Istri Direktur Kemarilah - Bab 157 Cara Terbaik

Para pengawal mencoba untuk membuat pingsan tuan, tapi sayangnya gerakan Denis cekatan dan fleksibel, pukulannya ganas serta tak kenal ampun, tidak hanya sekadar menjatuhkan mereka.

Pengawal yang menyerbu Denis dengan cepat terkapar di lantai.

Pada akhirnya, hanya tersisa Denis dan Sheila yang saling memandang.

Sheila dapat melihat mata Denis yang kemerahan, Denis sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri, tubuhnya membutuhkan Sheila.

"Jangan!" Sheila sambil menggelengkan kepala, sambil mundur untuk melindungi diri.

Denis seperti robot yang diberi instruksi, hanya ada satu program di benaknya, yaitu Sheila.

Sheila menggigit bibir, apa yang harus dilakukan, aprodisiak apa yang dia makan, bisa sampai kehilangan kendali seperti ini!

"Kak Denis? Kamu kenapa?" Yuna tiba-tiba menghalangi di depan Sheila: "kak Sheila hamil, kamu jangan menakuti dia!"

Sheila terpaku sejenak, Yuna membantunya, tetapi Sheila merasa bahwa dia melakukan ini untuk mencapai tujuannya sendiri.

"Awas!" Begitu tangan besar Denis melambai, Yuna langsung disingkirkan olehnya.

"Tuan, mohon tenang!" Jack tak berdaya, akhirnya menyuruh pengawal menghentikan Denis: "kalian hati-hati, jangan melukai tuan."

Namun, nyatanya mereka sama sekali bukan lawan Denis, apalagi Denis yang sudah kehilangan akal, jelas sudah tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Ini adalah pertama kalinya Sheila melihat dia berkelahi, tidak sangka dia begitu hebat berkelahi, satu orang bisa mengalahkan begitu banyak pengawal yang terlatih.

Sheila berdiri di depan ambang jendela, di belakangnya ada kaca patri, matahari bersinar, bintik-bintik cahaya berwarna terpancar ke tubuh Denis. Terlihat rambutnya berantakan, tubuh berkeringat, bahu terluka saat kelahi, darah mengalir keluar, mengalir di sepanjang dada yang berisi.

Dia terluka... ...

Sheila menggigit bibir, Denis terluka, kakinya malah seperti terikat oleh ribuan kilo timah, dia tidak mau melarikan diri lagi, dia takut Denis akan terluka lagi.

Tadinya Jack dihempas keluar oleh Denis, dia berdiri dengan diikuti rasa sakit, dengan pincang bergegas ke Sheila dan menghalanginya: "nyonya, kamu cepat keluar, kalau tidak tuan akan melukai kamu... ..."

"Apa yang sebenarnya terjadi? Selain makan obat aprodisiak, apa lagi yang terjadi?" Dia tahu pastinya berkaitan dengan Regen, tapi tidak ada apa-apa antara dia dan Regen, kenapa emosi Denis bisa begitu tinggi?

Jack dengan ragu-ragu menoleh ke Denis, berkata dengan suara yang sangat kecil: "Tuan melihat rekaman CCTV kamu dan Tuan Huo di dalam kamar mandi hotel Visga, mendengar kalian... ... "

HONK---

Sheila bagai tersambar petir, telinga berdenging.

Hari itu dia pergi ke kamar mandi dan diseret masuk oleh Regen. Dia berpikir bahwa Regen sedang diburu, sehingga dia menemani Regen akting untuk menyelamatkannya... ...

"Jack, kamu keluar saja, biarkan mereka keluar juga." Sheila dengan berat memejamkan mata, seperti memutuskan suatu keputusan besar.

Bahu Denis terluka, kesadarannya agak pulih, dia tiba-tiba menghentikan langlah kaki, berdiri di tempat, tatapan seram melintasi Jack, menatap wanita yang ada di hadapannya.

Gema suara di ruangan sempit itu kembali berputar di telinga Denis, pria dan wanita yang berteriak dengan gembira, bagaikan mimpi buruk.

Wanita ini berkali-kali mencoba untuk melarikan diri dari sisinya, menggunakan segala cara, demi wanita ini, dia sudah mengalah sampai pada batas dasar.

Dia berani mengkhianatinya dan bersama dengan pria lain! Kenapa dia berani?

Apakah dirinya merasa, dia, Denis Salim hanya mau dirinya?

Mendongak dan tertawa sinis, tawanya itu terdengar sangat pasrah.

Ketika kembali menatap Sheila lagi, tatapan itu seperti disuntik racun, tiba-tiba berkata dengan dingin: "Perasaan seseorang sama dengan nyawa, terbatas. Jika terlalu banyak dikonsumsi di awal, maka tidak ada yang tersisa di akhir. Sheila Wijaya, orang yang seharusnya keluar itu-- kamu!"

Tangan Sheila langsung mengepal erat, dia berpikir bahwa ketidakpedulian Denis padanya selama tiga tahun telah melatih hatinya menjadi keras, tetapi pada saat ini, hatinya begitu sakit seperti batu yang dihancurkan.

"Denis Salim, tidak ada hubungan apapun di antara aku dan Tuan Huo, anak ini punyamu... ..."

"Sheila Wijaya, apakah kamu mengira aku adalah seorang dungu? Kamu bilang kamu tidak hamil, aku percaya, hasilnya?" Mata Denis sangat merah, seolah-olah darah akan mengalir keluar dari matanya itu, tiba-tiba dia memerintah dengan teriak rendah: "keluar! Bawa dia keluar!"

"Tidak! Aku tidak mau keluar!" Tangan Sheila menahan di ambang jendela, semakin sampai pada kondisi seperti ini, dia semakin tidak boleh pergi!

"Kenapa? Kamu masih mau tinggal di sini untuk mengobati aku? Mau menggunakan cara ini untuk menggugurkan anak yang ada di perutmu itu? Kamu pikir aku masih akan menyentuh kamu?" Seluruh benak Denis penuh dengan gambaran Sheila diseret masuk oleh Regen ke dalam kamar mandi.

Memikirkan dia dibelai oleh pria lain dan terengah-engah dengan begitu nyaman, hati Denis sungguh sakit hingga ingin langsung menusuk jantung dengan pisau.

"Denis Salim, kesabaran seseorang juga ada batasnya, aku katakan untuk terakhir kalinya, aku dan Tuan Huo... ..."

"Kenapa mau bohong kamu tidak hamil!?"

"Aku... ..."

"Mau mengugurkan anak itu tanpa sepengetahuan aku?"

"Maaf... ..." Maaf, dia tidak boleh bilang.

Dia boleh asal mengarang sebuah alasan, tapi dia tidak boleh membohonginya lagi, menggunakan kebohongan untuk menutupi kebohongan lain, dia takut jika terus begitu, maka tidak ada lagi kejujuran di antara mereka... ...

Maaf, dia meminta maaf... ...

"Sheila, Aku benar-benar pengin mengeluarkan hatimu dan melihat hatimu itu terbuat dari apa!" Denis dengan berat memejamkan mata, seolah-olah harapan terakhir pun telah direnggut oleh Sheila.

Dia lebih berharap Sheila mengatakan kepadanya bahwa tidak memberi tahu dia adalah untuk memberinya kejutan, bukan kata maaf.

Maaf... ...

Karena dia tidak menginginkan anak ini, karena anak ini punya pria lain, dia takut ketahuan, jadi minta maaf.

Jantung tersumbat seteguk darah, bagai akan menyembur keluar dari paru-paru kapan saja.

Momen ini, dia sungguh ingin mencekiknya sampai mati, mencekik wanita yang membuatnya sangat kesakitan hingga tidak mau hidup!

Hancurkan dia, maka pun tidak ada lagi sumber penyebab rasa sakit lagi!

Denis tiba-tiba bergegas menghampiri Sheila, hawa seram bergolak-golak di seluruh tubuhnya, telapak tangan tiba-tiba mencekik leher Sheila.

Tenggorokan mengeluarkan suara jeritan seperti binatang buas!

Sheila menatap matanya, mata merah tampak seperti dua pusaran dengan kecepatan ekstrim, menyeret masuk segala sesuatu yang ada di depannya, masuk jatuh ke dalam kedalaman jurang yang tak terhingga.

"Tidak mau keluar kan?" Denis menyampingkan kepala dan tertawa dengan kejam, tiba-tiba tangannya lepas dari leher Sheila, berbalik badan dan berjalan ke arah ranjang.

"Kak Denis." Tadinya Yuna dihempas oleh Denis ke samping ranjang, melihat Denis kemari, mata penasaran berkelap-kelip.

Detik berikutnya, lengan ditarik oleh Denis dan diseret ke atas ranjang.

Sheila menyadari apa yang mau dilakukan Denis, dia merasa sesak dan mata tertutupi selapis kabut.

"Denis!" Dia menyebut namanya dengan suara serak.

Ingin memulihkan kesadarannya itu sedikit demi sedikit.

Dia pernah mengirimkan mereka aroma terapi peningkat gairah.

Untuk menyingkirkan Denis, dia pernah mencoba beberapa kali untuk menyatukan mereka

Pada momen ini, keinginannya itu akan segera menjadi kenyataan, tapi jantung malah merasa tertekan dan sesak.

Denis sudah menanggalkan kemeja, menampakkan tubuh bagian atas yang sempurna, kulit berwarna madu, otot yang kuat, setiap inci, setiap tempat seolah-olah sedang bersorak, selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati Yuna.

"Tidak!" Sheila bagai terjatuh ke jurang dalam, dia menutup telinga dan tidak mau menerima kenyataan.

"Nyonya, kamu sebaiknya keluar saja dulu, dengan begitu akan lebih baik untuk kalian berdua." Ekspresi Jack yang awalnya cemas kembali tenang, dengan begitu, tuan bisa menangani afrodisiak di tubuhnya, dan nyonya juga tidak akan terluka.

Sekarang, ini adalah cara terbaik untuk kedua belah pihak.

Di luar jendela, langit yang awalnya masih cerah seketika dipenuhi awan hitam, suara guntur menggelagar di udara, hujan deras berderu.

Hujan lebat menghantam jendela kaca patri.

Seolah-olah sedang memperingatkan Sheila.

Ingatkan dia, ini mungkin adalah akhir terbaik untuk mereka berdua, dia meninggalkan dia, meninggalkan keluarga Salim, inilah rencana dia sejak awal.

Lihatlah, bahkan yang di atas pun membantunya... ...

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu