Istri Direktur Kemarilah - Bab 128 Ajarkan Dia Dulu Cara Melayani Lelaki (1)

Sheila mulai menduga kalau alasan Regen membawa pergi Sisi tidak sesederhana yang dibayangkan.

Tidak boleh! Dia harus memikirkan cara mencari Sisi.

Dia memandang ke sekeliling, diatas panggung kecil itu sedang diumumkan hasil dari kontes batu permata, dan ternyata hasilnya seperti yang mereka diskusikan sebelumnya, batu amber berwarna merah darah yang tak ada tandingannya itu, memenangkan lebih dari separuh suara yang ada, dan dipilih menjadi ‘Ratu Permata’ kali ini.

Berdasarkan pengaturan sebelumnya, batu permata ini akan diproses ke tahap pembaptisan selanjutnya.

Tentu saja, mereka semua sudah paham tentang tata cara perawatan batu berharga tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan darah perawan, untuk mensucikan roh/spirit yang ada yang dalam batu tersebut.

Sheila memandang sekeliling, namun tidak melihat bayangan Sisi, malah mendengar suara seruan.

“Oh, --- gadis cantik ---“ lalu diikuti dengan suara siulan.

“Apakah ini adalah gadis cantik yang akan memecahkan batu permata itu?”

“Meskipun penampilannya tidak terlalu cantik, tapi cukup lumayan!”

Sheila berusaha melihat dengan jelas diantara kabut asap rokok yang bergulung, seorang gadis yang mengenakan cheongsam dengan hiasan bunga sutra berjalan berlenggak-lenggok ke arah panggung kecil.

Rambutnya yang hitam bergelombang sehabis dicatok, bulu mata palsu yang lentik, warna bibir yang terang dan menggoda, kesemuanya bersinar dibawah sinar lampu bagaikan kemilau potongan berlian.

Kenapa malah dia?

Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya, awalnya dia sudah memastikan yang duduk disana adalah Sisi, tapi kenapa malah yang muncul adalah – Leni Septiani!

Kenapa dia bisa ada disini? Bukankah waktu itu tulang rusuknya patah oleh Jack, masa secepat itu sudah sembuh?

Dan, dia masih perawan?

Meskipun dia curiga, tapi dia tidak ingin terus menatapnya, fokusnya sekarang adalah mencari Sisi, dia berjalan ke arah pintu, tapi malah entah sejak kapan dia tidak menyadari kalau pintu tersebut sudah ditutup!

Dia berusaha mendorong pintu, tapi pintu besar yang terbuat dari besi itu sama sekali tak bergeming.

Dia menatap ke arah pangung kecil, Leni juga turun dari tempat itu, berarti di tempat itu masih ada sebuah pintu keluar.

Tapi semua orang sedang memperhatikan ke arah panggung, semua mata penonton terfokus kesana, dia pasti bakal ketahuan.

Lallu dia mundur ke sudut yang gelap, menunggu kesempatan yang tepat untuk melarikan diri.

Leni yang mengenakan cheongsam begitu mempesona, dia berjalan ke arah Regen dengan meliuk-liukkan badan serta langkahnya yang lemah gemulai, membuatnya seperti ular yang merayap ke arah Regen lalu melilit lengan dan badannya.

Entah sejak kapan di sisi panggung sebelah kiri sudah ditaruh sebuah ranjang kecil dengan sprei putih, dan sebuah sofa, keduanya dipergunakan untuk memecah.

Ruangan itu penuh dengan suara seruan, dan siulan.

“Tuan Huo, Tuan Huo, Tuan Huo ----“ seluruh penonton mengelu-elukan nama Regen.

“Tuan Huo.” Leni menaruh tangannya yang lentik ke atas dada Regen, lalu meraba dadanya dengan lembut, seakan ingin menarik keluar sesuatu.

Regen menepis dengan tangannya besar, membuat Leni terjatuh ke atas kasur, dia bahkan sama sekali tidak berniat membantunya, malah bertepuk tangan dua kali.

Dari arah panggung sebelah kanan muncul 2 orang pria kekar yang hanya mengenakan celana dalam, sambil membawa seorang gadis yang memakai seragam perawat!

“…….” Para penonton terdiam melihat peristiwa yang tak disangka-sangka.

“Apa-apaan ini, kenapa bisa ada satu gadis lagi?”

Sheila seketika mematung dan tak bisa bernapas melihat pemandangan di depan matanya, gadis itu adalah Sisi.

Dia hanya melihat kedua tangan Sisi diborgol, sorot matanya penuh dengan rasa takut dan panik bercampur jadi satu, dia sudah beberapa kali berusaha melepaskan diri dari cengkeraman lelaki berotot tersebut, tapi tidak berhasil.