Istri Direktur Kemarilah - Bab 41 Aku Alergi Semua Jenis Kacang

Bab 41 Aku Alergi Semua Jenis Kacang

Di atas langit , sebuah pesawat terbang menggores awan, meninggalkan jejak penerbangannya sendiri.

Di bawah langit biru, restoran udara terbuka itu dalam suasana hening.

Jika bukan karena Jack yang memindahkan wadah kaca itu dan menggerakkannya, dia pikir itu hanya lukisan yang indah.

Dalam lukisan itu, pria dengan penampilan paling menawan memegang wanita di lengannya, dan jari wanita itu ditekan di bibir pria itu, yang tetap dalam keadaan tak bergerak untuk waktu yang sangat lama.

Tidak tahu berapa lama kemudian, bibir pria itu masih tertutup rapat, Sheila tersenyum acuh tak acuh dan berkata, "Tidak bersedia?"

Alis Denis terangkat sedikit.

"Ya sudahlah kalau begitu." Ketika dia selesai, dia menarik kembali jarinya, tetapi tiba-tiba hatinya terkejut. Denis secara tak terduga menggunakan lidahnya yang lembut dan seksi itu mengisap darah merah di jarinya ke dalam mulutnya.

Jack menarik napas. Dia tidak bisa mempercayainya. Tuan Muda Denis bisa berbuat begitu.

Mata Leni terlihat penuh kejutan, Bukankah Nyonya Muda Salim telah menikah masuk ke keluarga Salim selama lebih dari tiga tahun, dan Tuan Muda Denis selalu bersembunyi dan menghindarinya seperti wabah?

Bukankah semua orang mengatakan mereka akan bercerai? Bagaimana ini bisa terjadi?

Tidak mungkin, mustahil! Bagaimana ini bisa terjadi?

"……...." Sheila juga mengalami saat-saat tidak responsif. Otaknya kosong dan seluruh tubuhnya tegang seperti batu. Apakah dia benar-benar ingin mensterilkannya dengan air liurnya?

Mata pria itu memandang Sheila, mulutnya mengisap dengan keras, jelas hanya untuk disinfeksi, mengapa malah membuat darahnya terasa mendidih dan panas, wajahnya seperti sedang dipanggang.

"Kamu gugup?"

"Tidak."

"Apa yang kamu pikirkan barusan?"

"Aku sedang berpikir untuk mengambil foto."

Denis meletakkan tangannya di pinggang wanita itu dengan sedikit lebih kuat: "Lagi?"

"Tidak usah." Dia tidak menoleh. Tangannya telah ditarik keluar dari mulutnya, tetapi tubuhnya tidak bisa melepaskan diri. Seluruh tubuhnya itu dalam keadaan kebingungan. Rasanya seperti ingin lari dari keadaan itu.

Awalnya, hanya ingin menggagalkan agresivitasnya dan kesombongannya, seperti yang aku inginkan semua, mengapa aku malah merasa bahwa aku telah kehilangan kontrol sepenuhnya?

Denis menyentuh dagunya, mengangkat wajahnya, memandang ekspresinya yang sedang terburu-buru itu dengan rasa puas, dan mencium bibirnya dengan cepat.

Kacau, suasana hati tambah kacau.

Dia sama sekali tidak mau membalas perasaan cinta kasih yang ditunjukkan pria ini.

"Kamu mau makan apa?"

"………...."

"Mana menu."

"Jangan terlalu repot." Sheila dengan cepat mengembalikan suara dan keadaannya: "Setiap hidangan aku mau makan."

Denis memandangnya dengan serius.

"Keberatan?"

Denis mengetuk jarinya dua kali dan memesan kepada Jack, "Sajikan makanan."

Ketika ada perintah menghidangkan makanan, Jack segera memerintahkan Leni bertugas menempatkan piring di atas meja dan mengaturnya.

Puluhan pelayan berbaris dari koridor menghidangkan makanan ke restoran terbuka itu.

Hidangan tersebut adalah semua jenis hidangan dari berbagai negara: Masakan China, Masakan Barat, Asia Tenggara ..........................

Leni hanya melayani sendirian, tak terhindarkan beberapa kali tangan dan kaki terlihat tergesa-gesa, sesudah meja panjang tersebut terisi dengan makanan, akhirnya selesai dihidangkan,tanpa sadar keringatnya sudah bercucuran.

Pada saat jeda waktu menghidangkan makanan ke meja makan,Denis memelototi Sheila secara diam-diam. Wanita ini pasti sengaja memesan semua hidangan.

Sheila sempat merasa tertegun. Dia tidak berpikir ada begitu banyak jenis makanan. Dia lihat saja sudah kenyang, apalagi begitu banyak. Bahkan jika dia makan per hidangan sedikit saja, dia tidak akan bisa mampu makan semua jenis makanan sebanyak itu .

Mengapa masih mau memesan begitu banyak?

Tentu saja, itu disengaja, walau tidak sengaja membuat Leni capek, tapi ...

"Aku tidak bisa menjangkau begitu banyak hidangan. Kamu bisa membantuku mengambilkan makanan itu." Sheila tahu bahwa Leni memandangnya tajam dan dia juga dengan berani membalasnya dengan tatapan yang lebih tajam.

Jack mengambil sumpit dan alat makan memberikan ke Leni.

Leni menggigit giginya dengan penuh kebencian. Mantan teman sekelasnya dulu, pada saat ini, berada dalam situasi yang berbeda, dan wanita jalang di depannya benar-benar menyuruh untuk melayani dia!

Gelombang penghinaan besar lainnya menyerangnya!

"Tunggu apalagi?" Sheila mengancamnya dengan tatapan matanya. “Di mana kesombongan dan kebanggaan kamu di kamar mandi barusan?”

Leni menggigit bibir bawahnya. Sheila adalah pemilik Hotel ini kelak. Dia masih memiliki karir yang panjang di Hotel Universal ini, jadi dia hanya bisa menahannya.

Hanya butuh sedetik, dan senyum menyanjung langsung terlihat di wajahnya:

"Nyonya Muda, apa yang ingin kamu makan?"

"Kenalkan satu-satu semua makanan ini."

"…………...." Wajah tersenyum Leni menegang dan pergi ke hidangan terjauh dan berkata, "Hidangan ini adalah Vietnam Shrimp, hidangan ini lumpia, hidangan ini ……….."

"Aku ingin tahu bahan-bahannya dan cara memasaknya."

"……...." Leni mengertakkan giginya dan menahannya. Ratusan hidangan sudah dingin setelah dia terangkan satu-satu dan tenggorokannya juga pasti kering dan serak, oke?

Tidak usah berpikir keras juga tahu jalang ini pasti sengaja!

"Jangan bilang kamu tidak bisa mengatakannya? Aku tidak menyangka karyawan Hotel Universal tidak profesional. "

Leni menggenggam tangannya dan mulai memperkenalkan: " Vietnam Shrimp ini dimasak dengan cara Kanton; menggunakan rempah-rempah andalan yang biasa digunakan dalam masakan Thailand, dibungkus dengan selada dan diremas dengan tangan, lalu menambahkan beberapa saus kedelai ..."

Puluhan hidangan sudah diperkenalkan, mulut mulai kering, Sheila bahkan tidak bilang ingin makan yang mana.

"Apa hidangan pertama yang kamu katakan tadi?"

"………...." Leni meremas alat jepit makanan itu dengan erat dan berkata dengan suara yang lembut, " Vietnam Shrimp!"

Sheila memandang Denis, yang dagunya bersandar di pundaknya, menyebabkannya sedikit sakit.

Sheila menurunkan pundaknya kebawah, menghindari dagunya dan bertanya, "Apa yang ingin kamu makan?"

"Aku akan makan apapun yang kamu makan." Denis sekali lagi mencoba menempelkan dagunya di bahunya, wanita itu memiliki rasa yang tidak bisa dia kendalikan dan kuasai.

"Apakah kamu yakin?"

Pria itu dengan rakus menyedot aroma tubuhnya dan menyenandungkan kata singkat dari tenggorokannya.

"Kalau begitu aku ingin ini, itu, dan kedua dari belakang, dan ini ..." Dia mendengar bahwa bahan-bahan makanan tadi dan ingat bahwa hidangan itu berisi bumbu yang sama, ada kecap kedelai.

Meskipun Leni sangat tidak puas, dia tetap tersenyum sopan. Dia mengambil piring perak dan mengambil pesanan Sheila: "Silakan makan."

Sheila mengambil sendok perak dan mengambil sedikit, dan menyerahkannya kepada Denis.

Denis menatapnya, dengan semacam mata yang bisa melihat setiap gerakannya.

"Apa yang salah? Apakah kamu tidak suka ini? aku akan menggantinya?"

"Aku alergi semua jenis kacang."

"Benarkah? Apakah itu mengandung kacang?” Sheila pura-pura terkejut. Tentu saja, dia tahu bahwa jika Denis alergi terhadap kacang, kalau makan sedikit saja akan ada bintik-bintik merah, dan jika itu serius, itu akan membuat dia koma.

"Setiap hidangan yang kamu pilih mengandung saus kedelai. Kamu ahli dalam memilihnya. Jangan bilang itu hanya kebetulan belaka."

"Itu kebetulan. Jika kamu tidak makan, aku akan meminta pelayan untuk mengganti yang lain."

"Ingin aku alergi?"

"Kamu terlalu banyak berpikir, kalau tidak mau makan, kamu bisa menolak, jika kamu berpikir orang terlalu licik, aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan lagi!”

“Kamu mau makan atau tidak?" Suara dangkal Sheila begitu impulsif sehingga hampir semua orang langsung disana tenang.

Tidak ada yang berani berteriak pada Denis.

Leni merasa ada tontonan menarik. Pria paling benci wanita meneriakinya di depan umum. Sikap rendah seperti itu lebih buruk daripada satu jari Yuna, cepat atau lambat pasti akan diusir.

Mata Denis sedikit menyipit, tetapi bukannya marah, dia mencubit pipinya Sheila dan berkata pada Leni, "Ambil semua sayuran yang mengandung kacang."

Suara itu berbalik ke dekat telinga Sheila dan berkata, "Sebelum hasil pemeriksaan kesehatan keluar, aku tidak akan membuat kesimpulan. kamu bisa menyuapi aku makan sekarang."

Dan menciumnya di akar telinganya.

Sheila berpikir bahwa Denis akan sangat marah, tetapi tanpa diduga begitu mudah untuk membiarkannya berbuat begitu.

Padahal, jika tidak dengan sengaja mengingatnya, maka begitu banyak hidangan dia tidak akan bisa mengingat hidangan mana yang mengandung kedelai.

Karena alasan ini, dia sengaja memesan semua hidangan di restoran, tetapi tidak ingin dia tahu siasatnya. Tanpa diduga,Denis bahkan ingat bahan masakan yang tadi dikenalkan.

Alasan mengapa dia meminta Leni untuk memperkenalkan bahan adalah karena dia ingin melihat hidangan mana yang mengandung produk kedelai, dan tidak disangka Denis bisa dengan mudah membaca siasatnya.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu