Istri Direktur Kemarilah - Bab 122 Apakah Dia Berpikir Melepaskanku? (2)

Hati Sheila yang tadinya tegang sudah sedikit longgar, setelah menyelesaikan masalah menyelamatkan Sisi. Kemudian dia teringat sesuatu, dia berkata sambil tersenyum: "Oh Iya, aku ingat bahwa Nona Karina mengatakannya tadi. Jika diketahui siapa yang melakukannya, maka akan dikeluarkan dari Keluarga Wijaya dan memutuskan hubungan dengan Keluarga Wijaya, apakah itu masih ditepati? "

Karina memegang perutnya: "Aduh, perutku."

“Panggil ambulans.” Harry sangat gugup dan cepat-cepat meminta bawahan untuk memanggil ambulans.

“masih belum berdarah, mau panggil ambulans untuk apa?” Sheila menatap Karina: “Jika kamu benar-benar tidak enggan terhadap keluarga Wijaya, bukankah masih ada satu pilihan lagi?”

Karina memutar wajahnya, mendengar masih ada pilihan, dia menyimpan suaranya: "Pilihan apa?"

"Tuan Salim mengatakan untuk membawamu berenang satu putaran di danau."

"... !!!"

"Sheila, lupakan, ibumu masih hamil, hormati ayahmu, lepaskan dia?"

"Lepaskan dia? Apakah dia berpikir melepaskanku?"

"Apa yang mau kamu lakukan?"

Sheila tidak berbicara, tetapi tiba-tiba berjalan ke arah Suni: "Nyonya Karina sedang hamil, memang tidak pantas untuk dihukum, tetapi, bukankah ada seseorang lagi yang berkontribusi dalam masalah ini?"

Suni dilihatnya sampai badan mendingin, sejak kapan wanita itu menjadi begitu berdarah dingin?

Dingin sampai dia hanya bisa mundur terus.

Sheila melangkah maju, dia melangkah mundur: "Sheila, aku benar-benar hanya ingin tahu, aku tidak ingin mengirimkan foto tersebut ..."

"Sangat gugup?" gaun hijau muda Sheila yang mengepel lantai. Berdiri di depan Suni dan setengah kepala lebih tinggi darinya. Dia menatap Suni dalam sekejap mata: "Jika satu putaran Nona Karina, kamu yang menggantikannya untuk berenang, maka Nona Karina akan dilepaskan. "

"Aku tidak! Aku tidak ingin menggantikannya!" Suni menggelengkan kepalanya tanpa berpikir, tingkat kekuatannya seperti mainan drum rattle: "Dia bisa berenang sendiri!"

"Dia adalah ibu kandungmu."

"Bagaimana dengan ibu kandung, mengapa tidak membiarkannya berenang untukku?"

Karina: "...!"

Sheila tersenyum dengan ironis: "Benar-benar melihat hati manusia dalam kesulitan, Nona Karina, bagaimana suasana hatinya?"

"Sheila Wijaya, kamu jangan mengadu domba dalam hal ini!" Yang berbicara adalah Seli, orang yang paling pintar mengadu domba di keluarga Wijaya ...

“Benar juga, kamu mengingatkanku, sekarang bukan saatnya untuk mengadu domba.” Sheila mengangguk kepala dengan serius. Dulu ketika dia berada di Keluarga Wijaya, apakah dia masih kurang dalam mengadu domba?

Menguncinya di gudang dan mengatakan kepada ayahnya bahwa dia berada di luar semalaman, dia merampok semua uang sakunya, membeli banyak barang mewah, dan mengatakan kepada ayahnya bahwa dia serakah atas kesombongan materialistik...

Ketidaksukaan ayah terhadapnya juga terakumulasi sejak saat itu.

Mengingat masa lalu, mata Sheila melihat Suni menjadi tajam: "Sekarang adalah waktunya kamu memilih, keluar dari Keluarga Wijaya, atau berenang dua putaran?"

"Aku tidak akan meninggalkan keluarga Wijaya! Kamu sudah menjadi air kotor yang ditumpahkan oleh keluarga Wijaya. Atas dasar apa kamu mengurus masalah keluarga Wijaya? Kualifikasi apa yang bisa memintaku untuk meninggalkan keluarga Wijaya?"

Air kotor?

Wajah Denis seketika dingin seperti neraka yang terlihat membunuh, dan segala sesuatu di sekitarnya tampak dibekukan olehnya.

“Bawa dia keluar dan buang ke danau!” Denis memerintah dengan dingin dan tegas, kedua pengawal itu masing-masing dengan satu tangan dan menarik Suni keluar.

"Tunggu! Tuan Salim ... Kamu dengarkan aku—" Suni menyadari bahwa dia akan dibuang untuk diberi makan ke buaya, dan dia buru-buru berteriak: "Tuan Salim, aku memberikan kamu sesuatu, ini tentang Sheila. ! "

Sheila: "...!"

Punggung yang dingin itu tiba-tiba sadar kembali, dengan penuh keagungan dan mengerikan dia katakan: "Bawa ke sini."