Istri Direktur Kemarilah - Bab 235 Prosedur Perceraian Sudah Diurus?

Sheila membisu, tidak bisa pulih dari kekagetan itu dalam waktu yang lama, pulang ke rumah Salim dengan kondisi pikiran yang melayang. Carl memanfaatkan kesempatan di mana Denis tidak berada di rumah, masuk keluar rumah utara sesukanya.

Mumut menyiapkan makan malam di dapur.

Sheila bersandar di sofa, menonton TV sebentar, ponsel di tangan tiba-tiba berdering.

Pesan teks dari Denis, mengabari Sheila bahwa dia telah tiba di negara A… ...

Negara A

Negara A memiliki perbedaan waktu dua jam dengan negara asal. Tepat pada sore hari, cahaya keemasan dari matahari yang terbenam bersinar di atas langit yang secara bertahap berubah gelap … ...

Denis dengan aura tegas melangkah masuk ke manor Tuan Besar Salim yang dijadikan sebagai tempat istirahat di negara A.

Di tengah manor, ada air mancur yang memiliki dua tingkat, tingkatan atas duduk seekor singa yang membuka mulut ke arah langit, air menyembur keluar dari mulut singa ke udara, lalu jatuh kembali ke air, membentuk gelombang-gelombang air.

Mereka yang melalui situ mengejutkan sekelompok elang sehingga berterbangan, bulu-bulu berjatuhan sporadis di udara.

Rumput hijau ada pada kedua sisi, beberapa pembantu sedang memangkas rumput di halaman itu, ketika menampak Denis, mereka pada menghentikan pekerjaan di tangan, menundukkan kepala mereka sebagai tanda hormat... ....

Dari gerbang manor sampai ke villa di dalam, perlu berjalan beberapa ratus meter, ada pengawal yang menjaga di setiap beberapa meter perjalanan.

Di pintu masuk vila, berdiri beberapa pengawal yang bertampang dingin nan seram, berlengkapkan pistol.

Menampak Denis, dengan hormat menyapa: "Tuan Muda."

Kemudian mengeluarkan instrumen, melakukan pemeriksaan rutin.

Periksa apakah pendatang membawa senjata pistol atau lain sebagainya... ...

Tuan Besar Salim tidak memiliki rasa aman terhadap siapa pun, bahkan walau Nyonya Besar Salim yang berdiri di sini, tidak ada pengecualian baginya untuk dilakukan pemeriksaan apakah ia membawa barang berbahaya.

Instrumen disapu dari atas ke bawah depan ke belakang, setelah mengkonfirmasi bahwa instrumen tidak mengeluarkan suara apa pun, barulah pendatang dibiarkan lewat.

Salah satu pengawal lainnya mengeluarkan pistol dari saku Jack, juga menemukan sebuah pisau dari sepatunya.

Selesai pemeriksaan, mereka diizinkan untuk masuk.

Villa berdesain model taman China, sekat lipat, barang antik, kaligrafi dan lukisan, sofa ukiran kayu, semuanya penuh dengan aroma antik berciri khas tradisional, sandaran sofa terdapat ukiran naga raksasa dari kayu, bagai naga yang beristirahat di malam hari dan akan melompat kapan saja dan menjadi raja dunia.

Denis lagi-lagi dihentikan oleh pengawal: "Tuan Muda, Tuan Besar sedang makan, tidak mengizinkan orang untuk mendekatinya."

Ekspresi Denis acuh tak acuh, semakin dekat dengan pemilihan umum, orang tua itu semakin berhati-hati. Berposisi tinggi dan berkuasa, setiap saat selalu merasa takut orang lain akan mencelakainya, bahkan terhadap orang terdekat juga demikian... ...

Pandangan fokus ke ukiran naga raksasa yang tampak hidup di sandaran sofa itu. Mata naga raksasa itu bertatahkan batu permata bercahaya, seolah-olah orang akan tertelan olehnya.

Dia berjalan ke sana, duduk di sofa dan sekilas melihat jam tangan, dengan cepat satu jam telah berlalu.

Denis dengan tidak sabar memanggil pengawal: "Tuan Besar masih belum selesai makan?"

“Tuan Besar sedang bertelepon.”

“……”

Waktu berlalu setengah jam lagi, pengawal akhirnya datang meminta Denis untuk pergi ke ruang kerja.

Pengawal membuka pintu dan mempersilakan Denis masuk, Jack juga diizinkan untuk masuk.

Ruang kerja gelap, langkah kaki Denis terhenti sejenak, ini sama sekali tidak seperti gaya Tuan Besar, Tuan Besar Salim takut gelap, bahkan tidur pun harus menyalakan lampu.

Pada saat ini, ruang kerja menjadi terang, sebuah layar besar menyala.

Segera, di depan meja kerja yang mewah, Tuan Besar Salim duduk di area remang-remang dengan sikap yang dingin. Di dalam layar, Agus Salim yang mengenakan setelan jas hitam berlapis memutuskan kabel telepon, sekilas memandang Denis, wajah tidak memasang ekspresi apa pun.

Namun, sifat dingin yang walaupun tidak sedang emosi tetap berwibawa sehingga disegani.

Dirinya terawat dengan baik, sama sekali tidak terlihat bahwa dia sudah berumuran 60 tahun, sederet jenggot tebal di bibir atas membuatnya tampak lebih tegas.

Dua pengawal berbadan tegap nan kuat yang ada di belakangnya adalah satu-satunya orang yang bisa mendekatinya.

Pada saat ini, suara ketukan pintu berbunyi dua kali. Seorang wanita muda datang dengan menampan satu set alat penyeduh teh, meletakkannya di atas meja teh. Kemudian dengan cepat sekilas memandang Denis, selanjutnya berkata kepada Tuan Besar Salim yang ada di dalam layar, "Kakek, aku menyeduhkan Dahongpao untuk Tuan Muda Salim yang merupakan favoritnya."

Wajah Tuan Besar Salim dihiasi senyuman, mengangguk.

Kening Denis agak berkedut. Tidak ada yang boleh memanggil Tuan Besar Salim sebagai 'kakek'. Bahkan dia sendiri harus memanggil Agus Salim dengan sebutan 'Tuan Besar Salim'.

Kelihatan bahwa wanita muda itu merupakan keturunan dari keluarga kaya serta ternama, gerakan menyeduh teh dan menuang teh sangat elegan, sikapnya anggun, postur tubuh tegap... ...

Selesai menyeduh teh, cangkir teh diletakkan oleh wanita itu di depan Denis, sekali lagi dia dengan cepat melirik Denis, perhatian Denis tidak tertuju padanya, jadi tidak menyadari bahwa wanita itu meliriknya.

Wanita itu sangat peka, tahu bahwa mereka memiliki sesuatu untuk dibicarakan, dia pun segera keluar dengan membawa nampan.

Jack terus berdiri di belakang Tuan Mudanya sendiri, benaknya sedang memikirkan bahwa wanita ini pastinya tidak sederhana, dapat keluar masuk wilayah Tuan Besar Salim seenaknya.

Selain itu, dia juga tidak menyangka kewaspadaan Tuan Besar Salim akan begitu berat ketika mendekati pemilihan umum. Bahkan bertemu dengan Tuan Muda pun harus melalui video call.

Tuan Besar Salim juga telah diseduhkan teh. Dia mengambil cangkir teh, mencium dan meneguknya, lalu bertanya: "Prosedur perceraian kamu dan wanita itu sudah beres?"

"Dia adalah istriku, tolong jaga omonganmu."

"Tidak ada baiknya bagimu untuk berbicara dengan sikap seperti ini pada aku" Tuan Besar Salim tersenyum dingin, bagai sebuah topeng harimau yang memasang senyuman di wajah namun tidak sebenarnya tersenyum.

"Langsung saja ke inti, aku tidak ingin bicara yang tidak berguna denganmu."

"Sesudah dia melahirkan anak, aku akan membiarkannya meninggalkan rumah Salim."

“Bagaimana jika aku tidak setuju.”

"Aku tidak bisa menjamin dia bisa hidup tenang di rumah Salim." Agus seolah-olah sedang berbicara tentang sesuatu yang bukan merupakan masalahnya, meletakkan cangkir dan mengatakan, "Kamu pikir dengan mengumpulkan sejarah gelapku, aku pun akan mengalah?"

Alis Denis agak terangkat, dia tentunya tahu, Agus tidak mungkin tidak tahu bahwa dia mengumpulkan dokumen-dokumen yang merupakan sisi gelapnya, tetapi dia tidak sanga, ternyata Agus sama sekali tidak takut dengan sejarah hitam itu, sebaliknya malah dengan terus terang mengatakannya.

Dokumen-dokumen yang dikumpulkannnya dengan menghabiskan begitu banyak waktu, tampaknya semua sudah menjadi kertas bekas, tidak berguna sama sekali.

“Jadi?”

"Jadi sebaiknya kamu mengikuti pengaturanku, posisi Nyonya Muda Salim, aku akan menentukan calon lain."

Denis dengan sinis berdiri dari tempat duduk, pengawal yang berdiri di sekeliling ruangan segera mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke Denis.

Dan Denis tampaknya yakin bahwa orang-orang itu tidak akan menembaknya, bangkit dengan acuh tak acuh dan menanggalkan jasnya: "Saat itu, kamu membiarkan Sheila menikah dengan aku, tidak lain hanya ingin aku dan dia melahirkan anak, kamu bahkan tidak segan-segan memanfaatkan Rinu sebagai ancaman, anak belum lagi dilahirkan, sungai belum diseberangi, tidakkah terlalu cepat untuk merobohkan jembatan.”

Tuan Besar Salim menyandar pada kursi dengan sikap yang santai: "Rinu ada di tanganku, kamu pasti akan membiarkan anak itu dilahirkan."

"Kamu punya waktu tiga hari untuk berpikir, tidak campur tangan dalam pernikahanku, melepaskan Rinu, aku pun akan membiarkan anak itu dilahirkan dengan lancar, jika kamu tidak setuju, tiga hari kemudian aku akan menyuruh orang membawanya pergi menggugurkan anak itu."

Tentu saja, dia tidak akan benar-benar menggugurkan anak, ini adalah pegangan terakhirnya yang bisa digunakan untuk berdebat dengan Tuan Besar Salim.

Tuan Besar Salim amat memandang penting anak ini. Semakin seseorang menilai tinggi suatu hal ataupun orang, hal tersebut pun akan semakin menjadi titik kelemahannya.

Ekspresi Tuan Besar Salim tetap tenang tak berubah, tetapi nyala api di matanya sudah bergulir.

Gelas di tangan digenggam erat, berkata, "Kamu tidak akan menggugurkan anak itu."

"Aku akan!" Kata Denis tegas, di bawah aura Agus Salim yang demikian kuat, suaranya bagaikan pisau tajam yang tak terkalahkan.

Agus agak menyipitkan mata dan senyum, "Kamu pikir begitu kamu sampai di sini, kamu masih bisa pulang dengan gampang!?"

"Demi anak itu, kamu akan membiarkan aku pulang."

Agus memberi instruksi kepada pengawal, pintu dikunci mati.

Denis menyapu sekelompok pengawal itu dengan dingin, melangkah ke arah mereka, agar bisa keluar, dia harus menghadapi mereka--

PIANKPIANKPIANK---

Suara tembakan pistol berbunyi beberapa kali tanpa jeda, para pengawal melepaskan beberapa tembakan ke Denis!

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu