Istri Direktur Kemarilah - Bab 224 Aku Mengaku Salah

“Kita bagaimanapun juga……tidur, uhuk uhuk, pernah tidur bersama.” Sisi sangat tidak rela membicarakan fakta ini, dari dulu Sisi tidak pernah semalu saat itu.

Telinganya sudah panas membara.

“Siapa yang lapor polisi?”

“Aku……”

“Siapa yang lapor aku memper...kosa.”

“Aku……”

“Kamu sekarang mau aku menyelamatkan seseorang yang melapor ke polisi untuk menangkap aku?”

“Aku……bersalah, tidak bisakah? Kan aku mengurusmu begitu lama, aku tidak hitungan sama kamu yang bukan amnesia sungguhan……”

“Bagaimana kamu tahu aku bukan amnesia sungguhan!”

“Orang yang amnesia mana mungkin tidur bersama!”

“Ternyata IQ kamu ada juga...”

“Sayangku——” kata-kata Samuel baru terlontar, bayangan yang bagai api menerobos ke pelukan Samuel: “Sayangku, aku kangen sekali sama kamu, kamu beberapa waktu ini pergi kemana?”

“……” Samuel diam-diam mendorong Reina: “kamu siapa?”

“Hah? Aku Reina Huo, kamu kenapa? Aku tahu aku duluan yang salah, aku minta maaf sama kamu ya, nantinya aku tidak akan berani lagi.”

“Reina Huo?” Sisi teringat nama yang Samuel teriakkan saat mabuk, tidak bisa menahan diri memanggil dengan kaget.

Reina melihat mengikuti sumber suara, akhirnya melihat Sisi, mengangkat dagunya: “wanita ini yang menggoda kamu?”

Sisi: “……”

Melihat Reina berjalan mendekat ke arah diri sendiri, Sisi buru-buru mengayun-ayunkan tnagannya: “bukan, aku tidak menggodanya, dia yang……”

PLAK——

Sebuah tamparan sudah mendarat: “kamu tanpa disangka berani menggoda tunanganku!”

Sisi agak kacau dipukulnya, tangannya memegangi wajahnya, tunangan?

“Ini hanya memberi kamu sedikit pelajaran saja.” Reina mengangkat dagunya yang elok, mengangkat tangannya mau menampar Sisi lagi.

Tiba-tiba ditangkap sebuah tangan, Reina memonyongkan bibir melihat ke Samuel: “kenapa? Tidak tega?”

“Disini kantor polisi, sembarang memukul orang menurut kamu pantas?” Samuel tahu Reina sedari kecil terbiasa sombong, dulu merasa ia lumayan imut, sekarang malah merasa tambah tidak masuk akal.

“Hanya saja aku terlalu marah.”

“Bebaskan dia juga.”

“Aku tidak akan!”

“Kalau begitu aku juga tidak keluar!”

“Samuel……”

Suasana di ruang interogasi tiba-tiba berubah jadi canggung, saat ini, Sisi awalnya ingin bicara dengan sangat optimis, tidak perlu, bertengkar demi dirinya, tidak terlalu baik.

Tapj barusan wanita itu menampar Sisi, wajahnya sampai sekarang masih membara.

Sisi menjalinkan jarinya, ujung sepatunya menghentak, tiba-tiba mendongak lihat ke arah polisi yang bertugas menginterogasi: “dia tidak bisa pergi, aku mau lapor dia menipu……”

Samuel saat ini sedang berdiri, poni warna cokelat yang agak mengembang, anting di sebelah kanan yang berwarna biru yang merebut perhatian mata orang.

Samuel sedikit menoleh melihat Sisi, berkata dengan tidak terlihat senang atau marahnya: “aku mengaku bersalah.”

Sisi: “……”

Reina: “……”

Polisi: “……”

Di pintu ada polisi yang masuk,diam-diam bicara beberapa kalimat di sisi telinga polisi penginterogasi, sorot mata polisi yang melihat ke arah Samuel, sudah seperti melihat seorang yang berstatus tinggi.

“Tuan Susanto, sungguh bisa bercanda, karena Nona Huo datang membebaskan kamu, kami tidak akan menahan kamu…”

“Kalau begitu aku?” tangan Sisi yang menarik mantel semakin kuat.

“Kami sudah menelepon keluarga kamu, harusnya segera sampai.”

Sisi seperti kelinci yang sangat terkejut, terkejut sampai tidak bisa bicara sepatah katapun.

Namun segala hal selalu seperti ini, takut apa ya kejadian apa……

Sheila yang mengenakan flatshoes sudah berjalan dengan langkah cepat memasuki kantor polisi, langkah kakinya terburu-buru, sama sekali tidak seperti ibu hamil.

“Sisi.” Sheila masuk melihat Sisi yang menunduk, duduk di ruang interogasi, marah tapi juga khawatir.

Bagaimanapun Sheila tidak menyangka , orang yang patuh seperti Sisi ini, bagaimana bisa ditangkap masuk kantor polisi karena masalah semacam 'transaksi seksual'

Sesuai pemahaman Sheila terhadap Sisi, disentuh pria sebentar saja wajahnya akan merah seharian.

“Kakak……” Sisi tidak berani mendongak melihat Sheila.

Sheila merasa di dalam ruangan masih ada atmosfer yang arogan, sebuah bayangan berwarna merah seperti sekelompok api memasuki pandangan Sheila.

Melirik wanita cantik itu, Sheila malah merasa wanita ini sangat amat familiar dilihat.

Reina juga di saat yang sama sedang memperhatikan dan menilai Sheila, wanita ini, baru Reina lihat sendiri dari foto di telepon genggam kakak.

Tidak menyangka, langsung bertemu secepat itu, orang aslinya lebih cantik daripada di foto, tidak heran kakaknya Regen yang suka main wanita sepuasnya, demi Sheila, mulai menahan nafsu tidak mendekati wanita.

Reina memberi tatapan ke arah polisi, mengangkat telepon genggam, diam-diam mencuri foto Sheila, dengan sangat cepat mengirim fotonya ke Regen, kemudian menambahkan kalimat: mau tidak jadi pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?

Sheila sama sekali tidak tahu diri sendiri difoto diam-diam oleh Reina, situasinya Sheila sepenuh hati mengkhawatirkan Sisi: “Sisi, nyali kamu semakin lama semakin besar ya, tanpa disangka……”

“Kakak, bukan begitu, ini diluar dugaan……”

“Diluar dugaan!? Diluar dugaan kenapa bisa sampai datang ke kantor polisi!?” Sheila tidak tahan bicara lebih banyak, baru bertanya prosedur pembebasan.

Selesai mendengar masalahnya, polisi menggelengkan kepala: “masalah ini takutnya lebih menyusahkan, sekarang Nona ini, saksi hidup, barang bukti semua ada, kami perlu melewati interogasi yang lebih serius baru bisa memutuskan bisa atau tidak dibebaskan.”

“Saksi hidup apa?”

“Saksi hidup barusan sudah dibebaskan keluar, ia memastikan kalau kartu ini milik Nona ini……”

Sisi menggelengkan kepala: “tapi barusan Samuel sudah mengaku bersalah!”

“Kita itu masyarakat hukum, mementingkan bukti……”

Sheila sekali lihat langsung tahu, sengaja menyulitkan mereka, bertanya dengan dingin: “apa syarat kalian membebaskan?”

“Nona, kamu kira-kira belum paham, situasi seperti Nona Sisi ini, kami menolak membebaskan.”

Selesai bicara, kedua polisi itu berdiri di setiap sisi, menjepit Sisi, mau membawanya masuk ke ruang interogasi lainnya.

Sheila tahu sangat jelas, barusan interogasi lebih serius yang dibilang polisi, maksudnya itu harus menggunakan cara spesial untuk memaksa pengakuan, contohnya, main hakim sendiri, menyinari menggunakan sinar kuat, menyiksa tubuh, juga beberapa pukulan dengan alat yang tidak menyisakan bekas luka, harus sekali pada situasi seperti ini, meski tidak bersalah, juga akan mengaku bersalah dibawah siksaan.

Kalau Sisi dibawa masuk, pasti akan disiksa sampai tidak tahan bebannya.

Sheila bertekad menahan mereka tidak membiarkan mereka membawa Sisi pergi: “kalian ini berencana memaksa pengakuan?”

“Nona, tolong kamu minggir, jangan mempengaruhi kami melaksanakan hukum, kalau tidak kami berkuasa penuh untuk menangkap kamu karena salahmu menghalangi urusan hukum!”

Kedua polisi langsung saja berjalan mendekat, menangkap lengannya, mau menyeret paksa Sheila keluar.

“Lepaskan aku! Aku hamil, kalau anakku kenapa-napa, kalian sama sekali tidak bisa lepas tangan!”

“Lepaskan kakakku, aku ikut kalian pergi!”

Polisi tertawa dingin: “asalkan kamu tidak menghalangi kami melaksanakan urusan hukum, kamu juga tidak akan kenapa-napa, seret dia keluar dulu!”

“Tunggu!” Sheila segera berteriak: “aku mau telepon, menghubungi pengacaraku! Sebelum pengacaraku datang, kalian jangan harap membawa pergi aku dan adik perempuanku.”

“Kelihatannya kamu belum paham jelas situasinya……”

“Pak Polisi, kamu yakin akibat dari perbuatan kamu ini? Kamu tidak bisa lari dari kesalahanmu, kamu tidak takut kamu kehilangan pekerjaanmu ini?”

“Sombong sekali!” ia tertawa dingin: “di kantor polisi ini, aku itu raja, aku itu Tuhan!”

Sheila mendengarnya, tidak memberontak lagi, malah bicara seperti menerima nasibnya: “sudah tahu, Lepaskan aku, aku sendiri berjalan .”

Para polisi mengira Sheila akhirnya menyadari situasinya dengan jelas dan mengakui kekalahannya, tidak lagi menahannya.

Malah melihat Sheila dengan langkah cepat berjalan ke hadapan polisi yang arogan, dengan kuat mencabut lencana yang terletak di depan bajunya.

Orang yang begitu arogan tidak cocok dengan lencana.

Detik selanjutnya, membalikkan tangannya menampar ke arah Sheila.

Pipi Sheila sakit membara, 5 jari membekas di pipinya.

Darah segar segera menetes dari ujung bibir Sheila, polisi mengamuk mau menginjak ke arah bagian perut Sheila——

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu