Istri Direktur Kemarilah - Bab 251 Bergantung Pada Relasi Juga Sebuah Kemampuan

PRANG——

Suara kaca yang jatuh dari jendela yang ditendang Denis, menyela kata-kata yang ingin Denis bicarakan, juga menarik kembali pemikiran Sheila.

“Jangan kira aku bicara denganmu artinya memaafkanmu, kamu pergi suruh orang benerin jendelanya dulu.” Sheila sudah membukakan pintu, menyuruh Denis pergi.

Pembantu dengan sangat cepat membawa orang masuk membetulkan, mereka masuk membawa kaca berwarna yang diperlukan.

Tukang servis dengan sangat hati-hati memungut kaca yang tersisa di bingkai kaca: “warna kacanya sangat unik.”

“Lumayan cantik.” Sheila tidak menyangka tukang servis akan mengajaknya bicara, menjawab singkat atas dasar kesopanan, tidak berencana lanjut mengobrol.

Hanya saja tukang servis sepertinya tampak sangat tertarik pada kaca warna warni yang cerah itu, lanjut bicara: “warna seperti ini sekali lihat juga kelihatan kalau dipilih dan dipasangkan sepenuh hati, orang biasa tidak akan bisa memadukan warna segitu cantik. Bahan pewarna yang baik, sebenarnya perlu dibuat bubuk dari permata mahal yang digerus.”

Sheila menunduk membaca buku, tidak bicara lagi.

Tukang servis juga peka dan fokus membenarkan kaca jendela, ditambah di dalam kamar ada seorang pria yang bisa membunuhnya hanya menggunakan sorot mata saja.

Setelah dibetulkan, tukang servis membantu membersihkan pecahan kaca dan membawanya keluar.

Sheila melihat sekilas pria yang duduk di sofa, menyuruh orang masuk membetulkan jendela, tanpa disangka ia juga ikut masuk, sangat santai?

Sheila tidak mempedulikan Denis, mengantuk, mempedulikan diri sendiri dan rebahan kemudian dengan sangat cepat tertidur pulas, tidak tahu berapa lama kemudian, hanya merasakan ranjang memberat, dirinya sendiri masuk ke pelukan yang hangat.

Bangun di pagi hari, Sheila bangun lebih pagi dari Denis.

Membuka mata langsung menyadari Denis memeluk Sheila erat-erat tidak tahu malu, lengannya melingkari dengan erat, Sheila sama seklali tidak bisa bergerak.

“Denis!” Sheila mau tidak mau harus membangunkan Denis, kalau bukan karena semalam Denis memecahkan kaca dan memaksa masuk, Sheila sama sekali tidak berencana bicara dengannya, siapa sangka Denis memang berandalan, semalam bukan hanya diam tidak pergi, bahkan seenaknya sendiri merangkak ke atas ranjang Sheila.

Denis baru membuka matanya: “kenapa bangunnya sepagi itu?”

“……”

“Tidak bicara lagi?” selesai bicara mulitnya sudah berpose seperti mau mendekat, Sheila terpaksa bicara dengan tidak senang:

“Aku hari ini mau pergi ke D.O.”

“D.O itu apa?”

“Perusahaannya Weni, tidak bicara lagi denganmu cepat kamu lepaskan tanganmu!” Weni bilang ia bisa tidak perlu pergi ke kantor, membuat naskah desainnya dirumah, fax kasih ke dia juga boleh, tapi ia masih ingin pergi melihat, sekalian minta Weni carikan orang untuk bawa dia keliling dulu, tunggu sampai ia bisa bertanggung jawab sendiri untuk sebuah departemen, mungkin saja kepercayaan dirinya cukup, juga tidak perlu pergi bekerja di kantor.

Weni bilang mau bawa Sheila keliling sendiri, tapi ia harus mengambil waktu menemani Fahmi, jadi, pada akhirnya terpaksa mencari orang lain.

“Tidak boleh pergi, kemarin baru kena serangan, secepat itu sudah langsung lupa?” Hotel Universal begitu besar sedangkan wanita ini bahkan tidak bisa ditinggalkan di rumah ibadah, apalagi mau pergi ke perusahaan yang belum pernah didengar?

“Kemarin kamu bukannya kirim orang untuk menyerang balik.” Sheila juga mendengar Jack bilang, meledakkan sebuah kediaman kosong keluarga Susanto sampai hancur, untungnya kosong, di dalamnya tak ada orang, kalau tidak akan mati berapa banyak orang tidak bersalah.

“Kamu kira keluarga Susanto akan membiarkan begitu saja?”

“Dalam waktu dekat ini harusnya akan sedikit banyak menahan diri, sebelum bertemu dengan Tuan Huo, kira-kira tidak akan ada pergerakan.”

“Suruh pengawal melindungi dan mengantar kamu.” Denis tahu wanita ini meskipun Denis tidak setuju, Sheila juga akan mencari cara untuk keluar, memang kata-katanya benar, keluarga Susanto menerima peringatan, dalam waktu dekat ini, akan sedikit banyak menahan diri.

Sheila keluar dari pelukan Denis, mengeluarkan baju profesionalnya dari lemari, ia minta pembantu siapkan khusus untuk hari ini.

Denis bersender di kepala ranjang, jarang-jarang Sheila yang dari dulu begitu dingin bersikap patuh pada hal apapun.

Melihat Sheila mengenakan rok dan jas berwarna hitam, mengernyitkan alis seperti tidak suka model roknya.

Kait pakaian dalamnya tidak mau terkait, ekspresi yang cemberut itu, juga sangat cantik.

Denis tersenyum acuh tak acuh, turun dari ranjang ke belakang Sheila, menyibak rambutn Sheila yang tergerai ke pundak sebelah kiri, mengaitkan pakaian dalamnya.

Di dalamnya Sheila mengenakan tang-top, dengan jaket profesionalnya di luar tubuhnya, untung saja perutnya belum sampai 3 bulan, jadi sama sekali juga tidak kelihatan hamil.

Rok dan jas itu sesuai dengan norma sosial, kerah profesional, sama sekali tidak terbuka.

Sheila berbalik badan, menghadap ke Denis: “bagaimana?”

“Seragam yang menggoda.” Denis berkomentar.

Sheila: “……”

Jelas-jelas rok dan jas yang sangat standar, dibilang seperti itu sama pria ini.

Denis memegang rambut panjang Sheila dengan kedua tangannya, mencium bibir Sheila tergila-gila:

“Malam nanti janjian sama Tuan Huo, aku pergi jemput kamu?”

Denis kemana-mana selalu diikuti pengawal, pertunjukkan sebesar itu muncul di perusahaan, Sheila ingin merendah hati pun tidak bisa, berpikir seperti itu ia menggelengkan kepala:

“Tidak perlu, lebih baik aku pergi sendiri saja……”

……

D.O di sebuah gedung besar perkantoran mewah di ibukota

Meskipun tidak sebesar dan sehebat perusahaan Salim, tapi juga punya ciri khasnya sendiri.

Tampak luar gedung besarnya berbentuk seperti permata, bawahnya kecil, atasnya besar, terdiri dari kaca.

Di bawahnya ada sebuah air mancur yang sangat besar, dari jauh lihatnya seperti permatanya tersiram air dari air mancurnya ke langit.

Di dalam gedung besar total ada 18 lantai, tempat parkir ada di bawah tanah, lantai 1 itu aula, lantai 2 tempat makan, lantai 3 ke atas itu berbagai departemen

Lantai paling atas tentu saja tempat kerja Weni.

Weni tidak ada di kantor, mengirim orang menjemput Sheila di lantai bawah, seorang wanita muda yang hampir berumur 30 tahun.

Sheila hari ini sampainya agak sedikit telat, macet, ditambah ia tidak berani menyuruh para pengawal mengantar sampai lantai bawah, takut pergerakannya terlalu besar, memicu kehebohan.

Awalnya Sheila sampai D.O sudah termasuk melawan peraturan, apalagi kan bukan jurusannya, kalau membiarkan orang melihat pasukan Sheila, pasti akan mencurigai kalau Sheila pakai jalan belakang, Sheila malah merasa kenapa-napa, hanya saja tidak ingin menambahkan masalah untuk Weni.

Wanita muda itu juga mengenakan jas dan rok seragam berwarna hitam, rambut yang hitam dan lurus, dengan wajah kecil yang agak bulat, terlihat kecil, lumayan ceria.

Ia melihat Sheila, berjalan ke arahnya dengan langkah cepat: “Nona Sheila?”

Sheila secara khusus meminta Weni, jangan membongkar identitasnya di perusahaan, ia juga tidak ingin orang lain tahu kalau ia Nyonya Muda dari Tuan Muda Salim……

“Halo.” Sheila mengangguk dengan rendah hati dan sopan.

“Namaku Rumi El .”

“Sheila.”

“Presdir Weni minta aku membawamu keliling melihat perusahaan.”

Selesai bicara, memandu Sheila berjalan masuk ke dalam.

3 orang reselsionis, melihat ada orang datang, buru-buru melirik Sheila sekilas, tidak menganggapnya penting.

Rumi pertama-tama membawa Sheila ke restoran lantai 2 dulu, setelah memutari ruang rapat di lantai 3 langsung membawanya ke lantai 6, departemen desain.

Saat ini, belum jamnya masuk kerja, orang yang datang lebih pagi berkumpul dan bergosip:

“Sudah dengar belum, departemen kita hari ini akan kedatangan 1 orang baru, dengar-dengar Presdir Weni yang bawa……”

“Apa dibawa dari luar negeri? Kalau tidak, mana mungkin bisa masuk ke pandangan Presdir Weni? Presdir Weni sangat ketat terhadap pekerjanya.”

“Mana ada, aku pernah lihat berkas wanita itu, sama sekali bukan jurusan desain.”

“Tidak mungkin kan? Bukan jurusan desain juga bisa masuk? Pasti masuknya pakai relasi.”

Saat ini, pintu kantor kepala desainer, terbuka, seorang wanita cantik dengan rambut keriting membuka pintu dan keluar: “pakai relasi juga sebuah kemampuan, siapa yang berusaha setengah mati seperti kita, hanya bisa bergantung pada kemampuan diri sendiri.”

“Benar benar benar, desainer An baru bilang kenyataan yang sebenarnya.” situasinya berubah, orang yang barusan bergosip semua mencoba mendukung di belakang Anmei.

“Desainer An, kamu sudah sarapan belum? Mau tidak aku pergi belikan untukmu……”

Rumi El baru membawa Sheila menginjak memasuki pintu departemen, mendengar diskusi gosip ini, Rumi tidak enak hati menjelaskan: “sebenarnya mereka memang suka bergosip, kamu jangan tersinggung ya.”

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu