Istri Direktur Kemarilah - Bab 212 Jika Sesuatu Terjadi Padanya, Akupun Juga Akan Mati!

Sheila mengigit bibirnya keras-keras, dalam hati tidak henti-hentinya berteriak berhenti, jangan kemari!

Akan tetapi, didetik-detik menegangkan ini, Sheila tidak dapat mengeluarkan sedikitpun suara untuk memprovokasi pasien.

Melihat Denis selangkah demi selangkah berjalan mendekat kearah Sheila, membuatnya merasa tiap langkah Denis seakan-akan menginjak hatinya.

Jangan!

Sheila menahan diri untuk tidak menangis, matanya menatap Denis dengan tajam, tatapan mereka saling bertukar ditengah udara, bagai sebuah perbincangan tanpa suara.

Jarak pandang mereka semakin dekat, dalam waktu singkat Dennis sudah berdiri didepannya.

Muka Sheila sangat pucat, Denis ingin berkata padanya jangan takut, tidak akan ada masalah. Tetapi pasien itu sudah sangat tidak sabar, dalam satu hentakan mendorong Sheila keluar dari situ dan sekejap mata pisau sudah melekat dibagian leher Denis.

Sheila tersandung saat didorong keluar, Jack dengan segera menangkapnya dan membantunya berdiri.

“Nyonya Muda Salim, apakah anda baik-baik saja?”

Sheila menggelengkan kepalanya, kembali melihat kebelakang dan ingin kembali kesana untuk menukarkan kembali Denis, akan tetapi Jack menahannya dan berkata: “Nyonya, masalah sudah mencapai titik ini, lebih baik jangan kembali lagi kedalam agar tidak membuat pasien semakin marah.”

Sheila tidak melanjutkan niatnya, tetapi dengan segera merebut papan data yang ada ditangan Jack, itu adalah data mengenai pasien yang didapat setelah ia menyuruh orang untuk menyelidiki.

Sheila mengembalikan data itu kepada Jack dan dengan segera kembali melihat ke arah pasien, dengan pelan berkata:

“Aku mohon padamu, jangan sakiti dia. Meskipun istrimu telah mengkhianatimu, kamu harus tetap memikir orang tua dan keluargamu, mereka semua membutuhkanmu. Mereka adalah orang-orang yang menjadi kekuatanmu dan pendukungmu disetiap waktu.

Seketika alam pikir Sheila tertumpuk dengan kejadian yang sama, ia teringat akan sebuah kejadian yang terjadi di masa lampau—

[秋娴! Jangan! Jangan melompat kebawah! Kamu harus memikirkan Sheila dan Sisi, mereka membutuhkanmu, mereka tidak dapat kehilangan dirimu! Kamu adalah pendukung yang paling mereka butuhkan, jika kamu mati, apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana mereka nantinya? ]

Sheila menggelengkan kepala perlahan, menarik alam pikirannya kembali ke dunia nyata.

Dengan suara pelan Sheila memohon kepada pasien, sebenarnya ia jarang memohon kepada orang lain, bahkan jika memohonpun sebagian besar ia bersikap angkuh. Kali ini, ia berusaha untuk tetap merendahkan suaranya dan mencoba untuk membujuk pasien itu.

“Orang tua, Hah, Orang tua ku sudah meninggal sejak lama.”

“Jika roh mereka di langit bisa melihat, mereka juga tidak berharap kamu seperti ini! Mereka telah mengorbankan segala pikiran dan waktu untuk dirimu, membesarkanmu hingga menjadi seorang yang mereka inginkan. Bahkan jika mereka saat ini telah tiada, kamu juga tidak ingin mereka kecewa kepadamu kan?”

“Jangan omong kosong! Aku tidak mau mendengarkannya! Kamu…… Jika kamu sekali lagi berbicara, aku tidak akan segan-segan lagi!”

“Jangan!” Sheila menarik nafas dalam-dalam: “Aku seorang ibu hamil, seorang calon ibu!”

Pasien itu sedikit menggerutkan keningnya: “Itu bukan urusanku!”

“Aku mohon padamu jangan sakiti ayah seorang anak……”

“Sheila……” Denis pertama kalinya melihat seorang Sheila memohon dengan perlahan dan emosi yang rendah kepada seseorang. Selama ada Denis, ia tidak perlu memohon kepada siapapun, Denis mengatupkan rahangnya dengan erat: “Jack, bawa Sheila pergi.”

Jack mengulurkan tangannya untuk menarik Sheila pergi, Sheila menggelengkap kepala dan menatapnya dengan tatapan yang tegas dan tajam: “Aku tidak akan pergi! Denis, aku tidak tahan gangguan, kamu mengetahuinya. Aku tidak mengijinkan kamu ada masalah apapun!”

Kata-kata telah diucapkan, tetapi dalam hati tetap tidak memiliki dasar, hanya berharap sekarang Denis tidak akan menyuruhkan epergi lagi, melainkan dapat membaca isi hatinya.

Denis: “……”

Dibelakang ada dokter, suster dan bodyguard dan didepan adalah Denis yang disandera oleh pasien, Sheila melanjutkan perkataanya: “Aku dengar istrimu meninggalkanmu!?”

Hanya karena kalimat ini, tangan pasien bergetar liar, pisaunya melukai leher Denis.

[Mulan Malena, ini bukan salahmu, kamu jangan membuat kesalahan orang lain sebagai alasan untuk menghukum diri sendiri]

Sheila tiba-tiba teringat akan kejadian yang sudah hampir hilang dari ingatan itu, sakit kepala menusuknya, iapun menggenggam tangannya dengan erat hingga membuat kuku-kuku jarinya menusuk telapak tangannya agar ia tersadar, perlahan berkata:

“Jelas-jelas semua itu adalah salah istrimu, kamu menggunakan kesalahan istrimu untuk menghukum diri sendiri, menghukum orang-orang yang tidak memiliki hubungan dengan ini, sedangkan istrimu saat ini melalui hari-harinya dengan baik. Menggunakan uangmu untuk menghidupi pria lain, tetapi kamu malah menempatkan diri dalam bahaya demi dirinya.”

“Jangan berbicara lagi! Jangan berbicara lagi!” Pasien terprovokasi, tanganya bergetar dengan tidak hentinya, Denis dengan tidak ragu-ragu menaikan tangannya yang satu untuk menahan dan mengepalkan tangan yang satunya, memukul bagian dahu dari pasien itu.

Pisau buah itu terjatuh, pasien dengan segera tersadar, berusaha untuk kembali memungut pisau tersebut, tetapi dengan sekuat tenaga ditendang Denis terbang jauh kearah luar. Dulunya, Denis pernah seorang diri dengan tangan kosong mengalahkan 4 orang bodyguard, seorang pasien bukanlah apa-apa untuknya.

Setelah beberapa usaha, pasien sudah berada dilantai tepat dibawah tekanan tangannya, pasien telah ditundukan, mulutnya tidak hentinya mengumpat-umpat: “Dasar wanita jalang! Ternyata memang tidak ada seorang wanita yang baik didunia ini! Mati kau wanita jalang, mati!”

Terdengar suara sirene polisi dari kejauhan, serangkaian derapan langkah tidak beraturan juga terdengar mendekati mereka, tidak lama kemudian, polisi membantu Denis mengendalikan pasien, dokter telah mempersiapkan suntikan penenang dan menyuntikkannya ke tubuh pasien. Nafas yang terengah-engah yang tidak beraturan perlahan-lahan menjadi tenang.

Tuan Muda Salim, maaf telah mengejutkan anda.” Kepala polisi yang muda itu meminta polisi untuk bekerja sama dengan dokter mengurung pasien kembali ke ruang pasien, sementara dirinya sendiri bercakap-cakap dengan Denis.

Denis sama sekali tidak menganggapnya, sebaliknya dia berjalan beberapa langkah kea rah Sheila, menyentuh pinggangnya dengan lengannya yang panjang dan mendekapnya kedalam pelukan: “Dasar wanita, taukah kamu betapa bahayanya situasi tadi? Menyuruhmu pergi mengapa tidak segera pergi?”

“Bagaimana aku dapat membantumu jika aku pergi?” Sheila dipeluk erat-erat oleh Denis, seakan-akan tidak dapat menghembuskan nafas, Sheila mendorongnya dan berkata: “Bukan hanya kamu yang dapat menyelamatkanku, aku juga dapat membantmu.”

“Diwaktu yang berikutnya jangan lagi seperti ini, mengerti?” Denis berbicara sambil mengulurkan tangannya ke arah luka Sheila dibagian leher.

Jack sudah membawa seorang suster untuk mengobati lukanya, lukanya tidak dalam, hanya memerlukan pengobatan dibagian luka dan menempelkan plester.

Sheila masih terdiam ketakutan, teringat akan kejadian yang menegangkan tadi, ia sangat takut jika tadi ia tidak berhasil membujuk dan akan menyebabkan kejadian yang terbalik dari situasi sekarang. Akan tetapi tidak tahu mengapa, seolah-olah dalam kegelapan, ingatan-ingatan tadi terus menariknya dan memberinya kekuatan.

Telepon genggam Denis tiba-tiba berbunyi.

Mata Denis yang menyorotkan perasaan bercampur-aduk sambil melihat kearah Sheila, pada akhirnya ia pun berjalan kesamping untuk mengangkat telpon.

Denis dengan sengaja mencari tempat yang jauh dari pendengaran Sheila, dengan pelan menjawab: “Halo.”

“Mengabaikan peringatanku, apakah kamu masih menganggap aku!?”

“Dia adalah istriku, perutnya mengandung anakku, sebagai seorang pria bahkan istri dan anak sendiri tidak mampu dilindungi, apakah pantas disebut seorang pria?”

“Dalam kamus seorang pria, tidak ada seorangpun yang cukup berharga untuk membuatmu melakukan hal ini, termasuk dirimu sendiri!”

“Jika sesuatu terjadi padanya, akupun juga akan mati!”

“Kamu tidak memiliki hak untuk mati, hidupmu adalah milik keluarga Salim! Jika kamu tidak berharap kehidupanmu yang bagai mimpi indah ini terganggu, kamu sebaiknya segera menarik kembali apa yang baru saja kamu katakan!”

“Apa yang kamu mau!

“Minggu depan, aku akan kembali ke negara A, ak rasa pada saat pertemuan kita yang selanjutnya, kita akan memiliki perbincangan yang menyenangkan.”

Denis mengencangkan tangannya yang menggenggam ponsel: “Sebelum ini, aku tidak mengijinkanmu untuk menggerakkan orangmu!”

Telepon dimatikan, Denis mengepalkan tangan memukul tembok dan menendang dengan keras kearah tembok.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu