Istri Direktur Kemarilah - Bab 92 Apa Kamu Kira Ini Hanya Keahlian Wanita?

Ketika berada di dalam jas, tangan Denis tidak berhenti untuk meraba seluruh bagiannya, sedangkan setelah Denis melonggarkan pelukannya, Tangan kecil Sheila pun tidak mampu mendorong tangannya, tangan Denis tidak melemah sama sekali.

Tiba-tiba menyentuh bagian pribadi laki-laki yang panas membara, dia tertawa mengejek : “belum apa-apa sudah mengeras, kau senang padaku atau pada Nona Tiffany?

“ Coba sana pergi tanya sendiri?” Denis menghirup napas dalam-dalam setelah disentuh oleh wanita itu, tubuhnya seperti hanya bereaksi terhadap wanita itu saja…

“katanya dia lebih membutuhkan pelampiasan.” Selesai bicara dia mendorong Denis, lalu menaikkan resletingnya, mengambil dompet lalu menarik keluar kartu akses kamar.

Jack tahu kalau Tiffany sudah selesai memakai baju, dia membuka mata, malah melihat Nyonya muda mengeluarkan kartu akses, kartu akses ruangan presidential suite…

Apakah dia bermaksud mengundang Tuan muda ke kamar untuk istirahat?

Waah, tuan muda pasti sangat senang!

Membayangkan suasana yang penuh gairah, membuat Jack malu sendiri lalu minum air banyak-banyak…

Lalu tanpa disangka-sangka, Sheila malah melemparkan kartu akses itu ke atas meja, kebetulan dia sedang berjalan ke arah Tiffany, lalu berkata : “Tuan muda, selamat menikmati, aku tidak menemani ya!”

Ternyata dia mengeluarkan kartu akses tersebut untuk Tiffany.

Apakah ini yang disebut cinta lama bermurah hati karena sudah ada yang baru?

Tinju Denis mengepal erat, matanya memerah menatap Sheila dengan ganas.

“Nyonya muda mau kemana? Bukankah Tuan Muda mengundang anda untuk nonton acara final, lagipula acaranya juga belum mulai….”

Sheila bersiap mau pergi, tapi malah dihalangi oleh Jack.

Sheila tertawa dingin, ingin dia tinggal disini supaya nonton pertunjukan yah?

Jangan-jangan, mereka ingin dia menonton pertunjukan di kamar, bukannya nonton pertunjukan di panggung ya?

Sheila menghirup napas dalam-dalam :

“Aku ke toilet dulu.”

Hawa dalam ruangan tersebut terasa pengap, dia mau keluar hirup udara segar.

Dan kali ini tidak ada orang yang menghalanginya.

Hanya saja, sebelum menutup pintu samar-samar dia mendengar suara pecahan kaca.

Efek kedap suara di hotel ini benar-benar bagus, sejak keluar dari kamar, hanya dengan menutup pintu saja tidak terdengar suara apapun dari dalam.

Keluar dari ruangan yang penuh dengan bau alkohol tersebut, Sheila merasa kedua kakinya agak lemas.

Dia tahu kalau Denis sengaja membuatnya marah, tapi tetap saja dia merasa tidak nyaman.

Bagaimana dia bisa merasa tidak nyaman?

Apa karena hari ini Denis menyelamatkan dia dan terluka karenanya?

Dia geleng-geleng kepala sambil menebak sendiri dan tertawa.

Bagaimana dia melewati hari-hari selama 3 tahun ini, masih teringat jelas dalam benaknya, apabila dia mengulangi kesalahan yang sama sekali lagi, khawatir dia tidak akan mampu memandang dirinya sendiri.

Berjalan di koridor yang gelap, pandangannya menyapu sekeliling, banyak pajangan lukisan abstrak di dinding koridor, jalinan tubuh pria dan wanita yang saling bergelut tampak seperti lengkungan menimbulkan sudut pandang yang ambigu.

Isi tiap lukisan tersebut tidak sama, tetapi semuanya menampilkan rasa ambigu yang sama.

Saat ini, demi memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan, maka di koridor terkadang ada pelayan yang sedang berjalan, saat bertemu Sheila mereka begitu takjub, hampir saja menabrak dinding.

Sheila menarik sedikit roknya keatas, karena kalau terlalu panjang bisa terinjak, dari belakang terdengar suara langkah yang terburu-buru, dengan cepat, beberapa orang pelayan yang berjas hitam langsung menerjang ke arahnya….

“Cepat, kita pergi lihat kesana….” Pria yang berbicara itu sempat melirik Sheila sekilas, tatapannya terkejut tapi dengan cepat langsung melewatinya.

Sheila menyadari kalau mereka memegang senjata….

Kejadian seperti ini diibaratkan seperti ikan dan naga bercampur jadi satu, orang dengan status dan jabatan apapun ada, mulai dari yang kecil sampai orang kelas bawah, yang besar pun mulai dari orang yang memegang ekonomi dunia atau raja dunia politik pun ada.

Seorang pelayan memegang senjata, bisa dibilang sebuah pemandangan yang lumrah.

Bahkan langsung menyingkir dan memberikan mereka jalan…

Sheila juga tak peduli, dia berjalan meninggalkan toilet sambil mengangkat roknya.

Toilet kelas atas seperti ini penuh dengan wewangian aromaterapi.

Sesampainya dia di ruangan, semua orang sudah tidak ada, ruangan itu kosong, apa perasaan dia saja, atau ada yang tidak beres, rasanya ada hawa yang menyesakkan hati.

Tanpa berpikir panjang, dia membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba dia ditarik masuk oleh kekuatan yang sangat besar.

Sebuah tangan yang penuh tenaga membekap mulutnya, lalu dengan tenaganya yang kuat dia menangkap erat Sheila dari belakang.

“Jangan bersuara!” pria itu sengaja merendahkan suaranya.

Tangan kanan Sheila dipelintir dan ditahan di belakang punggungnya, badannya ditekan keatas dinding kayu, mulutnya dibekap erat-erat sampai tidak ada kesempatan untuk bersuara.

Ada aroma cairan pencuci tangan yang samar di tangannya, tapi tidak terlalu kuat.

Kenapa bisa begitu sial, tadi dia ingin keluar dari ruangan untuk menghirup udara segar, sudah terlepas dari mulut harimau, sekarang malah masuk ke lubang serigala.

Dari luar terdengar suara langkah kaki tak beraturan yang makin mendekat : “Cepat, pergi masuk dan cari!”

Sheila merasa pria yang membekapnya ini menambah tenaganya, orang-orang itu pasti sedang mencari pria ini.

Saat itu, suara langkah tersebut makin dekat, semakin dekat….

Tiba-tiba pria itu menodongkan senjatanya ke pinggang Sheila : “Teriaklah!”

Pegangan di mulutnya sudah di longgarkan, todongan senjata di pinggangnya membuat Sheila tak berani sembarangan bergerak, bahkan tubuhnya didorong dan ditahan ke pintu, dia sebisa mungkin berbicara dengan nada yang tenang dan suara yang rendah : “Teriak apa?”

“Teriaklah… ranjang!” suara pria itu sangat rendah, dia merasakan hawa panas di telinganya, dan kepalanya sekejap terasa kaku.

Teriak…. Ranjang?

Respon Sheila selanjutnya dia menggigit bibir bawahnya, pria ini ingin menggunakan cara tersebut untuk menyelamatkan diri?

“Tak bisa ya?” Suara pria itu agak bernada cabul, seakan-akan disaat kritis seperti ini malah bagi dia sudah seperti makanan sehari-hari, ujung pistolnya mulai diarahkan ke kepala Sheila : “Apakah perlu kubuktikan kalau pistol ini asli?”

Sheila jelas-jelas mengerti maksud perkataan pria itu, dia juga tahu pria itu tidak benar-benar ingin membunuhnya, tapi ingin dia berteriak… ‘ranjang’, dan itu benar-benar harus dilakukan, bukan berpura-pura

“Kau tidak takut kalau aku memanggil mereka masuk?” Wajah Sheila ditempelkan di dinding pintu, jadi dia tidak bisa melihat paras pria itu.

“memangnya kenapa? Paling tidak aku cukup bernasib baik, di akhirat ada wanita cantik yang menemani…” Benar-benar nada ucapannya sangat ringan, seperti pangeran yang suka menggoda wanita.

Itu berarti dia mau Sheila menemaninya mati, urat nadi Sheila semakin berdenyut karena ditodong pistol, sepertinya tidak ada jalan lain.

“Ahhh..” suara lenguhannya terdengar ala kadarnya.

“Kau tak punya pengalaman ya? Atau mau kubantu? Dengan senang hati…” Lelaki itu tertawa, nadanya jelas-jelas mempermainkan.

Sheila menjadi sangat canggung, di hadapan seorang pria asing, di kepalanya ada pistol, siapa yang bisa melakukannya?

“Kamu simpan dulu pistolnya, kalau kamu tidak ingin tertangkap, maka biarkan aku berkreasi sendiri!”

Pintu kamar mandinya sudah dikunci dari dalam, pria itu menuruti perkataan Sheila, pistolnya disimpan, bahkan juga melepaskan pegangannya.

Dengan cepat Sheila membalikkan badan, dan dia mendorong pria itu ke permukaan dinding seberangnya, lalu memutar tangan lelaki itu dan pistol sudah berada dalam genggamannya.

Dia mengarahkan pistol itu ke dada sang pria, dia baru sadar kalau baju lelaki itu sudah sobek, dan ada luka kena pisau yang tidak terlalu dalam, tapi posisinya di dekat jantung, dan lukanya dibalut dengan kain kasa, yang sekarang sudah merah karena rembesan darahnya, sepertinya lukanya baru saja didapat.

“Teriak!” Sheila menyuruh dengan suara rendah.

“Teriak apa?” Pria ini malah merasa sepertinya menarik, tidak disangka malah bertemu dengan kejutan yang tak disangka di toilet wanita.

“Ranjang!” Sheila menatap mata pria itu dengan garang : “Kenapa kau beranggapan… kalau ranjang itu hanya keahlian perempuan?”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu