Istri Direktur Kemarilah - Bab 160 Selamat Untukmu

Di tangan Sheila, Denis yang menggambarkan sebuah cincin untuk Sheila, ternyata sudah di cuci oleh Sheila.

Dan perlahan cincin Denis juga mulai memudar.

Dengan menggunakan alkohol untuk membersihkan luka, dan saat luka itu siap untuk diperban, sebuah pulpen diberikan kepadanya.

“Gambar sekali lagi.”

Sheila menggelengkan kepala, “Sudahlah, kalau waktu berlalu juga warnanya akan memudar lagi.”

Menulis dengan pulpen ini sepertinya tidak benar, bagaimana kalau kamu menulisnya lebih banyak lagi?

Jika kita memang ditakdirkan untuk tidak saling memiliki, maka dengan usaha apapun sepertinya tidak akan berhasil?

Sheila dengan cepat membungkus lukanya dengan kain kasa putih yang tebal, kali ini dia membungkusnya dengan agak kuat, seharusnya tidak mudah terbuka lagi.

Melihat pulpen itu masih berada di tangan Denis yang satunya lagi, Sheila mengambil pulpen itu darinya lalu menggunakan pulpen itu untuk menggambar pada kain kasa putihnya itu.

Nafas Denis perlahan – lahan terasa melamban, Sheila menggambarkan sebuah hati.

“Mengapa menggambarkan sebuah hati?”

Karena suka, Sheila tidak pernah mengatakan bahwa dia sebenarnya menyukai Denis, tetapi sekarang ia mengatakannya juga sudah tidak ada gunanya lagi, didalam hatinya, sebenarnya dia telah memberi hatinya kepada Denis sejak awal, tetapi sekarang Sheila perlahan – lahan mengambilnya lagi.

“Bahagia” Sheila memberikan senyuman yang tipis : “Aku berharap kamu tiap harinya bisa bahagia.”

Denis tersenyum pahit, bahkan jika Sheila mengkhianati dia dari belakang, Denis tidak bisa membenci Sheila bagaimana pun caranya, dia bahkan menjadi cemburu dan menjadi gila sampai ingin membunuhnya, tapi dia mendapati dirinya sangat enggan.

Denis sempat berpikir tanpa Sheila, dia akan hidup seperti berada di neraka.

Tiba – tiba Denis menarik Sheila kedalam pelukannya, seperti membenamkan kedalam tubuhnya, membiarkan dia mendengar detak jantung Denis, tidak tahu berapa lama, akhirnya Denis melepaskannya : “Dalam tiga hari, hubungan kita tidak akan ada lagi.”

Setelah dia menyelesaikan ucapannya, dia membalikan badannya dan pergi meninggalkannya.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang dan membereskan kamarnya, ini sebenarnya adalah kamar Sheila, tetapi kamar ini pernah digunakan bersama Sheila dengan Denis dulu, sekarang dia berada di kamar ini sebentar saja sudah terasa sesak.

Dia mengemas beberapa bajunya dan memilih sebuah kamar yang tidak dekat dengan Denis.

Tiga hari, dia masih memiliki waktu tiga hari untuk mempersiapkan Denis hadiah.

Sheila membuka HP nya, mencari – cari hadiah di internet, mempertimbangkan hadiah yang akan dia berikan yang pastinya hadiahnya yang lebih spesial dan yang lebih bisa memperlihatkan hatinya.

Setelah membolak – balikan halaman di internet sekian lama, akhirnya Dodi keluar dengan membawakan kotak berisi obat – obatan.

“Nyonya, Tuan muda menyuruh aku untuk mengecek kesehatan nyonya.”

“Mengecek kesehatan? Tubuhku tidak perlu untuk dicek kesehatan.”

“Tuan muda bilang nyonya belakangan ini memiliki mood yang berubah – ubah, takutnya akan berakibat buruk bagi janin….”

Sheila dengan kuat menggigit bibirnya, Denis mengatakan padanya bahwa anak dalam perut ini bukanlah anaknya…

Tetapi sangat susah untuk membayangkan seorang laki – laki yang sangat kuat rasa posesifnya, dapat mentolelir anak dari perut ini adalah anak dari laki – laki lain, dan bahkan mengutus Dodi untuk mengeceknya langsung….

Sheila duduk dengan diam.

“Dokter Dodi, apakah nadi yang kemarin anda dengarkan di rumah sakit adalah benar nadi kebahagiaan?” Dia selalu ingin bertanya kepadanya tetapi tidak pernah mendapatkan kesempatan.

Dokter Dodi meletakkan kotak obat – obatannya, mengeluarkan alat untuk mengukur denyut nadi sambil berkata, “Suara nadinya dapat didengar, tetapi tidak dapat dipastikan seratus persen, dan lagipula waktunya terlalu singkat, tidak bisa dipastikan dengan pasti.”

Ternyata dia tidak cukup membantu Sheila, setelah Dodi mengukur denyut nadinya dia dapat merasakan nadi yang bahagia tetapi dia tidak dapat memastikannya.

Sheila menganggukan kepala lalu memberikan tangannya kepada Dodi untuk dicek nadinya.

“Tidak ada hal yang serius, hanya perlu diingat bahwa mood yang terlalu mudah berubah – ubah bukanlah masalah yang besar, hanya saja tetaplah jaga pikiran agar jangan terlalu banyak beban.

Sheila menarik kembali tangannya, lalu terpikirkan olehnya, sambil bertanya : “Apakah janin ini membutuhkan sebelas minggu baru bisa terbentuk DNA nya? Apakah tidak bisa dipercepat?”

Dodi menggelengkan kepalanya, yang berarti tidak memberikan Sheila sedikit pun harapan.

Sheila pun larut dalam pikirannya, sebelum dia pergi, menurutnya masalah harus diselesaikan dengan cara yang jelas.

“Kalau begitu, apakah kamu punya cara atau metode untuk mengetahui perempuan ada berapa patner seksual?”

Menurut Sheila, teknologi kedokteran sekarang sudah sangat canggih, seharusnya bisa untuk mengetahui apakah seseorang masih perawan atau tidak, lalu bisa juga mengetahui dia sudah melakukannya dengan beberapa pria lain.

Apakah dengan ini bisa membuktikan dia tidak ada hubungannya dengan Regen Huo?

Dodi mengerutkan keningnya dan memutar otaknya mencari informasi yang ada, lalu dia mengeluarkan sebuah kartu nama sebuah rumah sakit : “Kamu boleh pergi ke rumah sakit ini untuk berkonsultasi.”

Sheila dengan hati – hati menerima kartu nama itu.

Lalu kemudian, diluar pintu terdengar suara orang merintih meminta pengampunan : “Tuan, tolong ampuni aku ! Bukan aku, benar bukan aku yang melakukannya, aku hanya bertanggung jawab di dapur, jadi masalah selain itu aku tidak tahu apa – apa, bagaimana bisa masalah ini menjadi masalah bagian dapur?”

Kamar Sheila berada di lantai dua, dia bersandar pada tiang di depannya dan melihat kebawah. Seorang yang memakai baju warna putih yang adalah seorang koki dari dapur bersujud pada Denis. “Aku selalu melakukan tugasku, tetapi sebelumnya aku tidak pernah tahu soal obat afrodisiak ini, aku dirugikan disini….”

“Dan lagipula saat aku mencicipi makanan itu, tidak ada yang salah dengan makanan itu! Aku seorang perempuan yang sudah tua seperti ini juga untuk apa aku melakukan hal seperti itu? Apakah aku sudah gila, bagaimana mungkin aku berani? Tuan aku sungguh telah difitnah, tolong ampuni aku tuan….”

“Kamu jelas berani, dan kamu juga jelas sudah gila.” Suara Denis berubah menjadi lebih dingin seperti di penjara, dan dia memerintahkan : “Bawa dia ke rumah sakit jiwa!”

“Tuan…, tolong jangan, tuan…”

Koki itu ditarik keluar dengan paksa, dan suara tangisannya seperti merobek tenggorokannya.

Sheila menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya bahwa masalah ini orang dapur yang membuatnya, malahan dia sangat curiga dengan Yuna, kenapa tiba – tiba dia ada disini.

Lalu terdengar ada suara serangan rasa sakit di kamar sebelah.

“ahh---kamu lebih pelan sedikit!”

“Nyonya Yuna, kamu tahan sedikit, semua lukanya kebuka lagi, tuan muda juga terlalu menggunakan tenaga, bagaimana bisa lukanya ada dimana – mana….”

“Kakak Denis juga tidak ada pilihan lain, dia juga tidak tahu siapa yang menaruh obatnya, tetapi reaksi dari obatnya juga sudah terlalu hebat…”

Terlalu hebat sampai akhirnya dia pingsan….

Teringat dengan kejadian tadi sore, muka Yuna menjadi bermekaran warna merah, kakak Denis memiliki satu keunikan yaitu, saat melakukan hal itu, dia suka menggunakan bantal untuk menutupi muka Yuna, sampai – sampai itu membuatnya sangat susah untuk bernafas.

“Nyonya muda…”

Pelayan rumah yang berpapasan dengan Sheila dengan segera membungkuk dan memberi sapaan.

“Kak Sheila” suara Yuna yang berasal dari pintu kamar itu yang terbuka, dengan maksud untuk membiarkannya lewat, dengan maksud juga untuk menunjukkan mukanya kepada Sheila.

Sheila melewatinya dengan tenang dan menemukan Yuna yang terbaring di ranjangnya dengan kaki terbuka lebar. Pelayan itu dengan hati – hati mengoleskan obat di area privasi Yuna.

“Pada sore tadi kakak Denis menuruti apa yang aku mau lakukan, lalu seisi tempat ini terasa seperti gempa.”

Sangat jelas sekali, apa yang Yuna mau tunjukan sangat mudah terbaca.

“Terus, apakah aku harus bilang ‘kamu telah bekerja keras’ begitu?” Sheila menatapnya, dengan tangan di sekeliling pintu dan dengan muka yang tidak berekspresi sedikit pun.

“Tidak bekerja keras, siapa yang membuat kakak Sheila hamil?” Yuna mengangkat alis matanya sambil berkata, lalu matanya sengaja melihat kearah perut Sheila lalu berkata lagi, “Kakak Sheila mengapa hari ini kamu dengan kakak Denis bertengkar lagi? Sepertinya karena pembicaraan tentang anak dalam kandunganmu ya…. Coba kakak Sheila pikir bagaimana jadinya kalau tuan muda tahu soal kejadian tadi sore, dia bisa berpikir seperti apa?”

“Kamu pikir aku akan takut?”

Meskipun tidak takut, namun masalah ini cukup besar, tuan muda pasti akan tahu, Sheila yang masih tinggal disini sangat tidak masuk akal.

Jadi dengan melepaskan Denis, adalah keputusan yang paling bagus yang dibuat oleh Sheila.

“Tidak peduli kamu takut atau tidak, itu akan menjadi faktanya, dan benar saja, kata kakak Denis, dia akan membawaku ke rumah sakit untuk pemeriksaan, kalau aku hamil, maka akan membiarkan aku untuk melahirkannya.”

“…….” Sekujur tubuh Sheila, dia dapat merasa darahnya yang mengalir dan terasa sangat panas, lalu dia dengan suara dan tawa yang dingin : “Selamat untukmu.”

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu