Istri Direktur Kemarilah - Bab 39 Cincin Pernikahan Yang Tidak Diketahui

Bab 39 Cincin Pernikahan Yang Tidak Diketahui

Arhhh___

Pada suasana yang tegang, tiba-tiba terdengar suara teriakan.

Leni akhirnya mengangkat kepala karena kesakitan, tangan diinjak dengan ganas oleh Denis, digosok kuat: “kamu menyuruh Nyonya Salim merangkak melewati selangkanganmu?”

“Bukan… bukan begitu…” Wajah Leni berubah bentuk karena kesakitan, mengingat perkataan Sheila, walau Denis tidak mencintainya, tidak menyukainya, tapi dia tetap adalah istri Denis, Denis tidak akan membiarkan dia digertak orang lain.

Segera mengaku: “aku salah, Tuan Salim, maafkan aku, bagaimanapun aku tidak seharusnya memiliki niat untuk menyuruh Nyonya Salim melakukan hal seperti itu.”

Tatapan Denis yang gelap melihat ke Jack, Jack dengan panik mengeluarkan pistol dari pinggang, kemudian menyodorkannya ke Denis.

KLAKK-KLAKK

Suara peluru masuk ke perut pistol.

Pistol perak mengarah ke kepala perempuan.

Leni menangis ketakutan, sambil menangis sambil meminta ampun: “ampun, Tuan Salim, mohon ampuni aku, aku boleh lakukan apa saja…”

Air mata mencuci make-up tebal di muka, riasan mata dibawa mengalir oleh air mata, terlihat seperti hantu.

Dari awal sampai sekarang, beberapa pelayan itu tidak berani mengangkat kepala, menyelamatkan diri mereka lebih penting daripada membantu Leni, bagaimanapun mereka termasuk kaki tangan Leni, mereka tidak lepas hubungan dari masalah itu.

Sheila jengkel mendengar suara teriakan dan tangisan, menoleh ke Leni, bertanya dengan dingin: “apa saja boleh?”

“Iya, iya, iya, Sheila, sebagai teman kelas, mohon selamatkan aku”

Jujur saja, walaupun Denis sedang mempertegas kedudukan Keluarga Salim, maupun sedang membantunya membalas dendam, dia tetap saja tidak suka menyelesaikan masalah dengan pistol dan perkelahian.

“Bisakah melepaskannya?” Sheila berkata dengan nada rendah: “dia memang bersalah, tapi hukumannya tidak begitu berat sampai harus mati.”

“Kamu memohon ampunan untuknya?” Denis sedikit memejamkan mata, tidak berperasaan dan berdarah dingin, perempuan ini tadinya berkata tidak suka, sekarang malah memohon ampunan untuknya?

“Aku juga tidak benar-benar merangkak melewati selangkanganya, dan juga, dia sudah mendapatkan hukuman.” Dia sudah membuat Leni cukup malu di depan umum, kalau terjadi pembunuhan karena masalah ini, maka terlalu berlebihan.

“Hukuman?”

“Iya, aku pantas menerima itu, aku mengangkang akhirnya terjatuh, semua itu adalah hukuman.”

Sheila melihat penampilan Leni yang begitu buruk, adegan tadi mestinya sangat memalukan, diungkit kembali oleh mulutnya sendiri, perasaanya pasti sangat sakit.

Alis tajam mengerut, wajah tampan terlihat kejam dan dingin, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan pria itu, pistol masih diarahkannya di dahi Leni.

“Aku lapar.” Sheila melangkah maju, berinisiatif menggenggam tangannya: “dia juga sudah tahu salah, ayo makan?”

Dia mengalihkan topik, hanya ingin Denis melepaskan Leni, berkenaan dengan masalah foto dan kata-kata penghinaan Leni, tidak lebih penting dari nyawa, jadi kata maaf dari Leni pun tidak penting lagi.

Sheila mengetahui dengan jelas bahwa keputusan Denis tidak bisa disanggah.

Satu tangannya lagi menutup mulut pistol, memaksa Denis menyimpan pistol, kemudian berkata kepada Leni: “manajer Leni, kami mau makan, cepat aturkan.”

Leni terpaku, karena takut, dia bahkan tidak tahu apakah ludah yang sampai di tenggorokan harus ditelan atau bagaimana, akhirnya pun mengeluarkan suara aneh dari tenggorokan.

Dia melihat Denis dengan penuh ketakutan, terlihat jelas bahwa Sheila sedang membantunya, tapi tidak ada perintah dari Denis, dia tidak berani pergi, tetap berlutut di tanah, tidak berani bergerak.

Sebaliknya, keringat dingin membasahi tubuh Jack.

Nyonya tidak hanya mencoba untuk menghentikan tuan, dia juga menggunakan tangan untuk menutup mulut pistol, apakah dia tidak takut tuan marah dan langsung menembaknya?

Mengikuti tuan beberapa tahun, dia sangat mengerti tuannya, kalau tuan marah, siapapun tidak akan dilepaskan.

“Pergi!”

Denis tiba-tiba berteriak rendah, menyimpan pistol dan melemparkannya ke Jack.

Leni megap-megap berdiri, tergesa-gesa berlari keluar, sepatunya yang ketinggalan satu juga tidak diambilnya.

Pelayan juga hampir mati ketakutan, mengikuti langkah Leni, berlari keluar.

Tiada suara tangisan dan minta ampunan, hanya tersisa pengawal yang menggerakkan rumput dan mengeluarkan suara deritan rumput.

Tengah hari, belasan orang, tidak menemukan apa-apa.

Denis menggenggam kembali tangan Sheila, tetap berdiri tidak bergerak, matanya tidak mencerminkan emosi apapun, bertanya: “tahukah kenapa aku melepaskannya.”

Sheila menatapnya dengan terus terang: “karena tanganku menutup mulut pistol.”

Denis mengatakan: “menurutmu, mungkin ini adalah masalah kecil, tidak pantas marah.”

“… …” memang benar, Sheila tidak marah apalagi bermaksud ingin balas dendam.

“Menurutku, orang yang berniat melukai perempuanku, aku tidak akan membiarkannya hidup di bumi ini.”

Orang yang berniat melukai perempuannya?

Bertiup angin sepoi-sepoi, Sheila mendongak kepala, terus menatapnya.

Istri yang sah secara hukum, memang benar adalah perempuannya, tapi, orang yang terus berniat melukainya, bukannya orang itu adalah dia sendiri!?

Saat ini, terdengar suara pengawal: “sudah ditemukan!”

Perhatian Sheila ditarik oleh suara itu, membalikkan badan hendak mengambil cincin.

Denis memberikan tatapan perintah kepada Jack, Jack segera tahu harus mendisinfeksi cincin itu terlebih dahulu.

Tuan tidak suka menyentuh barang yang disentuh orang lain.

“Kamu begitu peduli dengan cincin ini? Perhiasan yang dikasih keluarga Salim setiap tahun untukmu, sepuluh lipat melebihi ini.”

Sheila tidak menyangka bahwa Denis bisa tiba-tiba memperhatikan cincin ini, rasa kepemilikan dia yang amat seram, kalau mengetahui cincin itu adalah hadiah dari Kenny…

“Hadiah dari ibuku, sangat berarti.”

Denis menerima cincin yang dilap bersih dari Jack, melihatnya, mengamati warna batu permata melalui cahaya.

“Permata merah--- ini yang kamu gunakan untuk menusukku di hari itu?”

“Hanya cincin biasa, kebetulan digunakan untuk melindungi diri.” Sheila berjinjit ingin merebut kembali cincin itu, tangan kecil ditangkap pria, tunggu dia menarik kembali tangan, cincin sudah terpasang di jari telunjuknya.

“pulang nanti pakai cincinmu.” Denis memainkan jari Sheila, nada suaranya tawar, namun tetap tak terbantahkan.

“… …” cincin? Sheila bahkan tidak tahu bentuk cincin pernikahan mereka… …

Jack batuk ringan, berbisik di telinga Denis: “tuan dan nyonya menikah, tidak ada cincin… …”

Tatapan Denis yang tajam melihat ke Jack: “tidak perlu kamu yang bilang!”

“Tuan Salim…” seorang pria botak berusia empat puluhan tergesa-gesa berlari kemari, tubuhnya penuh lemak.

Di saat dia akan menyerbu ke hadapan Denis, langsung dihentikan oleh pengawal, mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap keringat: “Tuan Salim, aku adalah direktur hotel Univesal, Alfandi, karyawan tidak beraturan, mohon maaf… …”

Denis mengangkat kelopak mata dan sekilas menatap direktur Alfandi dengan ganas, suasana bagus yang sulit didapatkan, malah dikacaukan oleh pria botak ini…

Tatapannya tajam dan kejam, dia membuka telapak tangan, Jack sudah meletakkan ipad di tangannya:

“Beri kamu waktu dua hari untuk mengakuisisi perusahaan Universal!” Jari menggeser layar, membuka harga saham perusahaan Universal, mengangkat kelopak mata, melihat ke Sheila: “atas nama Nyonya Salim.”

Jack terbiasa memberi respon ‘iya’, terbengong sejenak, dengan cepat mengangkat kepala, berkata terbelit-belit: “tuan, perusahaan Universal…”

“Kenapa?”

“Perusahaan Universal adalah industri di bawah naungan keluarga Sinai.”

“Jadi?”

“… …” Jack berkeringat dingin, keluarga Sinai memiliki dua anak perempuan, keluarga Sinai bermaksud memberikan hotel ini kepada Rinu Sinai, oleh karena ini, Rinu Sinai kuliah di luar negri untuk mendapatkah sertifikat manajer perhotelan.

Jadi, kalau Rinu Sinai pulang… Jack tidak berani berpikir jauh, hanya bisa menjawab dengan lemah ‘iya’.

“Tuan Salim… ini…” Direktur Alfandi semakin panik, awalnya dia bermaksud mewakili hotel untuk meminta maaf, tidak sangka keadaan menjadi seperti ini, dia takut semakin berkata semakin salah, jadi pun menelan kembali kata-kata yang ada di mulut.

“Atas nama aku?” Sheila memutar-mutar cincin di tangan, dengan kaget mengangkat kelopak, apakah dia tidak salah mendengar?

Denis melempar ipad ke Jack: “bukannya tidak suka dia. Hotel sudah menjadi milikmu, bagaimana mengaturnya, terserah kamu.”

“……”

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu