Istri Direktur Kemarilah - Bab 241 Setahun Bersamanya

Sheila tidak bilang iya maupun tidak, sedikit membungkuk, mengulurkan jari tangan yang lentik pergi merapihkan rambut di kening Kenny.

Sheila cepat atau lambat harus konfrontasi dengan Denis, tidak ada hubungannya dengan percaya tidak percaya Regen.

Membereskan selimut Kenny, segera setelahnya diam berdiri melihat Kenny, senyum hangat seperti angin musim seminya seperti tepat di depan mata.

【Sheila, aku lupa bilang sama kamu aku suka makan mie ayam.】

【Sheila——】

Suara seperti di sisi telinga……

“Ia akan terus disini?” Sheila tetap saja membelakangi Regen, melihat tangan Kenny, Sheila mengingat cincin beryl merah, Nyonya Hermawan menyuruh Sheila kembalikan sendiri ke Kenny…

“Orang keluarga Hermawan akan menjemputnya pergi.” Regen bicara sampai situ saja, ia tidak bisa bilang orang keluarga Hermawan dengan sangat cepat bisa tahu kalau Kenny seperti ini pasti ada hubungannya dengan Denis, keluarga Hermawan mungkin saja tidak punya kemampuan untuk menyaingi Keluarga Salim, tapi kakek Kenny, keluarga Susanto, pasti tidak akan membiarkannya begitu saja.

“Kapan?” Kenny seharusnya dijaga keluarganya.

“Sangat cepat.”

Baru kata-katanya terlontar, pengawal Regen masuk, dengan suara rendag bicara beberapa kata dengan Regen, segera setelahnya suara langkah kaki yang panik dan buru-buru, bisa terdengar, suara sepatu hak tinggi.

Regen beberapa langkah besar mendekat, berdiri di sebelah Sheila.

Sheila tidak tahu Regen mau apa, orangnya sudah masuk dari pintu.

Perempuan itu sangat berhati-hati, perginya sangat buru-buru, tapi tetap saja menjaga postur yang elegan.

Mamanya Kenny.

Sheila mundur selangkah ke belakang, memberi Nyonya Hermawan ruang.

Raut wajah Nyonya Hermawan putih saat mendekat ke ranjang pasien: “Kenny?”

Suaranya agak gemetaran, sudah tidak punya lagi ketenangan dan elegan yang sebelumnya ia miliki saat pertama bertemu.

“Mau apa kamu masih di sini? Tidak cukup Kenny tidak cukup menderita dilukai kamu?”

“Maaf, Nyonya Hermawan.” Sheila menundukkan kepala merasa bersalah.

“Sebelumnya karena Kenny tergila-gila sama kamu aku tidak perhitungan kamu merusak cincin, tidak menyangka Kenny dilukai kamu sampai separah ini! Satu kalimat maaf darimu, apa gunanya? Kenny bisa segera baikan?” Nyonya Hermawan menerobos ke depan ranjang pasien, dengan penuh kasih sayang tangannya mengusap wajah Kenny.

Sebelum Kenny kenapa-napa, hubungan mereka berdua ibu dan anak tidak baik terus, dan pada saat ini, dendamnya seperti dikeluarkan semua pada saat ini.

“Maaf.” selain kata maaf, Sheila juga tidak tahu lagi harus bilang apa.

“Kamu pergi saja! Aku tidak ingin melihat kamu lagi!” Nyonya Hermawan menengok melihat Sheila di belakangnya, kebencian dalam sorot matamya ia pendam di matanya.

“Nyonya Hermawan sebaiknya sungkan sedikit bicaranya, ia juga baru tahu masalah ini.”

“Tuan Huo, aku tidak tahu apa hubunganmu dengan dia dan Tuan Muda Salim , aku sarankan kamu, wanita cantik, kamu jaga dirimu sendiri baik-baik.” Nyonya Hermawan menarik kembali pandangannya dari tubuh Kenny, memerintahkan pria muda di sampingnya: “Samuel, usir mereka keluar!”

Sheila dengan sangat jelas merasakan sorot mata Samuel yang tidak baik.

“Pergi saja.” telapak tangan Regen mendorong punggung Sheila, mau mendorongnya keluar.

Nyonya Hermawan sudah bilang sampai begitu, Sheila tahu tidak bisa diam disana lagi, pada akhirnya melihat Kenny yang terbaring di ranjang pasien sekilas, mengangkat kaki pergi keluar.

Pergi keluar dari tempat penyembuhan, Sheila baru menyadari hujan semakin besar, hujan besar seperti langitnya bolong, air hujan turun dari lubang itu.

Pengawal Regen dengan sangat cepat membawakan payung, payung warna hitam dibuka diberikan ke Regen, Regen memegang payung di atas kepala Sheila.

Sheila tidak bergerak, mendengar hujan suara hujan yang deras, tiba-tiba mengangkat kepala melihat ke pria yang memeganginya payung.

“Tuan Huo, kalau ada memungkinkan, apa kamu akan mengembalikan jantungmu ke Kenny?”

Hati Regen sakit, ia tahu , pertanyam ini seharusnya memang akan datang, dia dan Kenny, hanya ada 1 yang bisa bertahan hidup.

Kalau Sheila memilih Kenny……

Hanya memikirkan kemungkinan ini, jantung dia sudah seperti ditempeli jutaan lintah, sakit hatinya parah.

Tangan Regen yang memegang payung menjadi lebih erat, hujan berterbangan melayang masuk menetes di bulumatanya: “kamu berharap aku mengembalikan jantungku pada Tuan Muda Hermawan?”

“Jantung memang awalnya milik dia……”

“Kalau begitu bagaimana denganku?”

“……” Sheila tidak bicara, kata-kata itu terlalu tega, Sheila tidak mampu mengatakannya.

Regen mengangkat payung, hujan menetes di atas payung, terus-terusan.

Setelah sekian lama, Regen akhirnya membuka mulut: “Bunga, aku mau kamu menikahi aku.”

Sheila tidak jelas jadi membelalakkan bola mata besarnya, melihat Regen seperti melihat orang gila saja.

“Kalau kamu menikahi aku, 1 tahun kemudian, aku akan mengembalikan jantungku padanya.” Regen bersedia menggunakan nyawanya untuk ditukar dengan setahun bersama Sheila.

“Kamu bercanda!”

“Aku kasih kamu waktu berpikir, kalau sudah selesai berpikir, datang dan cari aku.”

Sheila merasa dia gila, tidak berencana menggubrisnya, mengsngkat roknya menerobos ke arah, Regen memegang payung mengikuti.

Hujan malam itu khususnya sangat lama, sedangkan malam ini——untuk Sheila khususnya tidak masuk akal.

……

Sebuah helikopter dengan logo bunga Bauhinia, mendarat darurat di sekitar teluk air dangkal yang terpencil 8 jam, tidak ada tanda-tanda mau terbang.

8 jam sebelumnya.

Di ruang istirahat pesawat, Denis demam tinggi sangat parah, tidak sadar……

“Sudah jam berapa?”

Ia membuka kemejanya sedikit menunjukkan dadanya yang memerah.

Punggung tangannya diinfus, malah sama sekali juga tidak bersikap baik, berteriak tidak sabaran……

Jack menarik badannya, bertanya pada pilot melalui interkom: “Pengurus Rumah Jack, karena alasan cuaca, kita perlu mendarat darurat.”

Jack melihat sekilas wajah yang memerah karena demam, Tuan Muda demi buru-buru ke kencannya bersama Nyonya Muda, membangkang dari Tuan Besar, Tuan Besar menguncinya di ruangan pendingin, pada akhirnya saat dibebaskan, Tuan Muda sudah hampir jadi patung es beku, begitulah, Tuan Muda tetap saja menerobos sendirian masuk ke ruang belajar Tuan Besar, pada akhirnya tidak tahu membicarakan syarat apa, Tuan Besar membebaskan mereka.

Terdengar suara dari interkom bertanya, Jack buru-buru bilang : “mendarat.”

Ia memaksa mau mendarat darurat mencari telepon umum untuk menelepon Nyonya Muda, alat komunikasi mereka disita Tuan Besar sebelum pergi juga belum dikembalikan ke mereka.

Seluruh tubuh pengawal demek saat berlari masuk, dengan suara rendah melapor: “Pengurus Rumah Jack, pembantu di kediaman bilang Nyonya Muda tidak ada di rumah, ia naik mobil Tuan Huo tidak tahu pergi kemana, sampai sekarang belum pulang.”

Jack terlalu kecewa pada Nyonya Muda, membuat Tuan Muda sakit sampai seperti ini, juga masih sangat ingin janji malam ini. Tanpa disangka ia malah bersama dengan Tuan Huo!?

Denis mengayunkan tangan, melempar membalikkan ember air, kantung es penurun demam di kepala dilempar sangat jauh.

“Aku bertanya pada kalian, sudah jam berapa!?”

Denis mengambil nafas, memaksa mengeluarkan suara serak dari tenggorokannya, bahkan tidak bisa duduk tegak.

Pandangannya kabur, Denis berusaha keras menatap jam di pesawat, malah tidak jelas melihat jarum jamnya……

“Gantikan bajuku!” Denis sambil batuk, membuka selimut mau turun dari ranjang.

Jack segera menyuruh pengawal dan dokter menahannya……

“Pergi! Uhuk uhuk uhik……”

Jack melayani di samping: “Tuan Muda, sekarang baru sore jam 3, masih awal.”

"Sore jam 3? Denis tidak terlalu lama tidurnya? "

"Ia sama sekali tidak berani tertidur lelap tenang, terus mengingat janji malam ini, takut kelewatan jamnya…… "

“Tuan Muda, kamu sedang diberi obat cair, demam tinggi sangat parah……sekarang keluar dengan gegabah juga tidak baik untuk kesehatan.”

Denis mendengar waktu, tubuhnya yang bersender di bantal, batuk parah lagi dan bertanya: “jam 3?……”

Jack melihat sekilas, para pengawal semua mengangguk: “ya, Tuan Muda, sekarang baru jam 3.”

Setiap nafas Denis sangat berat, menyipitkan mata melihat ke luar jendela: “jam 3 hari sudah gelap? Kalian berani membohongi aku?!”

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu