Istri Direktur Kemarilah - Bab 105 Kamu Harus Panggil Aku Apa? (2)

Wajah Harry memerah, dia berdeham dengan canggung, hatinya bukan saja terkejut karena ternyata hubungan antara Sheila dengan Denis sepertinya sudah tidak sama seperti dulu.

“Kalau kamu ingin aku tinggal, maka aku akan tinggal.” Sambil berkata, jari-jari Denis yang kasar membelai bibir Sheila dengan lembut, pandangan matanya yang membara seakan-akan ingin melelehkan Sheila.

Tatapan matanya membuat sekujur tubuh Sheila terasa panas, dia agak sedikit menyingkir dari pandangannya : “Sudahlah, kali ini kan tujuannya mengantar Sisi pulang…”

Kali ini, akhirnya orang keluarga Wijaya baru menaruh perhatian ke Sisi.

Sisi yang sedari tadi tidak disadari keberadaannya dan tiba-tiba namanya disebut, tanpa sadar dia langsung bersembunyi di belakang Jack, seperti tidak ingin orang melihatnya.

“Sisi? Bagaimana ceritanya kamu bisa pulang bareng dengan Tuan Muda Salim dan yang lainnya? Bukankah kamu harusnya sedang praktek di rumah sakit? Karina juga akhirnya melihat Sisi seperti melihat orang aneh, suaranya pun naik beberapa oktaf.

“Aku….” Sisi tidak tahu harus menjawab apa dan memandang ke Sheila meminta bantuan.

Bahkan sampai berbohong pun tidak bisa, membuat Sheila teringat dirinya yang dulu, dia dulu juga anak yang diam dan penurut, bahkan berbohong pun bisa membuatnya wajahnya memerah seharian…

“Kebetulan pesawat yang kami tumpangi mendarat darurat karena hujan badai, karena tahu kalau Sisi sedang praktek jadi sekalian kunjungi dia, dan dia bilang kangen rumah, jadinya kita antar dia pulang.”

Raut wajah Karina seperti mengatakan “oh begitu”, namun dia melirik Sheila sekilas, gadis ini sekarang sudah bisa berbohong tanpa ketahuan.

Karina tentu saja tahu kalau Sheila berbohong, karena bagaimana mungkin Sisi praktek di rumah sakit, karena dia sudah memaksa Sisi untuk melepas jatah praktek tersebut dan memberikannya ke keponakannya sendiri…..

Sisi, si gadis bodoh ini, baru saja diancam beberapa kata oleh Karina, dia sampai tidak berani bilang ke Harry, bahkan sampai tidak berani bilang ke Sheila.

Intinya sampai sekarang Harry Wijaya tidak tahu apa-apa.

“Kalau kangen rumah ya sini pulang, karena sudah pulang tinggallah beberapa hari dulu baru pergi, kebetulan juga kamu dan Sisi sudah lama tidak bersama….” Harry menyadari kalau Sheila peduli pada Sisi, dan dia memikirkan berbagai macam cara untuk menahan Denis Salim supaya dia mau tinggal di sini.

“Tidak usah.” Lalu dia memasukkan tangannya ke dalam saku jas Denis sambil meraba-raba, tangannya yang kecil mencari kesana kemari, sampai Denis merasa geli lalu menghentikan tangan Sheila.

“Kamu sedang cari apa?”

“HP.”

Tanpa berpikir dua kali Denis langsung mengeluarkan HP dan memberikannya.

“Sisi, kalau misalnya kamu tidak bisa menghubungi nomorku, maka kamu simpan nomor telepon kakak iparmu, kalau ada orang yang berani menindasmu, kamu langsung telepon saja dan bilang ke kakak iparmu.” Dia terdengar seperti sedang berbicara kepada Sisi, tapi tujuan sebenarnya adalah supaya semua orang di keluarga Wijaya mendengarnya.

Sedangkan Denis masih belum menyadari situasi tersebut, tadi wanita itu bilang apa ke Sisi? Kakak ipar?

Dia menarik napas sambil berkata : “Tadi kamu suruh Sisi panggil aku apa?”

“Kakak ipar, tidak suka ya?” Sheila langsung menarik rambutnya yang sedang dimainkan oleh Denis, “Kalau begitu anggap aku tidak bilang…”

“Siapa yang suruh kamu anggap tidak bilang!” Denis memegang tangan Sheila erat-erat, lalu bertanya : “Kamu harus panggil aku apa?”

Sisi mengangguk, dia agak sedikit terbengong, dan Jack yang berdiri di depannya menegurnya : “Tuan muda sedang berbicara padamu, kamu harus memanggil tuan muda --- kakak ipar.”

Lalu Sisi baru menyadari, dan dia berjalan keluar dari balik punggung Jack, suaranya nyaring : “Kakak ipar.”

Wajah Denis seketika menjadi begitu cerah, dia melirik Jack, Jack yang mengerti langsung mendekat, lalu memanggil pengawal.

Dengan cepat pengawal itu mendekat sambil menyerahkan sebuah kotak hadiah yang dibungkus dengan mewah kepada Jack.

“Nona Sisi, ini adalah hadiah pertemuan dari Tuan Muda sebagai kakak iparmu…”

Jack membuka kotak tersebut, di dalamnya ada sebuah arloji mengkilap berwarna putih yang berhiaskan berlian, sangat cocok sekali dipadankan dengan gaun yang dikenakan oleh Sisi.

Bagi Karina dan Seli yang mengerti barang-barang mewah, mereka hanya bisa terbengong, arloji ini adalah arloji merk Rolex yang paling mahal, harganya bisa mencapai milyaran…..

Bahkan untuk sebuah kado pertemuan saja harganya mencapai milyaran…..

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu