Istri Direktur Kemarilah - Bab 197 Senyum Wanita Itu Penuh Makna

Pria ini habis mandi, poni keriting berwarna pirang masih meneteskan air. Air mengalir ke pipinya yang indah, meninggalkan bekas air pada otot-otot dadanya yang seksi dan kuat, mengikuti aliran tetesan air itu, melihat ke bawah ……...

"Aduh ... Aduh ... Aduh ... Kamu ... Kamu ... oh ...

Mulutnya Sisi ditutupi oleh sebuah telapak tangan besar: "diam!"

Suara pria yang indah ini, walau berat, namun enak didengar bahkan mikroba di udara saja bisa terpesona.

"Kenapa kamu tidak pakai baju ..."

"Ini kamarku, kenapa aku harus berpakaian?" Jari-jari dingin pria itu mengubah arah dari menutupi mulutnya, lalu menutupi mata Sisi, dan menekankan kepalanya ke dinding: "Apakah kamu sudah cukup melihatnya?"

"Aku tidak melihat apa-apa..."

"Matamu memberitahuku bahwa kamu ada melihatnya, dan mereka berkata kamu ingin memakanku."

"............."

"Apa yang kamu cari di kamarku?"

"Ehem ..." Otak Sisi dengan berputar cepat: "mencari pena. Aku tidak dapat menemukan pena aku."

Sisi tidak akan mengatakan kepadanya bahwa dia ingin menemukan semua yang dapat membuktikan identitasnya, sehingga Sisi dapat memberitahu keluarganya untuk membawanya pergi secepat mungkin ...

Sisi tidak mampu mengatasi pria ini!

Bahkan polisi tidak dapat menemukan informasi pria ini, melalui identifikasi sidik jari juga tidak dapat mengidentifikasi identitasnya, Sisi tidak percaya!

"Aku tidak punya pena di kamarku, tapi ditubuhku ada satu. Apa kamu mau?"

"Apa? Tubuhmu bahkan tidak mengenakan apa-apa ... Ehem ... Tidak mengenakan apa-apa, simpan di mana penanya?"

"Tadi bilang tidak melihat apa-apa!"

"……....!"

"Apakah kamu mau?"

Napas pria itu terasa mendekat, matanya Sisi tertutup, jadi dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas, tetapi aroma buah manis dari pria itu membuatnya agak bingung.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Pena."

"Oh ... OKE." Sisi yang polos itu tidak tahu niat buruk pria ini.

Benar saja, lelaki itu tiba-tiba melonggarkan tangannya Sisi: "benar-benar mau?"

Sisi masih penasaran. Tanpa pakaian, pena itu disimpan dimana?

Sisi melihat dari atas ke bawah, seluruh tubuhnya dari atas ke bawah, hanya satu tempat yang mirip pena, mata Sisi terbelalak: "kamu …kamu …..kamu! Kamu mesum!"

Kemudian Sisi menutup matanya dan melarikan diri.

Samuel Susanto tertawa rendah, gadis cantik dan polos, tapi tidak bisa diajak becanda.

Samuel mengambil jubah mandinya dari tempat tidur dan memandang ke meja samping tempat tidur. Jelas ada bekas dibongkar orang. Dia sudah lama terbiasa dengan itu.

Bahkan Samuel dengan kooperatif memasukkan memo yang merekam kata sandi komputer dan kata sandi ponsel ke dalam laci, kadang-kadang brankas juga sering lupa ditutup ...

Berpakaian dan keluar, gadis itu telah duduk di sofa, duduk tegak, tangan di lutut, mata menatap rumah yang telah didekorasi ulang.

Awalnya, rumah yang 120 meter persegi ini sudah diubah menjadi lebih besar kelihatannya. Secara keseluruhan, gaya khas Charlotte yang keren, cantik, dan mewah, dinding hitam dan abu-abu, dan lampu kristal yang terang membuat ruangan ini penuh dengan suasana klasik dan aristokrat, menakjubkan.

Sisi menelan ludah. Pria ini memiliki kebutuhan hidup yang terlalu tinggi.

Apakah uangnya yang sedikit ini cukup uang untuk hiasan mewah seperti ini?

Tiba-tiba, sofa bergetar sedikit dan aroma buah manis langsung tercium.

Memikirkan pemandangan di kamar tadi, Sisi melompat kaget.

Memikirkan uang, Sisi segera mengulurkan tangan kepadanya: "kembalikan kartu itu kepadaku!"

Samuel memasukkan jarinya ke poni pirangnya dan memainkan rambutnya

"Kartu apa?"

"Kamu menggesek kartuku!"

"Oh."

Oh, satu kata saja? Sisi menatapnya dengan mata lebar: "kamu ... Jika kamu tidak membayar kembali, aku akan melaporkan kepada….... polisi!"

"Um."

Hah? Wajah Sisi memerah karena tidak puas: "Ngomong-ngomong, biar polisi yang membawamu pergi."

"Baik."

"………..." Pria Ini terlihat benar-benar acuh tak acuh. Sisi tidak punya cara lagi untuk berurusan dengan bajingan ini. Pipinya terasa kembang kempis.

"Itu saja?" Pria itu tiba-tiba berdiri. Sisi sedikit takut dan mundur sedikit "Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Bikinkan aku sesuatu untuk dimakan dan aku akan mempertimbangkan untuk mengembalikan kartu itu kepadamu."

Sisi : "Uang juga."

Samuel telah mendekat. Sisi sedikit lebih pendek darinya. Sisi hanya sampai pada jakunnya...

"Apakah aku terlihat punya banyak uang?"

Sisi menggelengkan kepalanya. Jika dia punya uang, dia tidak akan menggesek kartunya. Yah, anggap saja dia sedang sial ...

Dengan muram Sisi menuju ke dapur.

Tentu saja, Sisi tidak akan tahu bahwa dua apartemen ini telah dibeli oleh pria itu dengan harga tinggi. Harga unit termasuk dekorasi tidak kurang dari 2 miliar ...

………....

Rumah Sakit

Setelah Sisi menutup telepon, Sheila dengan cepat menarik selimutnya dan bangun dari tempat tidur.

Dia akan menyeret Sheila kembali. Pria itu jelas bukan orang baik.

"Nyonya Muda, mau pergi kemana? Tuan Muda menyuruhmu untuk tidak bangun dari tempat tidur." Jack mencoba menahan langkah Sheila.

"Aku mau mencari Sisi."

"Dokter bilang Nyonya Muda harus istirahat total di tempat tidur selama dua hari ……...."

Sheila sudah berlari keluar, tapi bertelanjang kaki. Untungnya, bangsal VVIP dialas dengan karpet wol asli. Kalau tidak, berlarian tanpa alas kaki di lantai akan membuat Sheila lebih gampang jatuh sakit. Padahal, kondisi tubuh Sheila memang belum pulih, kalau sampai sakit lagi. Tuan Muda pasti akan memenggal kepalanya.

Memikirkan itu, Jack segera berbalik ke bangsal, mengambil sepatu untuk nyonya mudanya.

Begitu Sheila berlari keluar dari pintu, Sheila menabrak seorang yang berpakaian merah muda yang sedang berjalan masuk. Wanita itu membawa keranjang buah di tangannya. Karena kaget, hasil tes laboratorium sampai jatuh berserakan di lantai.

"Nona Sheila, mau kemana? Kenapa berlari begitu cepat?"

Sheila melihat Yuna membungkuk dan meraih lembaran kertas yang jatuh di lantai.

Ini lembaran hasil tes laboratorium. Ada beberapa lembar yang mendarat di kaki Sheila...

Yuna memungutnya terlalu cepat, sehingga Sheila tidak sempat melihat apa itu.

Wajah Yuna sedikit gugup, dia langsung memasukkan lembar tes itu ke dalam tas dengan cepat, sesudah itu baru kelihatan tenang.

"Kenapa kamu malah tidak memakai sepatu? Nenek bilang wanita tidak boleh berjalan dengan kaki telanjang, lantai sangat dingin, terutama wanita hamil."

"Nyonya Muda……" pada saat ini, Jack mengejar dan membawakan sepatu untuk Sheila.

"Jack, pasien perlu banyak makan buah. Ini adalah buah yang aku beli untuk kak Sheila. Bisakah kamu membantuku untuk mengambilnya dan membawa ke dalam kamar?" Yuna menyerahkan keranjang buah kepada Jack.

Baru setelah Jack berjalan pergi dengan buah itu, Yuna berkata, "Kak Sheila, aku mendengar bahwa Anda ada di rumah sakit, jadi aku datang untuk menjengukmu."

"Oh, apakah kamu merasa kecewa, melihat aku ternyata tidak keguguran?"

"Maksudnya? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Bagaimana kabarmu? Apakah sudah lebih baik? Apa yang dikatakan dokter?"

"Kata dokter harus tenang….." Implikasinya adalah Yuna tidak diterima di sini.

"………...." Yuna tersenyum polos: "Kak Sheila, aku juga sangat peduli padamu."

"Tidak usah, ada apa lagi? Kalau tidak ada apa-apa lagi. Aku tidak bisa menemani kamu lagi."

"Apakah kamu ada urusan lain dan mau pergi? Sebenarnya, aku sangat iri pada kak Sheila. Aku juga menantikan perasaan ketika aku hamil suatu hari."

"Benarkah itu?" Sheila menatapnya dengan heran, tetapi karena dalam hatinya masih khawatir dengan Sisi, jadi Sheila tidak begitu memikirkan kata-katanya.

Yuna tersenyum tenang dan berkata, "Karena Kak Sheila perlu istirahat, aku tidak akan mengganggu lagi. Demi Kak Denis, dan agar kakak perempuan aku bisa cepat kembali, kak Sheila harus istirahat dengan baik. "

Kening Sheila berkerut. Biasanya, wanita ini selalu mencoba yang terbaik untuk menjebaknya. Meskipun nada bicara Yuna kali ini juga tidak enak didengar, tapi dia sekarang langsung mau pergi? Baru saja Sheila akan membuka mulut menanggapinya, Denis masuk setelah menjawab telepon.

Wajah Denis ketika melihat Yuna, langsung berubah: "siapa yang suruh kamu datang?"

"Kak Denis, kebetulan aku sedang melakukan pemeriksaan fisik di rumah sakit ini. Katanya kak Sheila juga ada di rumah sakit ini, jadi ..."

Melihat bahwa wajah Denis tidak terlalu senang, Yuna berkata dengan bijak, "karena kak Denis sudah ada di sini, aku akan pergi dulu."

Melihat punggung Yuna, dalam pikiran Sheila timbul banyak tanda Tanya dengan sikap Yuna.

"Kenapa kamu keluar? Kalau kamu tidak patuh, lihat nanti aku bagaimana menghukummu ." Terlepas dari keberatan Sheila, Denis tetap membawanya kembali.

"Aku mau cari Sisi..."

"Kamu tidak boleh banyak gerak sekarang! Tunggu sampai janinnya stabil!"

Sheila digendong erat oleh Denis. Sheila melihat dari balik bahunya Denis, melihat Yuna mendatanginya. Senyum wanita itu terlihat penuh makna.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu