Istri Direktur Kemarilah - Bab 11 Kalau Kamu Darah Tinggi Dan Meninggal, Bukannya Aku Akan Menjadi Janda

Bab 11 Kalau Kamu Darah Tinggi Dan Meninggal, Bukannya Aku Akan Menjadi Janda


Suara bising tiba-tiba menutupi suara musik yang memekakkan telinga.


Musik segera dimatikan, orang-orang di klub dengan cepat berjalan ke arah pintu.
   
Tidak lama kemudian, seluruh klub selain belasan orang yang duduk di sofa panjang, dan pengawal yang mengelilingi sofa, tidak tersisa seorang pun di dalamnya.
   
Pengawal dengan inisiatif terpisah membentuk dua barisan, pria yang terlahir penuh kehormatan dengan salah satu tangan masuk ke dalam kantong sakunya, berjalan  masuk langkah demi langkah.
   
Denis langsung melihat pria bergaya rambut berlebihan duduk di atas sofa, di pelukannya diduduki oleh seorang wanita.
   
Satu tangan Sheila merangkul leher tuan Tang, menduduki pahanya, kedua kakinya bergoyang ringan.
   
Sheila tersenyum manja, menundukkan kepalanya kemudian berbisik di telinga pria, tersenyum cekikikan.
   
Wajah Denis segera muncul kemarahan bagai hujan badai
   
 “Tuan Salim? Sayang, bangun dulu, tuan Salim datang… …” tuan Tang memeluk pinggang Sheila dengan maksud mendorongnya bangun.
   
Sheila membalikkan mukanya, tersenyum tipis :”tuan Salim? Kebetulan sekali? Sengaja datang untuk mencoba topi hijau yang kuberi?”
   
Denis mengerti tatapan Sheila yang mengejek, Denis menggertak gigi, tangannya memukul dada Jack, kemudian mengarahkan pistol ke tuan Tang.


 “Tu… … Tuan Salim…, apakah saya menyinggung Anda?” Suaranya bergetar.
   
“Lepaskan!” Pistol Denis mengarah ke tangan yang berada di pinggang Sheila.
   
Raut wajah tuan Tang berubah total, dia kemudian mengangkat kedua tangan membentuk posisi menyerah.


Suasana langsung memasuki keadaan tegang yang menakutkan.
   
Ekspresi Denis tegang, bagai suami yang menangkap basah istri yang berselingkuh, diberi topi hijau yang amat terang.
   
Beberapa langkah maju, langsung menarik Sheila dari pelukan pria, kakinya kemudian menyepak tuan Tang.


Tuan Tang berteriak sambil menutupi bagian di antara paha, pengagum yang mencoba mendapatkan Sheila juga dipukul hingga berguliran di lantai, muka berdarah-darah dan bengkak.
   
Tuan Tang sedikit bengong, teringat Sheila pernah mengatakan dirinya sendiri bersuami, dia menanyakan kebingungannya dengan penuh ketakutan :”kamu adalah Nyonya Salim?”
   
Denis menginjak tangan pria yang tersentuh Sheila :”bagian mana lagi yang menyentuh dia?”
   
 “Tuan Salim, ini salah paham, saya tidak tahu dia adalah Nyonya Salim, dia juga berkata akan segera cerai, saya mengira… …”
   
Kalau mengetahui dirinya adalah Nyonya Salim, tidak peduli cerai atau tidak, pria ini tidak akan berani menyentuhnya walau dipaksa mati.
   
Sheila cemberut, tadinya pria ini masih berkata Denis harus menyebut dirinya sendiri bocah kalau Denis muncul di hadapan dia.
   
Tidak sangka, yang menyebut dirinya sendiri bocah adalah tuan Tang sendiri.
   
Cerai lagi!
   
Sekarang Denis mendengar kata cerai bagai api dinyalakan di obat peledak… …
   
 “Sheila!!!” Denis sangat marah, dia berusaha mengontrolnya, dia mengayunkan tangan dan melepaskan peluru.
   
Aaa----
   
Tiba-tiba terdengar suara teriakan, mengikuti arah suara, terlihat paha tuan Tang yang penuh dengan darah.
   
Tangan pengawal juga diselimuti darah segar, kalau melihatnya dengan teliti dapat terlihat selapis kulit di tangannya,
   
Seluruh badan Sheila seperti mati rasa, dari kulit kepala hingga ujung kaki.
   
Kulit paha tuan Tang terkupas?
   
Hanya karena Sheila menduduki lututnya?
   
Rasa kepemilikan yang mengerikan.


 “Marah?”Sheila menekan rasa ingin muntah, berjalan ke arah Denis :”marah tidak baik untuk tubuh, kalau darah tinggi hingga meninggal, bukankah aku akan menjadi janda?”
   
Denis menatapnya dengan ganas, matanya terpenuhi dua kelompok api.
   
Sheila tersenyum, berkata dengan nada baik:”aku hanya memperlihatkanmu sisi buruk jika tidak cerai, kamu lihat, hanya memilih topi hijau kamu sudah begitu marah, biar hati dan pikiranmu tetap sehat,  lebih baik kamu mengubah pikiranmu, kita juga bisa menjalani kehidupan masing-masing, kalau tidak, aku… …”

Belum selesai bicara, seluruh badan Sheila terlempar ke atas sofa diikuti teriakan terkejut.
   
Melihat keadaan ini, para pengawal tahu apa yang harus dilakukan, mereka mengeluarkan semua orang termasuk diri mereka sendiri.
   
Ruangan klub yang besar, hanya tersisa Denis dan Sheila di dalamnya.
   
Suasana sangat menegangkan hati orang.
   
Pria yang menakutkan itu berjalan ke arah Sheila langkah demi langkah.
   
Sheila tahu dia berhasil membuat pria ini marah, dia tahu pria ini sepertinya akan menghancurkannya.
   
Pintu tidak jauh dari sofa, Sheila segera bangun dan menarik pegangan pintu, tapi pria lebih cepat dari Sheila, ‘pong’ pintu yang baru saja terbuka kembali tertutup.
   
Kesempatan Sheila untuk bernafas pun dirampas dengan gerakan yang cepat itu.


“Bagaimana kalau tidak? Memberiku topi hijau terus menerus?”
   
Tekanan yang tidak bisa ditahan, bernada investigasi.
   
Terlihat seperti suami yang menangkap basah perselingkuhan.
   
 “Iya, cita-citaku adalah menanamkan sebidang padang rumput di atas kepalamu.”
   
“Berani sekali berkata seperti itu!” Setelah itu, dia dengan kasar menahan rahang Sheila, dengan ganas menekannya ke papan pintu yang dingin :”apakah kamu puas dengan hukuman tuan Tang?’
   
“Sepertinya tuan Salim sangat tidak puas dengan topi hijau ini… …” Sheila tidak berani bergerak, melotot Denis dengan dingin.


Denis tersenyum aneh :”setelah tuan Tang, bisakah kamu tebak siapa selanjutnya? Nenek Lan atau Kenny?”
   
Nenek Lan? Kenny?
   
Sheila seperti tertusuk titik akupunktur.
   
Nenek Lan adalah titik kematiannya… …
   
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
   
 “Aku tebak – Nenek Lan mungkin?”


 “Dia bukan ibu kandungku…”


 “Mau mencobanya? Wanita bermulut keras , Denis mengeluarkan handphone, membunuh Nenek Lan tidak sulit baginya, dia hanya perlu memerintah bawahannya, gampang bagai membunuh seekor semut.
   
Mengenai Kenny… …


 “Berani kamu!” Sheila menggertak gigi tangannya dikepal ketat.


 “Menurutmu aku berani atau tidak?”


Denis tersenyum dingin, dia puas dengan respon Sheila, dia dulu tidak pernah memperhatikan Sheila, kalau bukan karena Sheila menjenguk Nenek Lan tadi malam, dia tidak akan tahu Nenek Lan adalah titik kelemahannya.


“Dasar licik!”
   
Dengan jelas terlihat wanita di depannya ini tidak bersikeras menolaknya lagi, Denis tersenyum rendah :”sudah mau patuh?”
   
Sheila melototinya, dia sangat ingin menghancurkan wajah sombong pria ini.
   
Denis tiba-tiba menekan paha Sheila, tempat itu adalah kantong saku, ada sesuatu yang menonjol, itu adalah obat yang di kasih Kenny.
   
Tangan Sheila segera memasuki kantong saku untuk mengeluarkan obat, tapi Denis menekan kuat pahanya dan sengaja memainkannya dengan meraba.
   
Tidak lama kemudian Sheila merasakan dengan jelas tangan pria yang meraba pahanya panas bagai api membakar…
   
 “Ini apa? Hm?” Udara panas berhembus di daun telinga Sheila, kata ‘hm’ diikuti kekuatan setan.
   
Merasakan tangan pria mendorong barang tersebut ke atas, dan akhirnya berhenti di pangkal paha, Sheila gemetaran, mengeluarkan kata :”obat”
   
“Obat apa?”
   
“Obat flu.” Tidak mudah untuk mendapatkan obat itu, jadi dia tidak akan membiarkan Denis mengambil obatnya.

Pria tersenyum dingin, dia tidak segera mengeluarkan obat itu, tapi dia malah seperti menghukum Sheila, mendorong obat itu ke daerah intimnya… …
   
Dasar binatang!
   
Sheila mengulur tangan menolak tangan pria, tapi mana mungkin tenaganya dapat melawan Denis?

 

“Sialan! Apa yang ingin kamu lakukan?!”


 “Terus maki! Aku suka mendengarnya! Apalagi makian yang keluar dari mulutmu!”
   
Sheila :”… …”


“Kuberikan kesempatan terakhir, obat apa ini?”
   
“Kamu lepaskan aku dulu!” Sheila dengan segera mengangkat kaki, dia ingin menggunakan lutut untuk mendorong Denis, tapi  tubuh bagian bawah Denis tertempel ketat dengan Sheila, menekannya, dia tidak bisa bergerak sama sekali!”
   
 “Kamu kehilangan kesempatan terakhir!”
   
Selesai bicara, Denis menekan bahu Sheila, membalikkan badannya, membuatnya terlentang di pintu.
   
“Obat apa ini…”

Sheila sangat takut binatang ini akan benar-benar melakukan sesuatu yang melewati batas, dia pun hanya bisa mengalah sesaat.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu