Istri Direktur Kemarilah - Bab 222 Yang Kedua Sudah Terlihat, Yang Ketiga Mana

Sisi menutupi telepon dengan panik, seperti sedang jadi penjahat, setelah mengatur nafasnya dengan baik, menahan merendahkan suaranya dan berkata: “aku…aku mau lapor polisi…aku dipaksa…”

“Nona, demi menjamin kualitas telepon, telepon direkam, tolong beritahu dengan detil, waktu, lokasi, masalah, dan pelapor.”

“Waktunya sekitar jam 11 siang, lokasinya di hotel Emperor, pelapor——Sisi.”

Sisi selesai bicara, menjambak rambut dengan kesal, dari kapan ia harus membicarakan masalahnya?

Pertama kali Sisi minum-minum, tidak sadar dan tidak mengingat apapun……

Ia depresi menoleh dan melihat sekilas pria di sampingnya, tidak ada tanda mau sadar, menghela nafas, lanjut menekan suaranya dan berkata:

“Aku tidak ingat apapun…”

“Nona Sisi, kalau kekacauan sehabis mabuk, kasusnya tidak bisa dibuaf, kecuali kamu menunjukan bukti.”

“Bukti……” Sisi terbiasa menggigit bibirnya saat berpikir dalam-dalam, tiba-tiba bersinar, berkata: “bukti di TKP terhitung tidak?”

Mendapat persetujuan lawan bicara, Sisi sekali lagi menekan suaranya: “pelaku masih ada di TKP, sekarang ia tiduran di sampingku.”

“……”

Lawan bicara diam untuk beberapa waktu, nafas Sisi mulai berubah jadi cepat, tanpa menunggu balasan ia bertanya: “aku mau tanya, sebelum kalian datang, perlukah menjaga tempat kejadiannya?”

Ah——

Baru kata-katanya terlontar, pergelangan tangan Sisi yang memegang telepon tiba-tiba digenggam erat sebuah tangan, kemudian ditekan di atas bantal, segera setelahnya sebuah bayangan menekan ke arah Sisi dengan kuat.

Bentuk tubuh pria yang tinggi dan bagus menekan di atas tubuh Sisi, melingkari Sisi di antara lengannya, mereka yang tubuhnya telanjang dan hanya terpisahkan sebuah selimut, saking canggungnya Sisi hanya bisa kaku, tidak berani bergerak sama sekali.

Samuel mengangkat bibir tipisnya seperti tersentum namun juga tidak, dengan sedikit mengejek, menundukkan kepala menempelkan wajahnya penuh berpikir di sisi telinga Sisi yang sensitif, bertanya:

“Tahu kalau lapor polisi selain harus punya bukti TKP kuat, masih perlu apa lagi?”

Udara panas bertiup di leher Sisi, membuat Sisi yang sensitif mengerutkan lehernya, merasa tersesat saat melihat ke arah Samuel, menyadari kalau mereka hanya berjarak sebatang hidung saja, Sisi sedang berpikir pria di depannya ini, sudah tahu Sisi melapor polisi, setelahnya akan melenyapkan Sisi atau tidak……

Samuel mengangkat alisnya sedikit, berpikir dan berkata: “masih perlu menjaga setiap postur kasusnya.”

Postur kasusnya? Sisi mengedip-ngedipkan matanya, dengan sangat cepat mendengar maksud terselubung Samuel, wajahnya terbakar panas, hanya bisa mempelototi Samuel saja.

“Jangan sembarangan mendekat, aku……aku sudah lapor polisi.” selain pemer...kosaan, ia juga memberitahu Samuel menipu dan mengancam!

“Aku tahu.”

“Bersikap sedikit lebih baik aku akan memikirkan untuk memohon ampunan untukmu, mengurangi 2 tahun waktu kamu di penjara……”

“Tidak perlu.”

“Kamu……kamu harus tahu kalau aku kena sial, kamu juga tidak bisa kabur.”

Samuel menundukkan kepala melihat sekilas dada Sisi yang ia tutupi dengan selimut: “dua sudah kelihatan, yang ketiga?”

“Kamu!” Sisi marah sampai seketika tertohok, wajahnya memerah saking marahnya: “pertama-tama lepas……lepaskan aku……”

Jelas-jelas kalimat perintah, malah dikatakan dengan sangat tidak percaya diri.

Samuel melepaskan Sisi, turun dan mengambil bajunya dari sisi ranjang, kemudian dari dompet di kantungnya mengeluarkan 2 kartu: “aku kembalikan ke kamu, uang sidah ada di dalam, ini kejadian diluar dugaan, bagian lebihnya, sebagai kompensasi.”

Kartunya sembarang ia lempar ke atas lemari ujung ranjang, Sisi mengambilnya.

BAK——suara pintu tiba-tiba didobrak, sekelompok orang berseragam polisi dengan pistol di tangan mereka, membidik ke arah mereka.

“Jangan bergerak, angkat tangan!”

Samuel dengan pelan mengikat sebuah handuk di pinggangnya, baru dengan tidak panik mengangkat sepasang tangannya, sedangkan Sisi memastikan selimut yang putoh bersih menutupi tubuhnya, kemudian juga mengangkat sepasang tangannya.

“Kami menerima laporan polisi, disini terjadi kasus pem...erkosaan, siapa yang melapor?”

Di dalam tatapan mau membunuh orang Samuel, Sisi mengangkat tinggi sebuah tangannya, di tangannya ada sebuah kartu……

“Ada apa dengan kartu di tanganmu?”

“Ia memberi aku kartu……”

“Transaksi seksual?”

“Ah? tidak tidak tidak, tidak begini!”

“Kalian ikut kami.”

……

Kediaman Salim.

Dari dapur terdengar lagi dan lagi suara terkejut:

“Kenapa kamu tuang minyak sebanyak itu? Menggoreng sayur tidak boleh terlalu berminyak……”

“Yang tahu ya kamu sedang memotong daging, yang tidak tahu akan mengira kamu ada dendam mendalam pada daging sapi…”

Aura membunuhnya membara.

TOK TOK TOK suara memotong sayur berbunyi sangat keras menggetarkan telinga, tiba-tiba sekali potong terlalu dalam, seluruh pisaunya masuk ke talenan dan tidak bisa ditarik keluar.

……

“Tunggu……sekarang masih belum boleh taruh garam……”

Sheila mengulurkan tangan merebut, akhirnya tangan Denis gemetar, setengah dari sekotak garam tertuang.

……

Sheila kehabisan kata-kata, awalnya mengira karena IQ Denis melebihi orang biasa, semua ini bukan apa-apa untuknya……

Akhirnya……

“Denis aku rasa kamu memang tidak ada bakat memasak, makanan yang baik-baik saja semuanya kamu hancurkan!” Sheila melihat piring yang isinya gosong.

Dari awal bakat Sheila memasak itu masih lumayan, tapi setelah bertemu gaya Denis yang hanya mementingkan dirinya sendiri……

Jadi ada hasil di hadapannya.

Tangan besar Denis menyapu bersih, membuang makanan dan piringnya sekaligus ke tong sampah.

“Kamu!?” buang-buang……

“Aku buat ulang.” Denis menekan Sheila kembali duduk di posisinya: “duduk baik-baik.”

Ibu hamil takut minyak dan asap, tapi Sheila sesungguhnya terlalu penasaran akan tampang Denis memasak, jadi barusan tidak mempedulikan penentangannya, masuk ke dapur, maka muncullah barusan kejadian mengejutkan itu.

Sebenarnya, orang yang beridentitas seperti Denis ini, tidak seharusnya turun ke dapur, masak sama sekali tidak cocok untulnya.

Terutama ia menggunakan ekspresi serius seperti rapat……

“Nyonya Muda, kamu masuk malah mengganggu Tuan Muda improvisasi……”

“……” sama sekali tidak ada kemampuan, masih mau improvisasi apa?

Sheila tidak enak melukai kepositifannya, ia memasak hampir 3 jam untuk 1 makanan, saat Jack keluar seperti membawa harta karun, terlihat akhirnya lumayan berbentuk.

Di hadapan Sheila ada beberapa piring lauk, semangkuk mie rebus.

Lauknya sangat tawar, untuk dimakan bersama mie, semua yang ia suka makan, terutama setelah hamil, lidah perasanya semakin lama semakin tawar.

“Nyonya Muda, cepat dicoba, Tuan Muda khusus membuatkannya untukmu.”

Tuan Muda pertama kali memasak, juga pertama kalinya demi Nyonya Muda melakukan sangat banyak hal Tuan Muda begitu mempedulikan Nyonya Muda, demi Nyonya Muda, dari tidak bisa, sampai bisa, bersedia belajar.

Ia melihat Nyonya Muda mencoba masakkan Tuan Muda, merasa kalau ia sendiri lebih gugup dari Tuan Muda.

“Bagaimana rasanya?”

Sheila meminum seteguk sup dahulu, masuk ke mulut lancar tidak berminyak, tawarnya pas.

“Rasanya lumayan”

Meski tidak bisa dibandingkan dengan koki, tapi dbanding barusan, kemajuannya melebihi lompatan besar.

Kursi di sisinya ditarik, nafas Denis menyerang, ia mendekat membiarkan Sheila duduk, mengambil sumpit khusus dan menemani Sheila makan mie.

Sheila memakan sesuap mie, kuahnya karena tidak hati-hati menempel di ujung bibirnya, Denis mengulurkan tangan dan mengelapnya untuk Sheila dengan jempolnya: “selesai makan pergi jalan-jalan santai?”

Ia menggelengkan kepala, setelah makan kenyang ia malas bergerak, menyuruh Jack datang memberikan perekam mini padanya: “jangan lupa.”

Hari ini kata-kata dokter memberinya harapan, mungkin saja membangunkan Nyonya Muda juga bukannya tidak mungkin.

Sheila duduk di atas sofa, mengelus-elus perutnya, makan mie yang Denis masak sendiri, ia diam-diam berkata pada anaknya: anakku hari ini makan mie buatannya papa nggak?

Jelas-jelas tidak berbentuk, malah merasa sangat takjub merasakan keberadaan anaknya, merasa puas dan bersender di sofa.

Pandangannya tidak sengaja melihat meja kecil, beberapa buku menarik perhatiannya.

Baru mau bangkit berdiri mengambil, Jack menerobos dan membereskan semua buku: “ini buku Tuan Muda.”

“……” bukannya hanya beberapa buku, untuk apa segugup itu?

Sheila kehabisan kata-kata, terpaksa mengambil desain asli yang diberikan Ou Wenya padanya.

Ada beberapa lembar yang sempurna, ada beberapa yang setengah jadi……

Gambarnya seperti cincin pernikahan, garis sketsa, model desain, tingkat detil yang tidak terbayangkan, meski gambarnya 20 tahunan yang lalu, tapi ditaruh sekarang juga sedikitpun tidak ketinggalan zaman.

Setiap cincin, seperti sedang membicarakan sebuah kisah cinta yabg mengharukan.

Cincin yang pernah melewati di tengah gambar, di cincinnya seperti ada kata-kata!

Hurufnya terlalu kecil, tidak jelas dilihat, ia berbalik badan memanggil Jack mengambil kaca pembesar, di kaca pembesar, tulisan di cincin itu……Salim.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu