnya, mengerutkan alis matanya, mengeluarkan HP nya sendiri dan mulai menelepon: “Ada satu masalah di Naga Alexis yang perlu kau bereskan, berikan berapapun yang mereka mau dan beritahukan kepada mereka, mereka sedang berurusan dengan orangku, orang Regen .”

Sheila tau bahwa Regen sedang membantu dirinya, Sheila tidak menolaknya, ia tidak akan bermain-main dengan nyawa seseorang.

Regen selama ini tidak pernah melihat Sheila sediam ini: “Jika terharu maka tidak perlu, ikut ak pergi ke suatu tempat.”

“Aku saat ini berada didalam mobilmu, apa ada pilihan lain?”

“Tidak ada.” Setelah selesai berbicara, Regen berbicara kepada supir: “pergi ke Rumah Sakit.”

Rumah Sakit?

Regen pergi ke Rumah sakit bukanlah sebuah hal yang aneh.

Sheila menutup mulutnya tidak berbicara, dalam hatinya ia mengkhawatirkan Denis.

“Tidak ingin tahu mengapa aku pergi ke rumah sakit?”

“Kamu sakit.”

“……” Regen tertawa: “ Aku ada sakit dan kamu ada obatnya, tidakkah sangat cocok?”

“Cocok atau tidak apa kamu pernah memikirkannya?”

Regen tertawa Hahaha: “Siapa suruh kamu mencuri hatiku.”

“……” mulai bersemangat lagi, ia tidak seharusnya menganggap Regen.

Sheila memutar badannya membelakangi Regen melihat kearah luar jendela, samar-samar terdengar suara Regen berbicara diteleponnya, kurang lebih membicarakan masalah Fahmi Lan sudah teratasi ……

Mendengarkan masalah Fahmi Lan sudah terselesaikan, beban Sheila sudah berkurang satu, lalu ia tertidur dalam keadaan pikiran yang bingung, 2 jam sudah terlewatkan saat ia dibangunkan……

Menyingkirkan jas Regen yang menyingkap dibadannya dan turun dari mobil.

Serangga kecil berterbangan dibawah sinar lampu jalanan yang remang.

Didepan terdapat sebuah bangunan model barat kecil yang sederhana dan dikelilingi pepohonan. Tempat ini tidak seperti sebuah rumah sakit, mungkin lebih tepatnya bisa dibilang sebuah tempat sanatorium.

Sheila tiba-tibat teringat akan Rumah Kabut, jadi dia sedikit sensitif dengan tempat yang dikelilingi pepohonan rindang seperti ini, sambil mengangkat ujung gaunnya ia berkata kepada Regen yang berada dibelakangnya: “Apa lagi yang sedang kau rencanakan?”

“Membawamu menemui seseorang?”

“Lagi-lagi Kenny?” Sebelumnya Regen berkata ia akan membawa Sheila menemui Kenny, tetapi hasilnya ialah pergi USG Jantung…

“Iya.” Regen menjawab dengan santai, penuh ejekan.

“Jangan bercanda mengenai hal ini lagi denganku, sedikitpun tidak lucu.”

Regen mengangkat bahunya, saat ini, seorang pria berjubah putih dengan kacamata bingkai emas dihidungnya menyambut kemari: “Tuan Huo.”

“Semuanya sudah dipersiapkan?”

“Sudah.”

Regen menganggukkan kepala, kemudian menghentikan langkahnya sesaat dan melihat Sheila dengan sorot mata yang dalam: “Apakah kamu sudah siap?”

“Apa yang perlu aku persiapkan? Cepat jalan!” Tidak suka dengan Regen yang dengan sengaja bermain misterius denganya, hanya ingin ini semua cepat berakhir……

Sheila melihat kesekeliling, kiri-kanan nya semua adalah kamar pasien, ini tengah malam jadi seluruh pintu tertutup dan tenang.

Hanya tertinggal suara langkah kaki mereka yang berpantulan di dalam koridor.

Pria yang mengenakan jubah putih itu menuntun mereka keluar dari koridor ini menuju ke ruangan paling dalam dan membuka pintu ruangan itu. Tidak semisterius bayangannya, hanya sebuah ruang kantor biasa, tetapi dibagian kiri tembok kantor itu terdapat sebuah lift.

Lift itu sangat luas, cukup luas untuk mencakup sebuah ranjang operasi.

Sheila mengikuti mereka masuk kedalam lift itu, lift perlahan-lahan menuju kelantai atas, Regen dari awal hingga akhir tidak lagi mengucapkan sepatah kata, tetapi beberapa saat mencuri pandang kearah Sheila dan dibalas tatap oleh Sheila.

Ding——

Pintu terbuka, Sebuah pintu kaca buram yang besar masuk kedalam pandangannya, Regen berjalan kesebelah pintu menunggu Sheila, berhenti berbicara dan lagi-lagi menatapnya sambil berkata: “Apakah kamu sudah siap?”

Apa yang terjadi padanya hari ini? Berkali-kali bertanya padanya apakah sudah siap, sebenarnya apakah yang perlu disiapkan?

Regen tidak berencana untuk memberi Sheila waktu berpikir terlalu banyak, perlahan-lahan membukakan pintu kaca yang buram itu untuknya——

Sheila berjalan memasuki ruangan itu, samar-samar tercium bau air disinfektan bercampur dengan dehumidifier menusuk hidung, didalam kesadaran selanjutnya Sheila memandang kearah ranjang pasien——

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu