Istri Direktur Kemarilah - Bab 87 Tatapan Matanya Seperti Orang Asing

Sheila duduk di dekat jendela kamar, diluar hujan deras terus menerus, butiran hujan sebesar kacang membentur permukaan kaca jendela, menciptakan suara berisik yang membuat orang gusar.

Yang ada dikepalanya hanyalah pikiran ingin bertemu dengan Kenny, bisa jadi dia sedang bersama dengan nenek Lan, lagipula pengawal Kenny yang sebelumnya yang menjaga nenek Lan, juga sudah diganti.

Dan pengawal yang baru sama sekali tidak bisa dihubungi.

Dia hanya berharap kalau Kenny tahu dia telah dibawa pergi oleh Denis, lalu Kenny berusaha menghubunginya.

Handphonenya ternyata tidak bisa menelepon keluar, tapi bisa menerima sms/telepon.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar, lalu Jack memanggil : “Nyonya muda, tuan muda menyuruh anda turun untuk makan.”

Dia melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata waktu berlalu begitu cepat, sudah waktunya makan siang.

Sebenarnya, karena dia tidak bisa menghubungi Kenny dia jadi tidak nafsu makan, namun dia akhirnya turun dari balkon dan memanggil Jack.

Dia membuka pintu, Jack menunggu di hadapannya : “Nyonya muda, apakah anda memanggil saya?”

Tangannya memegang gagang pintu erat-erat : “Pinjam handphonemu, aku mau telepon.”

Jack ragu-ragu, karena perintah Tuan Muda Denis, handphonenya tidak boleh dipinjamkan ke orang lain.

Di kediaman keluarga Salim, seluruh pengawal tidak diperbolehkan membawa handphone, alat komunikasi yang diperbolehkan hanyalah telepon internal, handphonenya hanya dipergunakan supaya mudah berkomunikasi dengan dunia luar.

Jack mengerutkan alisnya, akhirnya dia mengeluarkan handphone dari sakunya dan diberikan ke Sheila.

Sheila tidak menduga kalau Jack benar-benar meminjamkan handphonenya, karena dia hanya berniat menggoda saja, sekedar mencari tahu apakah Jack tahu tentang Kenny.

Dan Jack dengan begitu mudahnya meminjamkan handphone, ini berarti …

Kenny biasanya selalu online 24 jam, apalagi kalau sudah janji dengan dia, tidak mungkin dia mematikan handphonenya.

Kemudian Sheila menyalakan handphone dan menekan nomor, sebelum Jack meminjamkan handphonenya dia sudah bisa menebak, raut wajahnya agak suram, sambil membuka pintu dia bertanya :

“Apakah anda mau menelepon Dokter Kenny?”

Sheila tidak kaget mendengar pertanyaan Jack, dia sudah memperkirakannya : “Kau tahu dia dimana?”

Perbuatan Kenny yang memindahkan nenek Lan begitu jelas terlihat, Denis tidak mungkin tidak mengetahui hal tersebut.

Ditambah lagi dengan karakternya yang agresif dan posesif, tidak mungkin dia melepaskan Kenny, hatinya seperti dicabik-cabik.

Wajahnya yang pucat menatap Jack, tubuhnya yang lemas bersandar ke pintu, teringat Denis yang memperlakukan Dokter Kenny dengan agresif, lututnya terasa lemas hampir tak kuat berdiri.

Dia cukup berani, tapi dia lebih takut kalau orang disampingnya terluka karena dia.

Jack mulai tertarik, pelan-pelan dia menyusun sebuah kalimat : “Tuan muda beranggapan Dokter Kenny ikut bertanggung jawab atas kaburnya nyonya muda kali ini, pada saat itu langsung menghubungi keluarga dokter Kenny…”

Jack sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya, dia tahu Nyonya muda ini cerdas, hal selanjutnya dia bisa mengaitkannya sendiri.

Dada Sheila pelan-pelan terasa lebih lega, akhirnya bisa mendengar sedikit info tentang keluarga Kenny, didikan keluarganya sangat ketat, mereka menetapkan standar yang tinggi untuk Kenny, ditambah kali ini ada campur tangan Denis, dan Kenny pasti dibawa pergi oleh keluarganya, handphonenya juga tidak bisa dihubungi, sepertinya ini masih masuk akal.

Selama bukan Denis sendiri yang turun tangan terhadap Kenny, setidaknya Sheila bisa merasa sedikit lega, dia langsung berdiri tegak : “lalu, nenek Lan bagaimana?”

“Nenek Lan sudah kembali ke rumah sakit, kondisinya cukup stabil.”

Sheila mengangguk, lalu mengembalikan handphone Jack.

Sementara itu, di restoran berputar.

Terletak di lantai paling atas, lantai restoran itu memiliki rel yang bisa bergerak, jadi restoran tersebut bisa berputar 360 derajat, bisa menikmati makanan lezat sambil menikmati pemandangan di luar jendela.

Desain interiornya bergaya Perancis, hangat dan romantis.

Selain makanan, kudapan dan minuman hangat ala Perancis, yang menjadi keunikannya adalah para pelayannya.

Semuanya adalah gadis Perancis yang cantik-cantik, tubuhnya seksi, dan tubuh mereka berbalut bikini dari bahan Suede, dengan renda putih di tepinya, benar-benar seksi dan menggoda.

Dari kejauhan, bisa dilihat kalau tempat terbaik di restoran itu adalah tempat duduk dekat jendela, para pelayan gadis Perancis berjalan sambil mengangkat bokongnya tinggi-tinggi, dan membusungkan dadanya sambil melihat tentara Inggris yang sedang memesan makanan.

Terkadang dia menggoda dengan mengibaskan rambut pirangnya yang panjang, terkadang sengaja membungkukkan pinggangnya, melalukan gerakan menggoda.

Tetapi lelaki itu malah menatap lekat buku menu, memesan makanan lalu tanpa ekspresi mengembalikan buku menu, menatap Jack, dan Jack segera menghampiri, lalu memberikan beberapa lembar uang tips kepada gadis pelayan itu.

Mata gadis pelayan itu berbinar melihat uang tips yang diberikan, bertahun-tahun bekerja disini, baru kali ini dia mendapatkan uang tips yang banyak.

Dengan gembira gadis itu mengambil uang tips dari tangan Jack, lalu dia memberikan Jack sebuah ciuman di pipinya, bekas lipstick yang merah tercetak di pipinya.

Jack sedikit terpana, lalu dengan sungkan dia mengeluarkan sapu tangan dan dengan cepat mengelap bekas ciuman itu, raut wajahnya sungguh lucu.

Sheila diam-diam tertawa, Jack sungguh terlihat belum berpengalaman, jangan-jangan ini adalah pengalaman pertamanya?

Denis duduk di seberang, tangannya memainkan korek api berwarna perak, dilihat lebih jelas ternyata kulit kuku jarinya memerah dan kulitnya terkelupas.

Sheila melihat jari tangan Denis yang terluka, tapi lelaki itu malah tidak menghiraukannya dan balas menatap, tatapannya begitu dingin, sedingin kutub utara.

Tatapan mata terhadapnya sudah seperti orang asing.

Bahkan tidak berbicara sepatah kata pun.

Sheila hanya bisa mengalihkan pandangannya, dan pandangannya jatuh ke meja sebelah.

Beberapa gadis yang kepo sedang memandangi mereka, seperti melihat drama yang menarik.

Terutama Tiffany, ketika mereka datang kesini untuk makan kemudian melihat Denis, dia sengaja memilih tempat yang paling dekat dengannya.

Denis melihat arah pandangan Sheila, menganggap mereka seperti tidak ada.

Justru gadis-gadis itu yang terkejut lalu membalikkan badan, mereka saling bergumam karena telah dilirik oleh lelaki ganteng, satu per satu wajah mereka memerah.

“Oh Tuhan, dia sedang melihatku.” Suara wanita itu dilembut-lembutkan, dan raut wajahnya juga dibuat manis,

“Ah mana ada, jelas-jelas dia sedang melihatku.”

“Tuan muda, apakah anda mau kosongkan tempat ini?” Jack melihat sang tuan muda mulai mengerutkan alis, tuan mudanya ini tidak suka keramaian, terutama tempat yang banyak wanitanya, jadi biasanya di semua tempat yang mereka kunjungi pasti dikosongkan terlebih dahulu.

Denis mengangkat tangan untuk memutuskan perkataan Jack : “Antarkan aku sebotol anggur merah yang paling mahal.”

“……”

Jack tertegun, dia mengira dirinya salah dengar, Tuan muda bukan hanya tidak minta kosongkan tempat tapi malah minta anggur merah?

Respon berikutnya adalah dia melirik kearah Nyonya muda, tapi wajahnya datar, tidak terbaca ekspresi apapun.

Di hadapan dia, suaminya sendiri memesankan untuk gadis lain.

Meskipun ragu, tapi Jack tetap berjalan menghampiri meja Tiffany : “Nona-nona, ini adalah anggur yang disuguhkan oleh Tuan Muda kami, silakan menikmati.”

“Louis ke-13 LE MATHUSALEM? Oh Tuhan, ini adalah edisi terbatas!”

“Mahal banget ya?”

“Yang ada di pasaran harganya 1,2 milyar lho, kalau edisi terbatas ini, punya uang pun belum tentu kamu bisa mendapatkannya.” Wanita itu membelalakkan matanya melihat botol anggur yang berkilauan ditimpa cahaya : “ Aku ingin tahu pria yang memberikan anggur ini, apakah dia ingin salah satu diantara kita bersulang ke dia?”

“Sudah pasti aku, barusan dia yang melirikku.”

“Jelas-jelas aku, kalau tidak percaya kalian lihat sini.” Selesai bicara, wanita itu mengangkat gelas anggurnya, lalu berjalan berlenggak-lenggok ke mejanya Denis.

“Tuan Muda Salim, saya adalah penerus usaha Group Neimi, Sora Neimi, terima kasih atas anggurnya.” Selesai bicara dia bersulang ke Denis.

Denis memainkan gelas anggur ditangannya, tangannya bergetar tak tentu arah, dia sama sekali tidak melihat gadis yang datang bersulang, malah memandangi Sheila.

Sheila menaruh pisau dan garpu yang dipegangnya, meskipun bisa dibilang ini adalah tontonan yang menarik.

Dia tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Denis, meskipun mereka masih belum menanda tangani surat cerai, apakah dia bisa mengendalikan Denis? Bukankah perbandingannya adalah Yuna Sinai?

Sora dengan sungkan mengangkat gelasnya, anggur di dalamnya bergoyang-goyang.

‘Ting’, bunyi gelas anggur yang berdentang, Denis bersulang pelan-pelan, lalu tersenyum ringan : “Tidak apa-apa.”

Wanita itu sangat senang, Tuan Muda Salim bukan hanya mau bersulang dengannya, bahkan juga tersenyum…

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu