Istri Direktur Kemarilah - Bab 162 Kamu Tidak Mati, Aku Juga Bisa Dengan Dia

Ketika Denis mendekat, dia baru menemukan bahwa orang yang bercelana ketat, sarung tangan kulit pelindung yang keren, kacamata pelindung transparan adalah Sheila. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa wanita bisa sangat keren juga.

Denis bertepuk tangan dengan kagum, "Ternyata kamu bisa menggunakan senjata juga?"

"Tidak!" Sheila menutup mata kanannya dan menarik pelatuknya. Benar saja, tembakan dia melenceng saat ini.

"Kamu ingin belajar?"

"Apakah ada hubungannya dengan kamu?"

Sheila tidak memperhatikannya lagi. Dia benar-benar ingin belajar. Dia tidak hanya ingin belajar, tetapi juga mau meningkatkan akurasi ketepatan dalam membidik sasaran dalam waktu singkat. Lebih baik bisa menembak ke arah jantung hanya dengan satu kali tembakan.

Denis tidak percaya kalau tidak ada keterikatan antara Sheila dan Tuan Huo. Dia telah memanggil kembali semua pengawal yang dia utus untuk mencari Sisi.

Itulah sebabnya kenapa dia harus pergi.

Karena Denis belum tentu bisa membantunya lagi, jadi dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

Berlatih senjata adalah untuk berharap jika suatu hari dia jatuh ke tangan Tuan Huo, jika dia memiliki kesempatan untuk mendapatkan pistol, dia tidak akan ragu untuk menembak tepat ke jantung Tuan Huo!

Sayangnya, Sheila sudah menembakkan seratus butir peluru, hanya lima yang tepat di jantung.

"Aku yang mengajarimu saja?"

Ketika Denis berbicara, dia berjalan ke arah Sheila, tetapi Sheila malah berbalik, dan moncong pistol diarahkan ke jantungnya Denis.

"Nyonya Muda!" Napas Jack tertahan. Apa yang Nyonya Muda lakukan?

"Kamu tidak perlu mengajariku! Pergi sana!"

Langkah Denis sedikit melambat, tetapi tidak berhenti, masih dengan pelan, langkah demi langkah menuju ke arahnya.

Klik….

Suara pistol ditekan.

"Pergi atau aku akan menembak!"

"Kamu tidak akan berani!" tawa Denis terdengar sedikit membesar: "Kamu berkeringat!"

Memang, tidak hanya dahinya, tetapi juga telapak tangannya Sheila berkeringat. Dia ingin mundur, tetapi dia tidak bisa. Kalau dia mundur menunjukkan bahwa dia bisa berkompromi. Bayangan Denis dan Yuna bergumul di tempat tidurnya, dan juga saat Yuna merobek-robek, bahkan jika dipaksakan, malah membuatnya sakit dan ingin muntah!

Sheila merasa sangat jijik sehingga dia tidak bisa membiarkan Denis mengambil setengah langkah lebih dekat dengannya.

Sheila dengan tenang dan tertawa dingin. Alih-alih mundur, dia malah bergerak maju. Moncong pistolnya berjarak kurang dari satu meter jauhnya dari jantung Denis sekarang.

"Seharusnya tidak perlu membidik lagi pada jarak sedekat ini. Kamu harusnya tahu kalau aku menarik pelatuk, peluru akan menembus jantungmu?"

"Jangan sembarangan, Nyonya Muda!" Jack berseru.

"Kamu sangat menginginkan aku mati?" Denis berhenti. Dia tidak takut kalau Sheila akan menembak, juga bukan karena dia bergerak maju, tetapi karena Denis melihat mata Sheila tidak lagi memiliki perasaan. Matanya sedingin es Kutub Utara.

"Ya, sampai terbawa mimpi malahan."

"Saat aku mati, kamu bisa bersama Tuan Huo tanpa merasa khawatir?"

"Kamu tidak mati, aku juga bisa dengan dia."

"…………..." mata Denis menjadi gelap, tertawa rendah, meskipun mengetahui bahwa wanita ini selalu keras kepala, tetapi jantungnya sempat terhenti oleh kalimat ini, mengangkat kakinya dan mengambil langkah maju: "Tembaklah!"

"Apakah kamu benar-benar berpikir aku tidak berani?"

Denis memandang pistolnya dari samping: "Ganti pistolnya!"

"Kamu!"

Denis meraih pistolnya, menarik pelatuk dua kali dan membukanya. "Buat apa pistol yang tidak ada pelurunya, aku akan gantikan pistol yang ada pelurunya buatmu!"

Sheila menatap Denis dengan ganas. Memang, dia telah menembakkan semua pelurunya tadi, jadi tidak ada peluru lagi di pistolnya sekarang.

"Tuan Muda ........" Jack sangat ragu. Dia takut kalau-kalau nyonya muda benar-benar menembak tuan mudanya.

Denis mengambil sebuah kotak kecil dari tangan Jack.

Ada sebuah pistol tangan warna perak dan halus di dalam kotak itu. Bentuknya sangat kecil dan bertekstur indah. Ukurannya sebesar gantungan kunci.

"……...." Apa dia sedang bercanda? Kasih dia sebuah pistol mainan?

Melihat ekspresi aneh Sheila, Jack menjelaskan, "Nyonya Muda, jangan meremehkan pistol ini. Ini pistol terkecil di dunia. Ini hanya 5,5 cm, tapi yang paling kuat di dunia. Kecepatan peluru mencapai 434 kilometer per jam dan jarak bidik dapat menjangkau 112 meter. Harga senjata sekecil ini adalah 6 miliar rupiah….... "

"Bisakah kamu menggunakannya? Perlu aku mengajarimu dulu?

Sheila segera mengarahkan kembali senjatanya ke arah Denis: "Artinya, jika aku menembakkan senjata yang begitu kuat ini, kamu akan langsung mati?"

Pandangan Denis terlihat mengerikan: "Jika kamu benar-benar ingin melakukannya, kamu bisa mencobanya!"

"Nyonya Muda, pistol ini bukan untuk main-main!" Jack sangat gugup dan berkeringat dingin, kemarin Sheila masih membalut luka tuan muda, kenapa sekarang langsung berubah menjadi orang yang tidak dikenalinya lagi?

"Aku juga tidak main-main!" Pistol Sheila bergetar tidak hanya di arahkan ke Denis, tetapi juga berputar mengarah ke Jack dan pengawalnya, membuat mereka semuanya takut dan mundur.

"Kamu tidak berani!" Denis dengan tegas berkata: "Kamu takut kehilangan aku, kamu tidak tega, makanya pistol tadi tidak ada pelurunya." Denis tidak marah karena dia mengarahkan pistolnya padanya, malah tersirat kegembiraan yang luar biasa di bibirnya.

Anehnya, Sheila yang mengkhianatinya, tetapi yang Denis peduli saat ini adalah apakah Sheila peduli padanya atau tidak.

Seolah-olah Denis akan memaafkan semua pengkhianatannya jika Sheila mengatakan dia peduli padanya.

"Tidak perlu mempermasalahkan apakah aku berani apa tidak, aku malah pikir kamu yang takut, jadi jangan banyak omong kosong!"

Denis tertawa rendah dan berkata, "Ayo bertaruh, bagaimana?"

Sheila mengangkat alisnya.

"Aku akan jadi sasaran tembakmu. Jika kamu bisa menembak tepat sasaran, kamu kasih tahu aku kenapa kamu mengambil kartu nama dengan Dokter Dodi?"

Selama Sheila mengatakan kepadanya bahwa dia ingin membuktikan bahwa Sheila masih miliknya, dan hanya miliknya seorang saja dari awal sampai akhir, dia akan membawa Sheila untuk menguji dirinya sendiri, dan jika kejujurannya dapat dideteksi, Denis tidak akan membiarkannya pergi dari sisinya!

Sheila memperhatikan kartu nama itu dengan seksama. Dia memang ingin membuktikan bahwa dia tidak bersalah dan mempertimbangkan apakah dia akan mengecek sperma di rumah sakit tersebut.

Sheila tahu bahwa Dokter Dodi pasti akan melapor ke Denis, tetapi dia tidak menyangka begitu cepat!

Sheila mengangguk dan berkata, "Oke."

"Aku akan mengajarimu cara menggunakannya dulu." Denis pergi ke belakangnya, dan bergegas mengangkat lengannya. "Senjata dan lengan berada dalam garis lurus dan tegak lurus dengan tubuh."

Jari Denis mengarahkan jari telunjuk Sheila, karena pistol itu terlalu kecil, tangannya Denis hanya bisa berada di luar: "Bagian diantara ibu jari dan jari telunjuk genggam erat di bagian gagang pistol, bidik dengan mata kanan, bidik ke bagian tengah berwarna merah di sasaran, pistol dalam garis lurus ke sasaran, lalu tarik pelatuk dengan jari telunjuk, mengerti? "

Sheila tidak menjawabnya. Denis sudah berjalan ke tengah sasaran tembak.

"Ayo."

Sheila memegang pistol dengan tangannya, tapi sekarang dia malah berharap pistolnya tidak ada peluru .......

Dia perlahan mengangkat tangannya yang memegang pistol, pistol yang sangat kecil, tapi beratnya seperti seribu kilogram.

Menuruti apa yang Denis ajarkan tadi, senjata dan lengan berada dalam garis lurus, mata kanan lurus, bidik dengan mata kanan, bidik ke bagian tengah berwarna merah di sasaran, mulai membidik, jari telunjuk di bagian pelatuk.....

Jika melihat dari dekat, bisa melihat tangannya gemetar.

"Nyonya Muda! jangan!" Terdengar suara Jack.

Keberanian yang hampir dia dapat ketika memgang pistol, tapi karena suara memohon dari Jack, tangan yang memegang pistol akhirnya terkulai.

Sheila tidak berani!

Sheila tidak berani menembaknya!

Karena merasa enggan!

"Kamu tidak berani?" Denis melangkah ke arahnya: "atau belum bisa?"

Dibawah sinar matahari yang mulai terbenam, bayangannya Denis membentang sangat panjang dan akhirnya tumpang tindih dengan bayangan miliknya.

"Perlu aku mengajarimu lagi?"

"Tidak usah!"

"Bang-!"

Denis tiba-tiba meraih tangan dan pistolnya dan melepaskan tembakan ke dadanya sendiri!

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu