Istri Direktur Kemarilah - Bab 253 Cincinnya Diutak-Atik Orang

Awalnya belum terlalu banyak orang yang memperhatikan Sheila, karena beberapa kata kunci Anmei, mata mereka ramai-ramai melihat ke arah Sheila.

Rumi sesungguhnya tidak kuat melihat kelanjutannya, bagaimanapun juga baru hari pertama datang, sudah dipakai sebagai target, ini si Anmei, bisa melihat semuanya.

Hanya saja Anmei bertamengkan para pendukungnya di departemen, meskipun tidak takut karena banyak pendukung, Presdir Weni juga tidak mempedulikan.

Rumi maju beberapa langkah ke depan mendekati mereka, berkata: “orang baru hari pertama datang, tempat duduknya bahkan belum panas didudukinya, kamu langsung suruh membantu klien menilai, tidak terlalu bagus kan.”

“Apakah ini, anak kuda ya kuda, pada akhirnya pasti harus berlari.”

“Aku yang lihat saja.” Rumi membuka mulut.

“Kamu merasa kamu melihat lebih tepat dari aku yang lihat?” Anmei menyibak rambut keritingnya ke belakang, lagi-lagi melihat ke arah Sheila.

Hatinya berpikir kalau wanita ini kemampuan menentukannya lumayan, tidak tahu pura-pura atau tidak, tanpa disangka diluar dugaan ia tenang saja.

Rumi seperti sudah terbiasa dengan Anmei yang arogan dan tidak menganggap orang lain, berkata: “meskipun kemampuan tidak lebih baik dari kamu, tapi membedakan asli dan palsu tetap saja tidak masalah.”

“Ya itu juga harus tanya pada klien senang atau tidak.” Anmei mengembalikan cincin di tangannya pada klien: “karena ia bilang seperti itu, minta dia lihat saja, nanti minta dia tanggung jawab masalah cincin kamu ini.”

Sebenarnya untuk klien, sama saja mau siapapun yang melihat, intinya harus memberi sebuah penjelasan.

Sheila diam tidak bersuara, orang lain tidak tahu, ia dapat sedikit memprediksi, Anmei begitu berputar-putar, sebenarnya sudah mengetahui asli palsunya cincin itu, alasannya sekalian memberi cincin ke Rumi, hanya mencari orang yang bisa dilimpahkan tanggung jawab, dirinya sendiri malah bisa kabur dengan sangat bersih, sekalian juga mengangkat dirinya sendiri.

Triknya sangat brilian.

Sesuai dugaan, Rumi melihat sekilas cincin, lama sekali tidak berbicara.

Kalau mengakui cincinnya palsu, maka kerugian perusahaan mencaritahu tentang masalah ini itu bukan masalah yang terpenting, yang paling fatal itu reputasi perusahaan, kalau bilang asli, menyalahi hati nurani, ditambah jiga klien sepenuhnya bisa pergi menilainya di pusat penilaian permata, tidak bisa dipalsukan.

Jadi Rumi sangat kesulitan, ia melihat cincin, baru tahu kalau ia masuk ke lubang yang Anmei gali.

“Sudah dinilai belum? Cepat beri penjelasan!” klien sudah tidak sabar.

“Kalau tidak , laporkan masalah ini ke Presdir Weni saja.” masalah seperti ini bisa besar bisa kecil, harus lapor ke Weni untuk diurus, sayangnya ia tidak ada do kantor.

“Bisa telepon kan, disini bukannya ada orang dengan relasi kuat yang baru datang?” Anmei bicara sekali lagi memindahkan pusat perhatian ke Sheila.

Rumi mengosongkan tenggorokannya, memerintah asisten: “telepon Presdir Weni beritahu situasinya.”

Klien merebut kembali cincinnya sendiri dari tangan Rumi: “telepon, mau aku tunggu berapa lama lagi? Lagipula aku punya bukti bonnya, kalian kalau tidak sekarang beri aku kompensasi penyelesaian, kalau tidak aku pergi ke pusat penilaian permata dan menilai cincinnya.”

“Nyonya Li, masalh ini hanya bisa tunggu keputusan akhir Presdir Weni, meskipun pergi ke pusat penilaian permata, pada akhirnya juga harus melewati Presdir Weni, lebih baik kamu istirahat sebentar, tunggu di sini sebentar?”

“Aku juga sangat sibuk, kamu kira aku punya waktu untuk dibuang di sini bersama kalian?” Nyonya Li sama sekali tidak berencana memberi mereka waktu.

“Aku lihat cincinmu ini siapa yang tangani?” maksud Rumi minta Nyonya Li menunjukkan bon, di atasnya ada nama pengurusnya, Nyonya Li pada saat itu menyediakan permata koral, sebelum dibuat secara custom sudah jelas dinilai asli palsunya, kalau sekarang berubah jadi palsu, hanya ada 2 kemungkinan, satu itu pengurus diam-diam menukarnya, satu kemungkinan lainnya Nyonya Li menukarnya sendiri…

“Kak Rumi, aku.” Selen berdiri dengan gelisah: “aku menerima permatanya memberinya ke bagian proruksi bersamaan dengan naskah desainnya, aku tidak……”

“Nyonya Li, maaf masalah ini masih perlu Anda sabar tunggu sebentar……kita secepatnya akan mengurus untuk anda.”

“Aku sudah bilang aku tidak punya waktu! Aku mau kalian sekarang, segera, segera beri aku kompensasi yang sepadan.”

Bisa terlihat klien ini pembuat masalah yang mengesalkan, saat ini asisten bicara dengan suara rendah kepada Rumi: “Presdir Weni sedang buru-buru ke sini, paling cepat juga perlu 30 menit.”

“30 menit? Kamu tahu 30 menitku bisa melakukan berapa banyak hal? Lupakan saja aku melihat kalian juga tidak bisa menyelesaikan dengan baik, aku bawa sendiri ke pusat penilaian permata, pada saatnya nanti kalian tunggu dan lihat saja di media.” Nyonya Li bicaranya sangat mengancam, sama sekali tidak memberi kesempatan, selesai bicara mengeluarkan kotak brokat aksesori dari tasnya, mau memasukkan cincinnya.

“Boleh aku lihat cincinnya?” Sheila tiba-tiba bicara, membuat Nyonya Li terdiam sejenak.

“Kamu siapa? Anak baru? Kamu pikir kamu siapa?” barusan Nyonya Li dengar Anmei bilang kalau Sheila anak baru, melihat sekilas lagi, wajahnya penuh merendahkan, menurutnya wanita yang cantik, kebanyakan semua hanya enak dilihat bagai vas bunga saja.

“Nyonya Li, ia itu desainer yang barusan aku bilang turun dari langit, aku rasa kemampuannya pasti lebih hebat dari kita, ditambah lagi ia dipilih Presdir Weni kami, pasti dengan sangat cepat bisa membantu kamu menyelesaikannya.” Anmei mengenalkan dengan sangat intim untuk Nyonya Li.

Sheila tetap saja berekspresi bosan, ia tahu Anmei mengangkat Sheila ke tempat tinggi, tersenyum lagi melihat bagaimana Sheila jatuh.

“Sheila…” Rumi ingin menghentikannya, masalah ini akan menyulitkan siapapun yang terlibat.

“Kalaupun jatuh dari langit terus kenapa, aku maunya yang bisa membuat keputusan akhir, bisa memenuhi syarat kompensasiku, kamu bisa tidak? Kalau tidak bisa, jangan buang-buang waktu satu sama lain!”

Sederet tawa dengan suara rendah, sudah ada orang yang mulai menertawakan Sheila yang terlalu meninggikan dirinya.

Sheila berjalan mendekat, melihat sekilas cincinnya, berkata: “aku bisa kasih kamu kompensasi.”

“……” Nyonya Li terdiam dulu, segera setelahnya tertawa kencang: “hanya denganmu? Biaya kamu sendiri membuat cincin memangnya berapa? Hahaha, aku kasih tahu kamu saja, takutnya kamu seumur hidup, tidak bisa beli apapun.”

“Berapa?” Sheila bertanya dengan tenang.

Sheila bahkan sudah pernah melihat cincin 2 milyar, cincin ini tidak akan lebih dari 100 juta.

“40 juta.”

“Baik, kalau dari penilaiannya memang salah kita, aku sendiri akan memberi kamu kompensasi.”

“……”

Sikap Sheila yang acuh tak acuh, aura yang tisak terburu-buru membuat semua orang di tempat terbengong.

“Besar sekali bicaranya.”

Rumi menggunakan lengannya menyentuh Sheila, “meskipun 40 juta bukan angka yang begitu menakutkan orang, tapi kan tanpa alasan yang jelas…”

Sheila hanya tersenyum kecil saja pada Rumi, tidak bilang apa-apa apa.

Pada akhirnya tetap Anmei mengingatkan Nyonya Li: “kasih dia lihat sebentar saja, lagian kan Nyonya Li kamu juga tidak rugi apapun.”

Nyonya Li memonyongkan bibirnya: “aku atas dasar apa percaya ia bisa membayar? Jangan omong kosong lagi, kita bertemu di media!”

“Nyonya Li kenapa begitu buru-buru mau kompensasi, bahkan tidak bisa menunggu penilaian?” Sheila tiba-tiba bicara.

“Kalian yang efektivitas kerjanya terlalu rendah.”

“Kamu bahkan tidak memberi kesempatan kita untuk bekerja.”

“……”Nyonya Li tertohok kehabisan kata-kata, seperti merasa tersalahkan ia menjejalkan cincin ke dalam tangan Sheila: “lihat ya lihat saja, kalian sudah dengar, barusan ia bilang mau memberiku kompensasi 40juta.”

Sheila memegang cincinnya, mengambil sebuah kaca pembesar untuk permata dari asisten.

Yang diluar dugaan adalah ia tidak memperhatikan permatanya, malah melihat lingkaran cincinnya.

PLAK——

Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat, merebut cincinnya: “kamu sebenarnya bisa lihat tidak sih? Tidak bisa melihat ya jangan lihat.”

Cincin sudah tidak ada, Sheila terpaksa memainkan kaca pembesar di tangannya, tidak panik dan tidak terburu-buru saat berkata: “cincinnya diutak-atik orang.”

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu