Istri Direktur Kemarilah - Bab 208 Kalau Hancur Aku Akan Melaporkanmu

“Kalaupun minta maaf memang apa gunanya? Kalungku, duh, aku, sudah jadi seperti apa?”

“Salahku? Kualitas pembuatan kalungmu saja yang terlalu jelek……”

Sheila mengangkat tangannya mencubit kuat-kuat tangan Fahmi, suruh dia tutup mulut, pantas saja selama itu, tidak ada orang yang bersedia jadi manajernya, emosi setengah mati.

“Nona Weni, sekarang seharusnya adalah saat untuk menyelesaikan masalah, penampilannya segera dimulai……” Sheila pertama mengalihkan topik dulu, berpikir saat penampilan selesai, amarah Nona Weni seharusnya tidak sebesar itu.

Di sekeliling model, aktor, semua orang mondar-mandir keluar-masuk, semua sangat sibuk, sangat sedikit ada yang memperhatikab mereka.

Asisten buru-buru mencari tali yang menyambungkan permata tersebut dan memberinya pada Weni, Weni orangnya terlihat sangat mampu mengontrol diri, meskipun di dalam hati sangat marah, tapi tidak menunjukkannya secara berlebihan, ia melihat Sheila sekilas dengan datar dan berkata: “kalau bukan karena kamu sangat mirip dengan seorang temanku, sekarang juga aku akan melapor polisi.”

Sheila tertawa tidak berdaya, terima kasih pada tampang Sheila ini……

Tempatnya terlalu berantakan terlalu desak-desakan, Weni hanya bisa berdiri dan menyambungkan kembali permata, asisten diburu waktu: “gimana, segera harus tampil, sama sekali tidak keburu.”

“Kalau sampai hancur aku laporkan kamu!”Weni dengan ganas mempelototi Fahmi sekilas.

Fahmi saat itu baru jadi agak takut.

“Atau kita bisa tidak mengubah cara menampilkannya?” Sheila mencoba menolong, sejak kecil Sheila membantu Fahmi membereskan stannya, Sheila sudah tidak mampu membayangkan, ia menikah ke keluarga Salim, setelah ibu asuh jadi lumpuh total, Fahmi hidup sendirian sudah berantakan tak tahu tampak seperti apa.

“kamu yang desainer atau aku yang desainer? Masih mau tukar cara menampilkan?” Weni juga marah, profesinya sendiri diragukan berkali-kali oleh orang awam, yang satu tidak mau memakai, yang satu langsung mau mengajarinya?

Fahmi salah duluan, jadi Sheila dengan temperamen yang baik menunggu ia selesai melampiaskan semuanya dan berkata: “kalau tidak, aku beli kalung ini ya?”

“Kamu kira kerugianku hanya kalung ini saja? Pertunjukkanku, desainku, reputasiku, sekarang bagaimana?”

Sheila dengan tenang melihat Weni bertindak kasa, sangat memahami suasana hatinya, di pintu masuk panggung sudah ada orang yang mendesak, Weni semakin panik.

“Sebenarnya aku malah merasa begini juga lumayan bagus……” Sheila melihat kalung yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian dan berkata: “begini baru semakin punya cerita, coba pikir dan lihat, di belakang sebuah kalung yang cacat, bukankah lebih punya ruang untuk imajinasi dibanding yang sempurna?”

Tubuh Weni tiba-tiba gemetar: “lebih punya cerita?”

“Benar, lebih punya cerita, ratu vampir sedang memberontak mau atau tidak menghisap darah orang yang ia cintai, tidak hati-hati menggigit kalung di leher orang yang ia cintai, tiba-tiba sadar akan kenyataan……”

“……”Weni melihat kalung di tangannya dan berpikir dalam-dalam: “cerita ini terlalu bagus!”

Sheila perlahan menghela nafas, terpikir cincin yang Kenny berikan untuknya, terpikir batu blood amber yang paling Regen sukai, sudah seperti di belakang setiap perhiasan, semua punya sebuah cerita, yang lalu, ataupun yang sedang dialami.

“Tapi bagaimana menampilkannya?” saat Weni melihat Sheila lagi sudah tidak bisa menutupi kekagumannya, tatapan mata penuh keyakinan wanita ini, dengan teman desainer barunya itu sungguh terlalu mirip.

“Tempelkan permata yang berceceran di wajahnya, di pinggir mulutnya, sisanya dipegang di tangan?”

“Maksudmu pegang rantainya di tangan?” Weni mengangguk: “bisa dicoba.”

Tanpa menunda waktu, asisten segera mengatur sesuai pemikiran Sheila, permata kecil warna biru ditempel dengan double-tip khusus di wajah Fahmi, serpihan permata yang amat kecil, di bawah sorot lampu memancarkan kilau biru, seperti senyuman di ujung bibir, tapi yang menghiasi senyumannya malah berwarna biru, seperti darah vampir yang berwarna biru……

Weni mengikat setengah sisa kalungnya, menyisakan tali yang tipis dan panjang, menyuruh Fahmi membawanya di tangan, permata yang sedikit terlihat, dan ujung talinya, sangat amat terlihat liar.

“Bagus juga!” Weni mundur dan menilai sekali lagi: “ini sebagai yang paling penting.”

Sheila sekarang baru mempelototi Fahmi dengan galak, Fahmi tertawa seperti berandalan ke arahnya, sama sekali tidak menyadari kesalahannya.

“Nanti kamu bersikap lebih baik sedikit, kalau tidak saat ibu asuh sadar, lihat saja bagaimana aku bicara dengannya.”

Fahmi bajunya belum dipasang dengan benar, berteriak menghentikannya: “tunggu.”

Sheila langsung menarik kerah bajunya, membuat Fahmi berteriak kencang: “kamu mau membunuh ya!”

“Cuma tarik sedikit, masa sesakit itu?” selesai bicara, malah membuka kerahnya, muncul sebuah kalung, tali merah mengikat, liontinnya sebuah ukiran kayu kecil, bagian tulang selangka dibawah kalung nampak biru lebam: “dipukuli?”

“Tertabrak karena tidak hati-hati.”

“Kamu tabrak lagi coba biar aku lihat?” di tempat seperti ini juga bisa tertabrak? Pasti berantem sama orang lain.

Pandangan Weni melihat ke arah kalung Fahmi, baru saja mau membuka mulut dan bicara, Sheila sudah membereskan kerah bajunya, asisten sudah mendorongnya untuk bersiap ke atas panggung.

“Nona siapa namamu?” Weni bertanya.

“Namaku Sheila.”

“Nona Sheila, apa kamu pernah belajar jurusan yang berkaitan dengan desain perhiasan?”

“Tidak, hobi pribadi, biasanya sedikit mencaritahu.”

Weni agak sedikit kaget, namun juga tidak berkata apa-apa, malah mengundangnya melihat pertunjukkan ke depan panggung.

.......

Perusahaan Salim.

Denis menarik melepas dasinya dengan kesal, kemudian melempar dengan ganas dasinya ke meja kerja.

Di atas meja setumpuk foto, Sheila dempet-dempetan di belakang pangung yang sempit, juga ada foto pergerakkan intimnya dengan Fahmi.

Denis tahu kalau Fahmi itu putra ibu asuh, ia tidak seharusnya peduli, hanya saja melihat wanitanya merapihkan baju untuk pria lain, suasana hatinya entah mengapa sangat kacau, itu adalah hak yang seharusnya cuma Denis yang bisa terima.

Beberapa hari ini Denis terus menahan diri menjaga jarak dengan Sheila, berapa kalipun hampir saja selalu tidak tahan!

“Ide burukmu!” Denis langsung mencengkeram kerah Jack, meskipun Tuan Besar memang tidak menelepon lagi dan memperingatkan Denis, tapi kalau Denis tidak bisa menyentuh wanita yang dicintainya sesuai keinginannya, jelas lebih menderita daripada mati.

“Tuan Muda, ini peringatan dari Tuan Besar……” Tuan Muda mengeluarkan peringatan, sebagai pengurus rumah pribadi, harus segera mengingatkan, Tuan Muda kali ini memang sudah membuat marah Tuan Besar.

Lagipula Tuan besar kuat dan berani, ia membesarkan sekelompok pembunuh dibawahnya, bisa saja di tempat yang tidak terlihat, pistol pemburu sedang membidik Nyonya Muda, Tuan Muda sekarang masih terlalu lembek, sama sekali bukan lawan Tuan Besar, apalagi titik lemah fatalnya Tuan Muda sekarang……

Sia-sia Nyonya Muda bicara, hanya alat memberi keturunan untuk keluarga Salim, kalau tidak, tidak akan di saat situasi Nyonya Muda hamil, masih mengganggu mereka, aneh juga ya, karena seperti itu, kenapa Tuan Besar harus sekali menginginkan anak Nyonya Muda dan Tuan Muda? Kenapa anak Tuan Muda dengan yang lain tidak boleh?

“Beli tiket pesawat!” Denis langsung mendorongnya: “aku mau menemuinya!”

“Tuan Besar tidak ada di negara A……”

Denis melempar setumpuk foto di atas meja yang sudah dirobek jadi serpihan.

“Telepon!” Denis mengambil telepon genggam dari Jack, menelepon nomor Agus Salim, peringatannya menunjukkan telepon sedang mati.

Shit!

Denis sama sekali tidak pernah bertekad seperti ini mengalahkan seseorang seperti saat ini.

“Suruh orang siapkan Mobil!”

“Ya.”

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu