Istri Direktur Kemarilah - Bab 110 Tidak Ada Makan Siang Gratis Di Dunia Ini (2)

Wanita itu memungut bajunya, segera terkumpul rasa kaget, bertanya: “Jadi pagi tadi kamu bukan pergi ke rumah sakit untuk berobat, tapi mau memastikan cincin ini ke dokter Kenny?”

“Kamu memang ternyata tidak bodoh.”

“Kamu yang bilang sendiri, dokter Kenny juga tidak ada.”

“Kamu berharap dia ada? Meski orangnya tidak ada, tapi di rumah sakit tersebar gosip tentang dirimu dan dokter Kenny, benar-benar mengagumkan.” Suni mengelus dengan lembut batu permata yang tertanam di cincin itu: “Kalau memang kamu tidak tahu apa-apa tentang cincin ini, ya sudah aku pergi.”

“..... tunggu.” Sheila terdiam sebentar, tepat pada saat Suni mau keluar dari pintu memanggil menghentikannya.

Suni yang merasa puas menghentikan langkah kaki: “Kelihatannya benar kamu sangat berminat dengan cincin ini?”

“Hanya merasa bentuknya menarik.” Sheila pura-pura tenang.

“Mau aku memberikannya ke kamu?”

“Kalau kamu bersedia.”

“Tidak ada makan siang gratis di dunia ini.” Suni bicara sepatah dua patah kata, jelas sekali sedang memberi masing-masing kesempatan membuka mulut, Sheila juga tahu ini, memberikan kode agar dia lanjut mengatakan hal ini lagi.

“Aku mau menjadi wanita utama di pesta.”

“Susah kah ini? Aku menyetujuimu.” Sheila menjulurkan tangan: “Cincin?”

“Kamu anggap aku bodoh, sekarang memberikannya ke kamu, bagaimana kalau kamu tidak menepati janji?” Suni tersenyum-senyum berkata: “Pada hari pesta, usai berdansa pertama dengan tuan muda Salim aku akan mengembalikan cincinnya ke kamu.”

“Andai kata kalau aku menolak ?” Membuatnya menjadi wanita utama di pesta mudah dilakukan, tapi menjadi pasangan dansa Denis bukan lah hal yang bisa dia putuskan.

Dia sedikit banyak mengerti watak Denis, tidak suka bersentuhan dengan wanita, bagaimana bisa berdansa?

Suni malah berlagak harus mewujudkan itu, berdiri berjalan ke arah pintu, tiba-tiba berbalik badan: “kuberi kamu waktu sehari untuk mempertimbangkannya, aku mau menjadi wanita utama di pesta dan pasangan dansa Denis, pertimbangkan pelan-pelan, yang pasti tidak terlalu buru-buru.”

Sheila mengencangkan alis, tidak berbicara, andaikan cincin itu miliknya sendiri, dia juga tidak terlalu peduli, tapi cincin ini milik Kenny, dan juga perhiasaan warisan berharga keluarga Hermawan, tidak boleh hilang di tangannya.

Setelah Suni pergi, untuk berjaga-jaga Sheila mencari sebuah map dokumen transparan, menyegelnya, kemudian menempelnya di bagian bawah permukaan meja riasnya.

Tempat ini sangat tersembunyi, kebanyakan orang tidak akan terpikir tempat ini.

Sebenarnya yang paling bagus itu membawanya kemana-mana di badan, tapi tentu saja juga tidak praktis, jadi hanya bisa disimpan di sini.

Setelah menyimpan surat cerai dengan baik, Sheila membuka pintu berjalan ke arah kamar Sisi.

Handphone-nya sendiri tidak bisa dipakai, hanya bisa meminjam handphone Sisi untuk menghubungi Kenny.

Ternyata memang tidak ada yang diluar dugaan, handphone Kenny masih tetap bersuara tidak aktif.

Mengapa sudah beberapa hari masih tetap saja tidak aktif?

"Kak, aku boleh tidak tidak jadi wanita utama di pesta?” Sisi sudah menahan lama sekali akhirnya tidak bisa menahan lagi, dia sangat takut dengan semacam perasaan dimana semua orang menaruh perhatian mereka semua ke dirinya.

Sisi dengan tidak tenang bergerak ke arah Sheila: “Aku takut tidak melakukannya dengan baik, bisa memalukan kamu.”

“Dari kecil sampai besar, hal yang memalukan seperti apa yang belum pernah aku hadapi?” Sheila mengembalikan handphone ke dia: “Kamu juga boleh mempergunakan kesempatan ini baik-baik memikirkan bagaimana mengambil kembali kesempatan untuk magang di rumah sakit.”

“....”

“Jangan bersikap seperti orang lemah, bisa membuat orang berkesempatan menggertak dirimu.”

Baru saja suara terjatuh, pelayan masuk, terdiam sebentar melihat Sheila, kemudian dengan hormat dan berhati-hati berkata: “Nona keempat, Nyonya bilang dia ingin minum jus…..”

“Ow.” Sisi langsung berdiri, mau membuat jus untuk Karina, ditekan kembali oleh Sheila: “Kamu pergi bilang ke Nyonya, Nona keempat tidak ada waktu, mau minum suruh dia cari cara sendiri.”

“Tapi….” Pelayan serba-salah berkata: “Tapi Nyonya bilang jus yang dibuat Nona keempat paling enak, dia hanya ingin minum jus yang dibuat nona keempat.”

“Kak, aku tetap pergi dulu saja, sebentar juga beres.”

“Duduk kamu!” Sheila melempar Sisi terduduk: “Kamu bukan pelayan!”

Sisi menundukkan kepala duduk di sofa, melihat kondisi ini tidak perlu Sheila bicara lagi juga sudah tahu apa yang harus dilakukan, menutup pintu kemudian pergi.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu